Oleh: Yohanes Mau
Warga NTT pernah tugas di Zimbabwe, Afrika
Surga kecil turun di bumi Labuan Bajo. Nuansa senja hari ini lebih cantik dari kemarin-kemarin yang telah lalu.
Berada di Labuan Bajo terasa bagai surga sebelum ajal menjemput. Tawaran bukit-bukit indah dengan sajian eloknya keindahan pantai.
Puluhan kapal kecil hingga kapal terbesar sandar di bibir pantai dan tidak bisa operasi sebagaimana mestinya.
Cuaca yang tidak bersahabat menghentikan laju aktivitas para visitor lokal dan internasional untuk berlayar menuju pulau komodo dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Indahnya Labuan Bajo tidak hanya terbatas pada pulau komodo dan binatang reptile komodo raksasa itu.
Namun bukit dan pantai di sekitar kota Labuan Bajo juga sangat menarik dan mata visitor enggan kedip memandangnya.
Betapa indahnya lukisan tangan Tuhan Sang Skenario atas segalanya itu. Sehingga tidaklah heran kalau Labuan Bajo menjadi incaran dari para visitor dan investor lokal dan internasional.
Siapa saja yang mengunjungi Labuan Bajo pasti hatinya enggan untuk pamit berpindah ke lain hati.
Kemolekan Labuan Bajo menghipnotis mata dan hati para visitor untuk berbulan madu tanpa batas waktu.
Beberapa waktu lalu saya bersama kedua rekan misi menjelajahi keindahan tubuh Labuan Bajo hingga hanyut di dalamnya.
Saya sungguh menikmati sebagian lekukan seksinya Labuan Bajo hingga terkenang abadi di setiap embusan napas hidupku.
Setelah senja pamit segala yang indah di Labuan Bajo diliputi gelap malam. Malam merampasnya dari pandangan mata kami hingga tak tersisa sedikit pun.
Yang nampak di sana hanyalah cahaya lampu-lampu di kapal yang sedang bersandar, pancaran cahaya lampu jalan, dan cahaya lampu dari restoran, kafe dan hotel-hotel di yang berjejer di sana.
Yang indah tak bisa dinikmati secara normal di kala hari masih bermata.
Gelap itu pun memisahkan nikmat yang sedang bergelora menuju puncak klimaks. Ya, mau bilang apalagi gelap tak bisa ditangkis oleh apa dan siapa pun.
Saya bersama para sahabat misi berbalik menuju tempat hunian dan menguraikan segala rasa yang terasa bersama Labuan Bajo.
Mata saya tak bisa pejam bersama malam panjang dan hati saya tak enggan biarkan kisah indah bersama Labuan Bajo berlalu begitu saja.
Akhirnya saya pun mengambil pena dan notes yang terletak di meja dan mulai mengabadikannya lewat coretan sederhana ini.
Kisah indah boleh berlalu namun kenangan harus tertulis dan abadi. Tangan saya terasa gemetar untuk mengalirkan tinta hati.
Entah dari mana saya harus memulai. Karena semuanya indah dan sungguh terpesona.
Malam makin larut dan coretan kecil ini pun mulai terangkai kata demi kata dan menjadi kenangan yang tertulis dan tidak hanyut mati bersama gelap malam.
Bahagia saya menjadi sempurna karena kisah indah bersama cantiknya Labuan Bajo tertulis dan terkenangkan dalam diary hidupku selanjutnya.
Terima kasih untuk molek wajahmu Labuan Bajo. Engkau menjadi obat sejuk dari segala sakit dan luka dari para visitor.
Seksinya sajian-sajian indahmu menghanyutkan dan menyembuhkan segala sakit dan luka yang terasa selama ini.
Labuan Bajo, engkau menjamah dan membalut luka para visitor tanpa kain perban, obat dan betadin cinta tetapi engkau hanya hadir menjadi obat mujarab dari segala obat yang tersaji di semua apotek dan rumah sakit.