Oleh: Pater Vinsensius Darmin Mbula, OFM
Ketua Presidium Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK)
Pembukaaan
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia adalah sebuah perjalanan yang melampaui batas-batas fisik dan geografis, menjadi sebuah simbol perjumpaan, percakapan, dan perjamuan peradaban empatik yang penuh dengan cinta kasih dan persaudaraan.
Perjalanan ini dimulai dengan doa penuh khidmat di Basilica Santa Maria Maggiore, tempat yang telah lama menjadi pusat spiritual dan refleksi mendalam.
Di sini, Paus Fransiskus menyatukan doanya dengan harapan dan impian umat manusia untuk dunia yang lebih harmonis dan penuh iman, harapan dan cinta kasih persaudaraan dan persahabat sosial-ekologis.
Dalam perjalanan dari Bandara Leonardo da Vinci di Roma, yang melambangkan warisan intelektual dan estetika dari Leonardo da Vinci, hingga Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, yang merupakan simbol semangat persatuan dan kemerdekaan Indonesia, Paus Fransiskus melintasi lebih dari sekadar jarak fisik.
Dia menjembatani zaman dan tradisi, menghubungkan visi kemanusiaan yang universal dengan realitas dunia saat ini.
Leonardo da Vinci, dengan kecemerlangan visinya dalam mengintegrasikan sains dan seni, mengajarkan kita pentingnya memahami dunia dalam segala kompleksitas dan keindahannya.
Sedangkan Soekarno-Hatta, dengan perjuangan mereka untuk kemerdekaan dan persatuan, mengilustrasikan kekuatan solidaritas dan cinta kasih dalam membangun sebuah bangsa.
Kunjungan Paus Fransiskus menggarisbawahi dan memperkuat pesan ini, menegaskan kembali panggilan untuk menciptakan peradaban yang menempatkan cinta kasih, persaudaraan, dan keharmonisan sebagai pusat dari segala usaha.
Dengan semangat persatuan dan harapan, Paus Fransiskus membawa pesan universal yang mengundang kita semua untuk bergandengan tangan dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih baik.
Perjalanan ini bukan hanya tentang mengunjungi tempat-tempat atau menandai peristiwa, tetapi tentang menyatukan hati dan pikiran dalam misi global untuk membangun dunia yang lebih adil, penuh kasih, dan harmonis bagi semua makhluk hidup.
Perjalanan Paus Fransiskus dari Bandara Leonardo da Vinci di Roma ke Bandara Soekarno-Hatta di Indonesia bukan sekadar perjalanan fisik yang menghubungkan dua negara.
Ini adalah sebuah perjalanan perjumpaan, percakapan, dan perjamuan peradaban empatik penuh cinta kasih serta persaudaraan manusia.
Sebelum memulai perjalanan ini, Paus Fransiskus berdoa di Basilika Santa Maria Maggiore, tempat di mana ia memohon berkat Bunda Maria agar pesan-pesan persaudaraan, perdamaian, dialog antaragama, harmoni, dan keindahan dalam keberagaman dapat dirasakan dan diaplikasikan di Indonesia.
Basilika Santa Maria Maggiore
Sebelum Paus Fransiskus terbang dari Bandara Leonardo Da Vinci, tgl 2 September 2024 menuju Soekarno Hatta, Indonesia, Bapa Suci berdoa di Basilika Santa Maria Maggioere. Basilika Santa Maria Maggiore, juga dikenal sebagai Basilika St. Mary Major, adalah salah satu dari empat basilika utama di Roma dan merupakan gereja terbesar yang didedikasikan untuk Santa Maria (Bunda Maria) di kota tersebut.
Tempat ini memiliki arti penting dalam tradisi Katolik dan memiliki sejumlah alasan mengapa paus memilih untuk berdoa di sini sebelum melakukan perjalanan internasional, termasuk kunjungannya ke Indonesia.
Arti Penting Basilika Santa Maria Maggiore
1). Dedikasi kepada Bunda Maria: Basilika ini didedikasikan kepada Bunda Maria, yang dihormati secara mendalam dalam tradisi Katolik sebagai Bunda Allah (Theotokos).
