Ruteng, Vox NTT- Pastor Paroki Santo Antonius Padua Ri’i Beamese, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), RD Tarsisius Syukur berkomitmen untuk memberikan edukasi berupa sosialisasi pencegahan stunting kepada umat di wilayahnya.
Komitmen itu dikemukakan Pastor Tarsisius sebagai bentuk kepeduliannya sebagai seorang imam terhadap persoalan stunting yang saat ini masih menjadi masalah krusial bagi umat di wilayah Manggarai termasuk umat di wilayah tugasnya.
Menurutnya, upaya mencegah dan menurunkan angka stunting secara lebih terstruktur, holistik dan integratif di Kabupaten Manggarai memerlukan dukungan dan kontribusi lintas program, lintas sektor, profesi dan semua mitra pembangunan, termasuk dukungan dan peran para tokoh agama.
Stunting menurutnya, masih menjadi mimpi buruk bagi dunia termasuk bagi masa depan generasi penerus sebuah bangsa. Tingginya masalah stunting mengindikasikan masalah gizi kronis pada masyarakat yang tinggi.
Masalah stunting juga menurut Pastor Tarsisius, bukan hanya tentang tampilan fisik seseorang melainkan juga berpengaruh pada kondisi perkembangan otak yang mengakibatkan kemampuan mental dan belajar yang kurang bahkan cukup rentan diserang banyak penyakit.
Pastor Tarsisius juga menjabarkan kondisi terkini persoalan stunting di Puskesmas Beamese yang mengalami peningkatan cukup signifikan. Hal itu tentu menjadi problem krusial bagi umat di Paroki Santu Antonius Padua Ri’i.
“Data per bulan Maret 2023, ada 250 orang yang mengalami stunting. Namun, kemudian pada bulan September naik signifikan berdasarkan data dari puskesmas,” ujar Pastor Tarsisius Syukur itu.
Masalah stunting juga menurut Pastor Tarsisius menjadi bukti bahwa Beamese masih pada fase keterbelakangan soal gizi, sehingga ia meminta semua pihak terlibat aktif untuk menunjukan rasa kepedulian terhadap kesehatan.
Lebih lanjut, Pastor Tarsisius menyampaikan setelah dirinya mendapatkan data stunting dari pihak puskesmas Beamese, ia langsung menyampaikan kepada keluarga penderita. Namun, rupanya masalah tersebut belum menjadi masalah serius bagi kelompok yang didiagnosa stunting oleh pihak kesehatan.
Melihat kondisi tersebut, dirinya menyadari bahwa persoalan yang harus dipecahkan secara serius adalah tidak adanya penyeragaman pemahaman tentang stunting dan bahaya yang ditimbulkan.
Karena itu, lanjut Pastor Tarsisius, jika semua pihak setuju untuk mengatasi masalah stunting di Beamese, maka hal utama yang harus dilakukan adalah dengan memberikan edukasi berupa sosialisasi serta penguatan spiritual kepada masyarakat.
Lebih lanjut, Pastor Tarsisius menyampaikan pengalaman rekoleksi yang menghadirkan kepala desa, perangkat desa, para petugas kesehatan, para kader posyandu dan orang tua penderita stunting untuk memberikan pencerahan.
“Itu bermaksud untuk merubah mereka punya paradigma karena percuma kalau kita bicara stunting tetapi mereka tidak paham apa itu stunting. Jadi, rekoleksi itu untuk merubah paradigma mereka supaya nanti bisa connect dengan program yang kita canangkan,” ungkap Pastor Tarsisius.
Tidak hanya menaruh fokus pada edukasi, langkah penanganan stunting yang telah dilakukan oleh Pastor Tarsisius yakni dengan menanam ratusan bibit tanaman holtikultura yang berjenis buah dan sayur yakni tomat, pepaya dan buah naga.
Sayuran tersebut menurut Pastor Tarsisius telah dibagikan kepada ibu-ibu hamil sembari memberikan pemahaman tentang stunting dan bahaya-bahaya yang ditimbulkan.
Pada tahapan selanjutnya, Pastor Tarsisius berkomitmen untuk membagikan buah tomat kepada para umat penderita stunting di wilayahnya sebagai sebuah langkah untuk memberantas dan mendukung pencegahan stunting.
Peduli Pendidikan dan Penguatan Iman Umat
Tidak hanya peduli pada masalah kesehatan umat, Pastor Tarsisius tercatat sebagai salah satu imam yang juga peduli pada pendidikan dan penguatan iman umat.
Selama menjabat sebagai Pastor Paroki Ri’i, dirinya sudah melakukan beberapa terobosan baru, diantaranya yakni membangun Gua Maria Regina Pacis di Pusat Paroki, Gua Maria Penolong Abadi Liang Rangkeng, membangun 3 ruangan kelas di SDK Ri’i, Asrama putri St. Antonius Padua Ri’i, dan sedang membangun kapela stasi Pinggang.
Tidak hanya itu, Pastor Tarsisius juga sudah membangun beberapa program yang menjadi komitmen dirinya untuk mewujudkan pastoral literasi yaitu membangun taman baca Ba Nera (Membawa Terang) dan membangun Paud St. Antonius Padua Ri’i. Baginya, literasi menjadi gerakan bersama yang berkiblat pada upaya melahirkan generasi unggul.
Penulis: Igen Padur