Labuan Bajo, Vox NTT- Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi ikut berkomentar terkait kasus penyelundupan Komodo di Labuan Bajo.
Menurut Bupati Edi, kejadian tersebut tidak boleh terjadi lagi dan harus menjadi bagian dari refleksi.
“Saya kira ini bagian dari refleksi, peristiwa ini tidak boleh terjadi (lagi),” ujar Bupati Edi kepada VoxNtt.com, Rabu (01/11/2023)
Menurut dia, kejadian ini terjadi karena para pihak tidak memahami apa yang menjadi tanggung jawab mereka.
“Ini terjadi karena para pihak tidak memahami apa yang menjadi tanggung jawabnya,” tegas Bupati Edi.
Ia pun berharap Aparat Penegak Hukum memberikan hukuman seberat-beratnya kepada pelaku.
“Untuk itu diharapkan kepada aparat hukum supaya memberikan hukuman seberat-beratnya kepada para pelaku,” pintanya.
Sebelumnya, Kepolisian Resor Manggarai Barat (Polres Mabar) telah menetapkan empat orang terduga pelaku penyelundupan Komodo di Labuan Bajo sebagai tersangka.
Keempat tersangka itu berinisial H sebagai terduga pelaku utama, A dan M sebagai orang yang menangkap Komodo, dan I sebagai orang yang melakukan komunikasi antara H dan A dan M.
“Pelaku utama berinisial H dari Bali, lalu I yang mengkomunikasikan ke pelaku utama, serta M dan A yang merupakan orang Manggarai Barat untuk menangkap dan menjerat Komodo,” kata Wakapolres Mabar Kompol Budi Guna Putra saat melakukan konferensi pers di Mapolres Manggarai Barat, Labuan Bajo, Rabu, (01/11/2023) siang.
Kompol Budi menjelaskan, informasi penyeludupan hewan purba yang terancam punah itu diperoleh dari petugas Karantina Pertanian.
Mereka (petugas), kata Kompol Budi, mendapati seekor anak Komodo dengan mulut diikat menggunakan lakban dan kaki terikat serta dibungkus kaus kaki berada di dalam sebuah tas hitam yang dititipkan oleh pelaku utama H pada sebuah truk bermuatan pisang di Pelabuhan ASDP Labuan Bajo pada Senin (30/10/2023) lalu.
“Mendengar informasi itu, kami dari Kepolisian pun langsung melakukan pengejaran kepada H yang hendak melakukan penerbangan hari itu juga,” jelas Kompol Budi.
Tersangka H sendiri telah lima kali melakukan hal serupa, yakni dua kali pada bulan Juni 2023, dua kali pada bulan September 2023, dan satu kali kejadian pada tanggal 16 Oktober 2023 lalu.
“Ditangkap lima, lalu tiga berhasil dijual ke Bali dan Jawa, duanya mati. Yang terjual tiga,” ungkapnya.
Ia menjelaskan anak Komodo ditangkap menggunakan jerat dari tali nilon dan kayu. Tersangka M dan A yang menangkap anak Komodo di Pulau Rinca diiming-iming upah sebesar Rp2 juta per ekor.
Selanjutnya I sebagai perantara atau yang mengkomunikasikan informasi penangkapan anak Komodo kepada H diimingi uang sebesar Rp500 ribu.
“Dari hasil penyelundupan pada bulan Juni 2023, pelaku menjual anak komodo dengan kisaran harga Rp20 juta sampai Rp28 juta,” jelas Budi.
Atas peristiwa itu kata Kompol Budi, pelaku telah melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem Pasal 21 ayat 2 huruf A dengan ancaman hukuman lima tahun dan denda paling banyak Rp100 juta.
“Untuk penadah, terus kami dalami dan penyelidikan. Kalau terbukti kami tindak tegas,” tegasnya.
Penulis: Sello Jome