Paus sering berdoa di sini untuk memohon perlindungan dan bimbingan Maria sebelum perjalanan penting atau acara besar, mengingat peran penting Bunda Maria dalam iman Katolik sebagai pembawa rahmat dan penolong dalam kesulitan.
2). Sejarah dan Spiritualitas: Basilika Santa Maria Maggiore memiliki sejarah panjang yang kaya dengan tradisi spiritual.
Didirikan pada abad ke-5, basilika ini telah menjadi tempat doa dan refleksi selama berabad-abad. Banyak paus, termasuk Paus Fransiskus, telah mengikuti tradisi berdoa di sini sebelum memulai perjalanan, sebagai tanda penghormatan dan sebagai bentuk persiapan spiritual.
3). Relikwi dan Simbolisme : Di dalam basilika ini terdapat beberapa relikwi yang penting, termasuk bagian dari palungan Yesus, yang dipercaya sebagai tempat kelahiran Kristus.
Ini menambah nilai spiritual basilika sebagai tempat doa dan refleksi, terutama bagi para pemimpin Gereja yang mencari bimbingan ilahi dalam misi mereka.
4). Tradisi Paus: Paus Fransiskus, sejak awal masa kepausannya, sering berdoa di basilika ini sebelum dan setelah kunjungan apostolik.
Ini mencerminkan tradisi yang lebih luas dari paus sebelumnya yang menggunakan tempat ini sebagai lokasi untuk doa dan refleksi spiritual.
Bagi Paus Fransiskus, basilika ini memiliki makna khusus karena dia secara pribadi memiliki devosi yang kuat kepada Bunda Maria.
5). Perlindungan Ilahi: Dengan berdoa di basilika ini, Paus memohon perlindungan ilahi dan bimbingan bagi perjalanannya.
Ini adalah cara untuk menggabungkan kegiatan resmi dengan elemen spiritual, memastikan bahwa misinya diberkati dan didampingi oleh perlindungan ilahi, terutama ketika mengunjungi negara dengan keanekaragaman budaya dan agama seperti Indonesia.
Paus Berdoa di Basilica Santa Maria Maggiore
Paus Fransiskus berdoa di Basilika Santa Maria Maggiore sebelum melakukan kunjungan ke Indonesia sebagai bagian dari persiapan spiritualnya.
Doa ini bukan hanya tindakan devosi pribadi tetapi juga sebagai simbol dukungan gereja universal untuk perjalanan dan misinya di negara tersebut.
Dengan berdoa di depan ikon Salus Populi Romani (Pelindung Rakyat Roma), yang sangat dihormati, Paus meminta berkat Maria untuk suksesnya perjalanan apostoliknya, agar pesan perdamaian, dialog antaragama, dan kasih sayang yang dia bawa dapat diterima dengan baik oleh semua orang yang dia temui.
Dalam konteks kunjungan ke Indonesia, sebuah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan juga dengan keanekaragaman agama yang signifikan, doa di basilika ini menunjukkan dedikasi Paus untuk membawa pesan persatuan dan dialog, dengan harapan bahwa kunjungannya akan mendorong keharmonisan dan saling pengertian di antara berbagai komunitas agama di Indonesia.
Paus Fransiskus meminta berkat dari Bunda Maria di Basilika Santa Maria Maggiore agar pesan persaudaraan, perdamaian, dialog antaragama, harmoni, dan keindahan dalam keberagaman dapat sungguh-sungguh dirasakan di Indonesia.
Doa ini mencerminkan harapan Paus bahwa kunjungannya akan memperkuat nilai-nilai ini di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang dikenal dengan keberagaman budaya dan agamanya.
Sebagai pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus selalu menekankan pentingnya dialog dan hubungan baik antara berbagai agama.
Beliau melihat keberagaman sebagai kekayaan dan keindahan yang harus dihormati dan dirayakan. Dengan berdoa di Basilika Santa Maria Maggiore sebelum kunjungannya, Paus berharap untuk membawa serta pesan ini dan mendapatkan dukungan spiritual dari Bunda Maria.
Tujuannya adalah agar melalui kunjungannya, semangat persaudaraan dan dialog yang tulus dapat berkembang di antara semua orang, terlepas dari latar belakang agama mereka.
