Kupang, Vox NTT- Kurang lebih 20-an mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Penolakkan Geothermal Poco Leok menggelar aksi di depan Kantor DPRD NTT, Selasa (05/12/2023).
Beberapa dari mereka kemudian dipersilakan masuk dan beraudiensi dengan sebanyak tiga orang Anggota DPRD NTT dari Fraksi PKB.
Beberapa orator mengaku jika saat audiensi berlangsung terjadi cekcok dan mangaku diusir dari dalam Kantor DPRD Provinsi NTT.
Yohanes Rumat, Anggota DPRD NTT Dapil Manggarai Raya membenarkan bahwa perwakilan massa aksi diusir dari dalam ruangan Komisi II.
Rumat mengatakan, pengusiran itu diakibatkan karena diksi dan kalimat yang dikeluarkan perwakilan massa aksi dinilai melanggar etika.
“Kewajiban kami menerima mereka. Memang kalau resmi mereka harus bersurat. Tapi karena mereka sudah datang dan pakai etika ketimuran kita wajib menerima mereka,” jelas Rumat.
“Saat udiensi sudah dijelaskan bahwa lembaga ini harus melayani mereka,” tambahnya.
Namun, ketika perwakilan DPRD NTT hendak menanyakan progres perkembangan advokasi massa aksi terjadi perdebatan.
“Dalam dialog ada etika yang dilanggar. Karena dianggap melanggar tatib makanya mereka di usir,” kata Rumat.
“Kami sudah sangat santun melayani mereka dengan segala keluhan mereka. Sikap mereka yang membuat mereka di usir,” beber dia.
Dia menambahkan bahwa bukan kali pertama mereka datang demonstrasi soal geothermal.
Soal pembangunan Geothermal Poco Leok, Rumat menegaskan bahwa DPRD secara lembaga sudah jelas menolak.
“Hanya tadi kita mau apa progres dan perkembangan terbaru harus datang ke Komisi II. Belum sampaikan perkembangan mereka sudah langgar ketentuan. Ini agar martabat lembaga ini tidak di buat semena-mena,” katanya.
“Kami bertanya soal demo pertama. Kami memang sepakat menolak pembangunan Geothermal. Karena ada hak ulayat yang di ganggu. Ada lingkungan yang akan rusak,” ujarnya.
Anggota DPRD Fraksi PKB lain, Ana Waha Kolin menyebut jika saat menerima perwakilan massa aksi sudah ada etika baik.
“Awal kami sudah tanya saat awal tadi soal progres. Kita tanya ke mereka baik-baik. Tanya soal perkembangan dan bisa diadvokasi. Surat saja tidak ada. Sejak awal tadi saya jelaskan ini lembaga terhormat,” katanya.
“Tapi mereka sudah omong berlebihan bilang bayar kami, mereka yang kasih gaji,” jelas Ana.
Hal yang sama juga dibenarkan Angela Mercy Piwung.
Pantauan VoxNtt.com, massa aksi masih menggelar orasi di depan kantor DPRD NTT.
Mereka berorasi bergilir. Salah satu dari mereka berteriak mangaku diusir anggota DPRD NTT saat audiensi.
Beberapa dari mereka memegang bendera Forum Mahasiswa Nasional dan LMND.
Penulis: Ronis Natom