Oleh: Fransiska Natasya Juwita Wanur
Anggota Kelompok Tulis PIJAR ASAKU SMAS St. Klaus Kuwu
Tidak dapat dipungkiri bahwa era modern dapat menimbulkan perubahan. Hal ini dapat dilihat dari segi kehidupan manapun bagi masyarakat umumnya dan kaum muda khususnya.
Terjadinya perubahan tidak dapat dibatasi dan sudah menjadi rahasia umum.
Perubahan yang terjadi tidak lain dan tidak bukan adalah karena adanya evolusi zaman dan diikuti oleh perkembangan teknologi yang sangat pesat dan canggih.
Seperti yang kita ketahui pada tahun 2023 pengguna internet di seluruh dunia telah mencapai 5,16 Miliar.
Hal ini membuktikan bahwa sekarang teknologi dan internet menjadi salah satu kebutuhan pokok sebagian besar manusia yang tidak dapat terpisahkan dari zaman serba online.
Banyaknya pengguna internet ini diprediksi 2/3 populasi penduduk dunia pada akhir tahun 2023 nanti (data.goodstats.id).
Indonesia termasuk salah satu negara dengan penggunaan internet terbanyak.
Dari populasi penduduk 275,77 juta jiwa, data APJII menyebutkan penggunaan internet di Indonesia mencapai 215,63 juta orang pada 2022-2023 (atau setara dengan 78,11 persen dari total jumlah penduduk).
Jumlah tersebut dirincikan berdasarkan jenis kelamin dan tempat, diantaranya adalah yang pertama jenis kelamin laki-laki yang mendominasi penggunaan layanan ini dengan presentase sebesar 79,32 persen dibandingkan dengan perempuan yang sebesar 77,36 persen.
Selanjutnya dari tempat, jumlah pengguna internet di perkotaan lebih besar yaitu 77,36 persen, dan sisanya pengguna di wilayah pedesaan.
Jika menilik lagi ke belakang pada pengkategorian penggunaan internet dalam Top 25 Countries, Ranked By Internet users 2013-2018, Indonesia berada pada urutan ke-6, setelah China, US, India, Brazil, dan Japan, (kominfo.go.id).
Menariknya, pada tahun 2023 Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar. Dari kategori 7 negara pengguna internet terbanyak Indonesia berada pada peringkat 4, setelah China, India, dan Amerika Serikat (data.goodstats.id).
Menyaring perubahan dengan wawasanmasalah yang dihadapi oleh sebagian besar negara di dunia khususnya Indonesia pada saat ini adalah kekeliruan penafsiran perubahan dan perkembangan teknologi.
Teknologi yang awalnya memiliki tujuan utama yakni membantu manusia dalam mengelolah sumber daya alam dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan umum dan menciptakan perubahan yang diinginkan, kini bergeser menjadi satu-satunya solusi atau jalan keluar dari seluruh masalah yang dapat menimbulkan perubahan peradaban serta prilaku masyarakat
Seperti contoh mental instan, sumber berbagai kegiatan yang akan dan harus dilakukan, lebih suka berinteraksi visual, kemungkinan akan terjadinya invasi dan masih banyak lagi.
Meluasnya jaringan internet di seluruh dunia, khususnya di Indonesia menyebabkan berbagai macam perubahan mulai dari kebudayaan, kebutuhan hidup, prilaku, dan lain sebagainya.
Hal ini dikarenakan internet ataupun teknologi lain merupakan sebuah media untuk mempublikasikan ataupun memudahkan berbagai hal, baik itu dalam bentuk barang, kegiatan, dan lain-lain.
Sehingga dari hal tersebut semua komponen yang berbau lokal lambat laun akan terkikis dan digantikan oleh komponen modern.
Contoh konkritnya adalah Indonesia yang merupakan negara kebudayaan dengan unsur di dalamnya adalah pakaian, adat istiadat, bahasa, karya seni, mulai menghilang.
Cara berpakaian masyarakat Indonesia zaman sekarang sangat berbanding terbalik dengan masyarakat zaman dulu, tarian daerah jarang ditemukan dan digantikan oleh dance, anak-anak diprioritaskan untuk tahu bahasa asing hingga sama sekali tidak mengetahui bahasa ibu dan bahasa Indonesia, seni ukir yang merupakan salah satu warisan leluhur mulai jarang dilakukan.