Selain itu, berdoa di tempat yang suci ini juga menunjukkan komitmen Paus Fransiskus terhadap nilai-nilai perdamaian dan dialog.
Paus menginginkan agar semua umat beragama dapat hidup berdampingan dengan damai dan harmonis, menghargai perbedaan, dan bersama-sama membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih.
Pesan ini sangat relevan bagi Indonesia, di mana kebhinekaan adalah bagian integral dari identitas nasionalnya.
Paus berharap kunjungannya dapat memperkuat tekad bersama untuk menjaga perdamaian dan memajukan dialog antaragama yang tulus dan bermakna.
Paus Fransiskus biasanya berdoa di depan ikon Salus Populi Romani ketika mengunjungi Basilika Santa Maria Maggiore. Ikon ini adalah salah satu yang paling dihormati di Roma dan terletak di Kapel Borghese (atau Kapel Paolina) di dalam Basilika.
Salus Populi Romani, yang berarti “Keselamatan Rakyat Roma,” adalah ikon kuno yang diyakini memiliki kekuatan perlindungan dan sering dikaitkan dengan doa permohonan untuk perlindungan dan bimbingan, terutama dalam situasi krisis atau saat melakukan perjalanan penting.
Isi Doa Paus Fransiskus
Meskipun isi doa spesifik Paus Fransiskus di depan ikon Salus Populi Romani tidak selalu dipublikasikan secara rinci, kita dapat memahami dari konteks kunjungannya dan gaya doa yang biasa dia lakukan. Doa Paus biasanya mencakup elemen-elemen berikut:
Pertama, Permohonan untuk Perlindungan: Paus Fransiskus meminta perlindungan dari Bunda Maria bagi dirinya sendiri dan semua orang yang terlibat dalam perjalanan, serta bagi mereka yang akan dia temui. Ini adalah permohonan untuk keselamatan fisik dan spiritual selama kunjungannya.
Kedua, Doa untuk Perdamaian dan Persaudaraan: Paus sering berdoa untuk perdamaian dan persaudaraan di antara semua orang, khususnya di negara yang akan dia kunjungi.
Dalam konteks kunjungannya ke Indonesia, doanya mungkin mencakup harapan agar dialog antaragama dan persaudaraan di antara berbagai komunitas agama semakin kuat.
Ketiga, Memohon Bimbingan Rohani: Paus berdoa untuk bimbingan rohani agar dapat menjadi alat perdamaian dan pembawa pesan cinta kasih Kristiani selama perjalanannya.
Dia memohon kebijaksanaan dan kekuatan untuk menyampaikan pesan-pesan yang penting dengan cara yang penuh kasih dan diterima dengan baik.
Keempat, Penghormatan kepada Bunda Maria: Doa-doa Paus sering kali berisi penghormatan kepada Bunda Maria, meminta dukungan keibuannya sebagai pengantara yang kuat di hadapan Allah.
Paus Fransiskus memiliki devosi yang mendalam kepada Bunda Maria, dan dia mengungkapkan rasa hormat dan cintanya dalam doanya.
Keempat, Permohonan untuk Keberhasilan Misi: Dalam kunjungan apa pun, Paus juga berdoa agar misinya berhasil, bukan dalam arti material, tetapi dalam membawa pesan injil, mendorong semangat dialog, dan memperkuat iman umat.
Dengan demikian, meskipun isi doa spesifik Paus tidak selalu diketahui publik, doanya di depan Salus Populi Romani biasanya berfokus pada perlindungan, perdamaian, persaudaraan, bimbingan rohani, penghormatan kepada Bunda Maria, dan keberhasilan spiritual dari misi yang dia jalankan.
Dari Leonardo Vinci ke Soekarno Hatta
Paus Fransiskus berangkat dari Bandara Leonardo Vinci, Italia, menujuju bandara Internasional, Soekarno Hatta, Jakarta, Indonesia.
Nama-nama bandara yang disebut, yaitu Bandara Leonardo da Vinci di Roma, Italia, dan Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, Indonesia, masing-masing memiliki makna penting yang merefleksikan warisan sejarah dan budaya dari dua tokoh besar yang mereka peringati.
