Mbay, Vox NTT – Lesung, sebuah alat tradisional yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat adat di Kabupaten Ngada dan Nagekeo.
Lesung memiliki peran penting dalam sejarah peradaban umat manusia, khususnya dalam pengolahan hasil pertanian.
Alat ini tidak hanya berfungsi untuk mengubah biji padi menjadi beras, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan gotong royong dalam kehidupan sosial masyarakat adat pra moderen.
Lesung, yang terbuat dari pokok kayu besar dengan tinggi sekitar 30 sentimeter dan memiliki lobang di dalamnya, dipasangkan dengan alu, sebuah batang kayu yang digunakan untuk menumbuk biji padi.
Dalam proses pengolahan ini, keterlibatan banyak orang menjadi hal yang biasa, menciptakan partisipasi sosial yang kuat di antara masyarakat.
Kegiatan menumbuk padi di lesung sering kali melibatkan kerja sama beberapa orang, baik untuk menumbuk secara bergantian maupun menapis hasil tumbukan, menjadikan lesung sebagai alat yang juga memupuk nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong.
Namun, di era modern ini, keberadaan lesung semakin terancam punah. Peranannya dalam pengolahan padi telah digantikan oleh mesin-mesin penggiling yang dianggap lebih efektif dalam hal waktu dan tenaga.
Penggunaan mesin yang lebih praktis dan cepat, membuat lesung kini jarang digunakan, dan hanya tersisa di beberapa desa yang masih mempertahankan cara-cara tradisional untuk sekadar menjalankan ritual – ritual kebudayaan.
Kehilangan lesung sebagai alat tradisional bukan hanya hilangnya sebuah peralatan pertanian, tetapi juga hilangnya sebuah warisan budaya yang penuh nilai sosial dan sejarah.
Upaya pelestarian lesung menjadi penting, tidak hanya sebagai simbol identitas budaya masyarakat adat Ngada dan Nagekeo, tetapi juga sebagai pengingat akan nilai-nilai kebersamaan yang terkandung di dalamnya.
Penulis: Patrianus Meo Djawa