Itu semua merupakan dampak dari cakupan terjadinya perkembangan teknologi yang telah merubah pola pikir masyarakat Indonesia dengan gambar, video, ataupun informasi yang telah dipublikasikan.
Walaupun tujuan awal mereka tidak bermaksud menghancurkan pihak lain. Hanya saja masyarakat asal ikut arus dan terus ikut tanpa berniat kembali ke belakang.
Hal ini membuktikan bahwa teknologi berkontribusi banyak dalam kehidupan manusia.
Jika kita kembali ke belakang, Martin Cooper pertama kali membuat ponsel untuk memudahkan berkomunikasi dengan orang lain (edukasi.kompas.com).
Jhon Logie Baird yang menciptakan televisi, supaya manusia mendapatkan informasi dengan audio dan visual menjadi satu, sehingga informasi yang didapatkan lebih hidup (roboguru.ruangguru.com).
Namun sayangnya ketika pengguna sudah salah menggunakannya malah menyalahkan keberadaan teknologi, tanpa menanyakan siapa yang menyediakan teknologi itu, siapa yang menggunakan teknologi itu dan bagaimana teknologi itu digunakan.
Seperti yang dikatakan oleh McLuhan, seorang pakar komunikasi “kita terlalu mudah menyalahkan atau mengkambinghitamkan perangkat teknologi untuk membela para pendosa pengguna teknologi.
Produk ilmu modern tidak dengan sendirinya bagus atau jelek. Penggunaannyalah yang menentukan nilai teknologi tersebut.
Persoalan tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan yang ditimbulkan dari kurangnya kualitas literasi teknologi dan rendahnya pendidikan teknologi di Indonesia sehingga masyarakat gagal menyaring perubahan dengan baik.
Buktinya adalah masyarakat Indonesia memakan waktu yang lebih lama dari pada masyarakat Jepang, cina, dan Korea Selatan yang merupakan penghasil teknologi.
Kaum muda bisa menjadi garda terdepan dalam mempertahankan kebudayaan Indonesia dan menyaring perubahan yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan menjadi pelopor tingginya kualitas kesadaran sehingga tidak hanya mengandalkan pihak yang berwenang.
Kita bisa mengandalkan kemandirian kita untuk melakukan sesuatu yang akan berdampak besar.
Perwujudan dari hal ini adalah literasi teknologi.
Melalui literasi teknologi masyarakat dapat lebih paham tentang motif awal terciptanya teknologi, sehingga menghidupkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang teknologi, dan diharapkan mampu dituangkan dalam tindakan nyata, serta meningkatkan pengetahuan dan kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media teknologi.
Rendahnya pendidikan teknologi juga banyak berkontribusi dalam masalah ini.
Karena itu pendidikan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan teori ataupun praktek untuk meningkatkan skill seseorang dalam suatu bidang sehingga memberikan pemahaman yang berguna.
Pendidikan yang dimaksud bukan hanya pendidikan formal. Pendidikan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, namun balik lagi kesadaran dan kemandirian adalah kuncinya.
Dalam hal ini pendidikan sebagai sumber pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana menggunakan perangkat teknologi dengan tepat.
Dengan Wawasan yang telah didapatkan Kita diharapkan mampu menyikapi perubahan dengan bijak dan terus berkarya sehingga dapat memberikan dampak besar bagi semua orang.
Melalui literasi teknologi dan pendidikan kita dituntut untuk menuangkan segala wawasan yang telah didapatkan melalui tindakan nyata demi menghindari dampak negatif yang ditimbulkan oleh terjadinya perubahan sehingga kita dapat menyaring perubahan yang terjadi dengan wawasan.
Yang perlu dilakukan adalah terus mencari informasi terkait perubahan, mengevaluasi dampak sehingga kita dapat menentukan keputusan, jaga prespektif positif dengan menjadikan perubahan sebagai peluang untuk belajar dengan mencari solusi yang kreatif bisa dengan mempublikasikan kebudayaan lokal kita.
Dengan demikian kita tidak terlalu terbawa oleh arus perubahan dan menghilangkan kebudayaan awal.
Dalam hal ini teknologi tidak hanya dijadikan sebagai sumber bagi kita, tapi juga dijadikan media pangkal informasi bagi orang lain.
Takut akan perubahan bukan berarti menghindarinya namun kita tetap terima dan beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Penting juga untuk tetap menjaga keseimbangan emosional jangan sampai kita istilahnya ikut arus.
Mari terus belajar dan berkembang karena itu adalah langkah penting untuk menghadapi perubahan.