Bandara Leonardo da Vinci (Italia)
Leonardo da Vinci adalah seorang polymath dari Italia yang hidup pada masa Renaisans (1452-1519). Dia dikenal sebagai pelukis, pemahat, insinyur, ilmuwan, dan inovator yang memiliki pengaruh besar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan dan seni.
Makna penting Leonardo da Vinci dalam konteks internasional, termasuk Indonesia:
Pertama, Simbol Inovasi dan Kreativitas: Leonardo da Vinci melambangkan inovasi, kreativitas, dan pencapaian luar biasa di berbagai disiplin ilmu.
Bagi dunia internasional, termasuk Indonesia, da Vinci mewakili semangat untuk terus mengeksplorasi dan menciptakan sesuatu yang baru dan inovatif, yang merupakan prinsip penting dalam pembangunan dan kemajuan.
Kedua, Inspirasi Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan: Karya dan pemikiran da Vinci sering kali dijadikan inspirasi dalam pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Dia menginspirasi pembelajaran interdisipliner dan pendekatan holistik dalam pendidikan, yang sangat relevan dengan dunia modern saat ini.
Pendidikan Holistik
Leonardo da Vinci dikenal luas sebagai seorang polymath yang menguasai berbagai bidang seperti seni, ilmu pengetahuan, teknik, dan anatomi. Meskipun Leonardo tidak secara eksplisit menulis tentang pendidikan holistik, pendekatannya terhadap ilmu pengetahuan dan seni, serta berbagai karya dan catatannya, menunjukkan prinsip-prinsip yang sangat relevan dengan konsep pendidikan holistik. Karya Monumental Leonardo da Vinci yang Berkontribusi pada Pendidikan Holistik
1. Codexes (Manuskrip dan Catatan Ilmiah)
Leonardo da Vinci meninggalkan berbagai manuskrip dan catatan yang dikenal sebagai “codexes.” Manuskrip-manuskrip ini mencakup berbagai topik mulai dari anatomi, teknik, fisika, botani, hingga seni.
Beberapa di antaranya adalah Codex Atlanticus, Codex Leicester, dan Codex on the Flight of Birds. Dalam manuskrip-manuskrip ini, Leonardo menggabungkan observasi empiris dengan ilustrasi detail yang menunjukkan pemahaman mendalam tentang bagaimana alam bekerja.
Relevansi dengan Pendidikan Holistik: Pendekatan Interdisipliner: Leonardo da Vinci tidak membatasi dirinya pada satu disiplin ilmu; dia mengintegrasikan seni dengan ilmu pengetahuan dan teknik dengan estetika.
Ini mencerminkan prinsip pendidikan holistik yang menekankan keterkaitan antar disiplin ilmu dan pentingnya melihat dunia dari perspektif yang menyeluruh.
Pembelajaran Berdasarkan Observasi dan Eksperimen: Da Vinci menggunakan observasi langsung dan eksperimen sebagai cara utama untuk memahami dunia. Ini mirip dengan pendidikan holistik yang menekankan pengalaman langsung, pembelajaran melalui eksplorasi, dan pemahaman yang mendalam melalui keterlibatan langsung dengan subjek yang dipelajari.
2. Studi tentang Anatomi Manusia
Leonardo melakukan studi mendalam tentang anatomi manusia, yang terdokumentasi dalam serangkaian gambar dan catatan yang sangat detail.
Karya-karya ini, seperti Vitruvian Man dan berbagai sketsa anatomi, menunjukkan pemahaman yang luar biasa tentang tubuh manusia dan bagaimana fungsinya.
Relevansi dengan Pendidikan Holistik: Penghargaan Terhadap Keterkaitan Fisik dan Spiritual: Dalam pendidikan holistik, ada perhatian terhadap perkembangan fisik, emosional, intelektual, dan spiritual siswa.
Leonardo melihat tubuh manusia tidak hanya sebagai mesin fisik tetapi juga sebagai sesuatu yang memiliki hubungan dengan alam dan bahkan kosmos. Studi anatomi Leonardo mencerminkan pemahaman holistik ini.
Belajar melalui Visualisasi dan Seni: Leonardo menggunakan gambar untuk menjelaskan dan memperdalam pemahamannya tentang anatomi dan mekanisme tubuh.
Pendekatan visual ini sangat efektif dalam pembelajaran holistik, yang sering menggunakan berbagai metode untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar.
3. Lukisan dan Karya Seni: Beberapa karya seni monumental Leonardo, seperti Mona Lisa dan The Last Supper, mencerminkan pandangan dunianya yang holistik. Leonardo tidak hanya tertarik pada representasi visual tetapi juga pada makna dan hubungan mendalam antara elemen-elemen dalam karyanya.
Relevansi dengan Pendidikan Holistik: Keterkaitan Seni dan Sains: Leonardo memandang seni dan sains sebagai dua aspek yang saling melengkapi dalam memahami dunia.
Dalam pendidikan holistik, seni dianggap penting sebagai cara untuk mengeksplorasi perasaan, imajinasi, dan kreativitas, sedangkan sains menyediakan kerangka kerja untuk memahami dunia secara rasional.
Pengembangan Pemikiran Kritis dan Kreatif: Karya seni Leonardo sering kali mengundang pemirsa untuk merenungkan, menginterpretasikan, dan terlibat dalam proses pemikiran kritis dan kreatif.
Pendidikan holistik menekankan pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kreatif sebagai bagian dari pembelajaran yang seimbang.
Meskipun Leonardo da Vinci tidak secara eksplisit mengembangkan teori pendidikan holistik, pendekatan interdisipliner dan caranya menggabungkan seni, sains, dan teknik dalam berbagai karya menunjukkan prinsip-prinsip pendidikan holistik.
Leonardo melihat dunia sebagai sesuatu yang terhubung secara mendalam, dan pendekatan ini sangat relevan dalam konteks pendidikan yang holistik, yang menekankan keterkaitan, keseimbangan, dan pengembangan manusia secara utuh dalam semua aspeknya.
Leonardo da Vinci dapat dianggap sebagai salah satu pelopor konsep pendidikan holistik dan pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) meskipun istilah-istilah ini belum digunakan pada zamannya.
Da Vinci mempraktikkan dan mempromosikan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu, seni, dan teknik, yang merupakan inti dari pendidikan holistik dan pendekatan STEAM.
Pendidikan holistik menekankan pengembangan seluruh aspek individu—baik intelektual, emosional, sosial, fisik, maupun spiritual.
Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan siswa menjadi individu yang seimbang dan sejahtera, serta mampu berkontribusi positif pada masyarakat.
Kontribusi Leonardo da Vinci terhadap Pendidikan Holistik:
Pertama, Interdisipliner dan Integrasi Pengetahuan: Pendekatan Interdisipliner: Leonardo da Vinci terkenal karena pendekatan interdisipliner dalam belajar dan bekerja.
Dia menggabungkan seni, sains, anatomi, matematika, teknik, dan filsafat dalam karyanya. Ini sesuai dengan prinsip pendidikan holistik yang mendorong siswa untuk melihat hubungan antara berbagai bidang pengetahuan dan bagaimana bidang-bidang ini saling mempengaruhi.
Pembelajaran Sepanjang Hayat: Leonardo da Vinci adalah pelajar sepanjang hayat yang terus-menerus belajar dan memperluas pengetahuannya di berbagai bidang. Pendidikan holistik menekankan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat, di mana siswa didorong untuk terus mencari pengetahuan dan tumbuh sebagai individu yang utuh.
Kedua, Pengembangan Kreativitas dan Pemikiran Kritis: Kreativitas dan Seni: Dalam karyanya sebagai pelukis dan pematung, Leonardo mengekspresikan pemahamannya yang mendalam tentang anatomi, proporsi, dan perspektif.
Dia melihat seni sebagai cara untuk menyelidiki realitas dan menyampaikan ide-ide kompleks. Pendidikan holistik menekankan pengembangan kreativitas sebagai bagian penting dari pembelajaran; Pemikiran Kritis dan Eksperimen: Leonardo sangat kritis terhadap informasi dan mendorong eksperimen dan observasi sebagai cara untuk memahami dunia.
Ini sejalan dengan pendidikan holistik yang mengajarkan siswa untuk berpikir kritis, mempertanyakan asumsi, dan mencari kebenaran melalui bukti dan refleksi.
Ketiga, Pembelajaran Praktis dan Aplikasi Dunia Nyata: Pembelajaran Melalui Pengalaman: Leonardo belajar melalui eksperimen langsung, observasi, dan pengalaman praktis, seperti membedah tubuh manusia untuk memahami anatomi atau mengamati burung untuk merancang mesin terbang.
Pendidikan holistik menghargai pembelajaran pengalaman dan mendorong siswa untuk terlibat dalam proyek-proyek yang berhubungan dengan dunia nyata.
Pendekatan STEAM ala Leonardo da Vinci
STEAM adalah pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan Science (Ilmu Pengetahuan), Technology (Teknologi), Engineering (Teknik), Arts (Seni), dan Mathematics (Matematika) untuk mendorong pemikiran kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah.
1). Science (Ilmu Pengetahuan):
Leonardo melakukan penelitian mendalam dalam bidang anatomi, fisiologi, botani, dan geologi. Misalnya, studi anatominya yang rinci mengungkapkan pemahaman yang mendalam tentang tubuh manusia. Dia menggunakan metode ilmiah dengan melakukan observasi, mencatat data, dan membuat hipotesis.
2). Technology (Teknologi):
Da Vinci dikenal dengan banyak desain mesin dan alat inovatif, seperti konsep awal helikopter, parasut, dan tank tempur. Dia sering menggunakan teknologi yang ada pada zamannya dan mengembangkannya lebih lanjut, memperlihatkan kemampuan untuk berpikir di luar batasan yang ada.
3). Engineering (Teknik):
Leonardo merancang banyak mekanisme kompleks, termasuk jembatan, alat-alat perang, dan sistem hidrolik. Desainnya sering kali sangat canggih dan memperlihatkan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip teknik seperti mekanika, dinamika fluida, dan material.
4). Arts (Seni):
Seni adalah jantung dari banyak pekerjaan Leonardo. Karyanya seperti Mona Lisa dan The Last Supper tidak hanya menunjukkan keahliannya dalam melukis tetapi juga pemahamannya tentang psikologi manusia, cahaya, dan komposisi visual. Seni bagi Leonardo adalah cara untuk mengeksplorasi dunia dan mengekspresikan ide-ide yang kompleks.
5). Mathematics (Matematika):
Leonardo menggunakan matematika untuk memahami proporsi, perspektif, dan harmoni dalam seni dan teknik. Misalnya, dia menerapkan prinsip matematika dalam perspektif linear dalam lukisannya dan menggunakan geometri untuk merancang mesin.
Pendekatan Leonardo da Vinci sangat relevan dengan pendidikan modern karena: Pertama, Mendorong Pembelajaran Holistik: Integrasi seni dan sains dalam pendekatan da Vinci mendukung prinsip pendidikan holistik yang berusaha mengembangkan seluruh potensi siswa.
Kedua, Mendukung Pendekatan STEAM: Dengan menggabungkan sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika, pendekatan da Vinci membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas, yang sangat dibutuhkan di dunia modern.
Ketiga, Menginspirasi Pendidikan Interdisipliner: Leonardo da Vinci mengajarkan kita pentingnya memahami dunia secara holistik dengan mengintegrasikan berbagai bidang pengetahuan, yang dapat menginspirasi sistem pendidikan untuk bergerak melampaui batasan disipliner yang kaku.
Dengan demikian, karya-karya dan pendekatan Leonardo da Vinci menjadi model penting dalam mendukung pendidikan yang tidak hanya fokus pada satu disiplin ilmu tetapi mengintegrasikan berbagai perspektif untuk memahami dan memecahkan masalah dunia nyata.
Bandara Soekarno-Hatta (Indonesia)
Soekarno dan Mohammad Hatta adalah dua tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang bersama-sama mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Makna penting Soekarno dan Hatta bagi Indonesia: Simbol Kemerdekaan dan Nasionalisme: Soekarno adalah Presiden pertama Republik Indonesia, sedangkan Mohammad Hatta adalah Wakil Presiden pertama.
Mereka berdua adalah pahlawan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan.
Bandara yang dinamai dengan nama mereka mengingatkan warga Indonesia dan pengunjung internasional tentang perjuangan panjang Indonesia untuk meraih kemerdekaan dan hak untuk menentukan nasib sendiri.
Pendorong Persatuan dan Pembangunan Nasional: Soekarno dan Hatta mewakili semangat persatuan dan pembangunan nasional.
Keduanya berperan besar dalam menyatukan keberagaman etnis, budaya, dan agama di Indonesia untuk membentuk bangsa yang merdeka.
Nama mereka diabadikan sebagai nama bandara utama Indonesia untuk memperkuat komitmen terhadap persatuan nasional dan aspirasi untuk kemajuan negara.
Ketika Paus Fransiskus terbang dari Bandara Leonardo da Vinci ke Bandara Soekarno-Hatta, ini mencerminkan lebih dari sekadar perjalanan fisik antara dua negara.
Ini adalah simbol pertemuan dua dunia yang memiliki sejarah dan tokoh besar yang berbeda namun sama-sama berkontribusi terhadap perkembangan manusia menuju peradaban kasih persaudaraan manusia.
Pertukaran Budaya dan Dialog: Perjalanan ini mencerminkan pentingnya pertukaran budaya dan dialog antarbangsa.
Leonardo da Vinci sebagai simbol inovasi dan pengetahuan bertemu dengan semangat kemerdekaan dan persatuan yang dilambangkan oleh Soekarno dan Hatta.
Kesamaan dalam Mencari Kemajuan dan Kedamaian: Kedua nama tersebut, meskipun berasal dari latar belakang yang sangat berbeda, juga mewakili semangat yang sama dalam mengejar kemajuan dan kedamaian.
Baik da Vinci dengan inovasi dan kontribusinya terhadap ilmu pengetahuan, dan Soekarno-Hatta dengan perjuangan mereka untuk kemerdekaan dan keadilan sosial, keduanya mengilhami cita-cita global untuk perdamaian dan kemajuan.
Dengan demikian, perjalanan dari bandara Leonardo da Vinci ke Soekarno-Hatta oleh Paus Fransiskus dapat dilihat sebagai simbol penting dari dialog dan pertemuan antara budaya, sejarah, dan nilai-nilai yang berbeda tetapi saling menghormati dan belajar satu sama lain.
Perjalanan Paus Fransiskus dari Bandara Leonardo da Vinci di Roma ke Bandara Soekarno-Hatta di Indonesia bukan sekadar perjalanan fisik yang menghubungkan dua negara.
Ini adalah sebuah perjalanan perjumpaan, percakapan, dan perjamuan peradaban cinta kasih serta persaudaraan manusia.
Sebelum memulai perjalanan ini, Paus Fransiskus berdoa di Basilika Santa Maria Maggiore, tempat di mana ia memohon berkat Bunda Maria agar pesan-pesan persaudaraan, perdamaian, dialog antaragama, harmoni, dan keindahan dalam keberagaman dapat dirasakan dan diaplikasikan di Indonesia.
Pertama, Perjalanan Inteletual: Dialog Antarbudaya dan Antaragama: Perjalanan ini mencerminkan komitmen Paus Fransiskus terhadap dialog antaragama dan antarbudaya, yang menekankan pentingnya memahami dan menghargai perbedaan sebagai kekayaan bersama.
Dalam konteks ini, perjalanan ke Indonesia, yang dikenal sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memperkuat pesan persaudaraan universal yang melampaui batas-batas agama dan budaya.
Pengajaran dan Pembelajaran: Perjalanan ini juga menjadi kesempatan untuk belajar dari komunitas lokal dan mengajarkan nilai-nilai kasih sayang, toleransi, dan perdamaian. Dalam banyak hal, ini adalah perjalanan intelektual di mana gagasan-gagasan besar tentang kemanusiaan, keragaman, dan penghormatan saling dipertukarkan.
Kedua, Perjalanan Moral: Promosi Perdamaian dan Keadilan: Paus Fransiskus sering berbicara tentang keadilan sosial, hak asasi manusia, dan perdamaian.
Perjalanan ini menegaskan kembali dedikasi moral Gereja terhadap perjuangan melawan ketidakadilan, kemiskinan, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Ini bukan hanya tentang berbicara tetapi juga tentang bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut, menunjukkan solidaritas dengan mereka yang tertindas dan rentan.
Moralitas dalam Tindakan: Kehadiran Paus di Indonesia dan interaksi langsung dengan masyarakat setempat menyoroti pentingnya moralitas dalam tindakan, bukan hanya dalam kata-kata.
Dengan berkunjung dan berdialog, Paus menunjukkan contoh nyata bagaimana cinta kasih dan belas kasih dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, Perjalanan Spiritual: Doa dan Refleksi: Dimulainya perjalanan dengan doa di Basilika Santa Maria Maggiore menegaskan aspek spiritual dari perjalanan ini.
Doa adalah bentuk refleksi dan persiapan spiritual, memohon berkat dan bimbingan ilahi untuk menjalankan misi perdamaian dan persaudaraan.
Pertemuan dengan Umat Beriman Sepanjang perjalanannya, Paus Fransiskus bertemu dengan berbagai komunitas agama dan budaya, yang mencerminkan keragaman iman dan keyakinan.
Pertemuan ini adalah perjamuan spiritual di mana cinta kasih dan penghormatan terhadap keyakinan orang lain menjadi pusat dari pengalaman bersama.
Perjalanan sebagai “Perjamuan Peradaban Cinta Kasih Persaudaraan Manusia”
Perjalanan ini tidak hanya fisik tetapi juga sebuah simbol perjamuan peradaban.
Di dalamnya, setiap pertemuan, percakapan, dan momen refleksi adalah bagian dari perjamuan besar di mana semua orang diundang untuk berpartisipasi dalam cinta kasih dan persaudaraan.
Paus Fransiskus, melalui perjalanan ini, menyerukan kepada seluruh umat manusia untuk menyatukan hati mereka dalam kasih, melampaui perbedaan untuk membangun dunia yang lebih adil dan damai.
Ini adalah panggilan untuk transformasi global yang melibatkan pemikiran intelektual yang mendalam, komitmen moral yang kuat, dan dedikasi spiritual yang tulus. Sebuah perjalanan yang menekankan bahwa cinta kasih dan persaudaraan bukan hanya cita-cita melainkan kenyataan yang harus diwujudkan dalam tindakan nyata di setiap sudut dunia.
Kesamaan Sikap dan Visi Membangun Peradaban Empatik
Leonardo da Vinci, Soekarno-Hatta, dan Paus Fransiskus memiliki visi yang selaras dalam membangun peradaban empatik di Planet Bumi, di mana Bumi dipandang sebagai rumah bagi semua makhluk hidup.
Meskipun mereka berasal dari zaman dan konteks yang berbeda, ketiganya berbagi komitmen terhadap kemanusiaan, keadilan, dan penghormatan terhadap alam dan kehidupan dalam segala bentuknya. Berikut adalah kesamaan visi mereka dalam konteks peradaban empatik:
1). Pemahaman Holistik tentang Kehidupan dan Alam
Leonardo da Vinci: Sebagai seorang polymath, da Vinci memiliki pemahaman mendalam tentang interkoneksi antara semua elemen alam.
Karyanya mencerminkan perhatian yang luar biasa terhadap detail dalam alam dan bagaimana manusia adalah bagian integral dari ekosistem yang lebih besar.
Dia sering memadukan sains dan seni untuk mengungkapkan keindahan dan kompleksitas alam, menunjukkan bahwa setiap makhluk dan elemen alam memiliki tempat dan peran dalam harmoni kosmik.
Soekarno-Hatta: Sebagai bapak pendiri bangsa Indonesia, Soekarno dan Hatta menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman.
Mereka mempromosikan konsep Pancasila, yang salah satu prinsipnya adalah “Kemanusiaan yang adil dan beradab,” yang menggarisbawahi penghormatan terhadap semua manusia dan kehidupan di alam semesta.
Mereka melihat Indonesia sebagai bagian dari dunia yang lebih besar dan menekankan hubungan harmonis antara manusia dan lingkungan.
Paus Fransiskus: Dalam ensikliknya Laudato Si’, Paus Fransiskus menyerukan perhatian global terhadap krisis lingkungan dan menekankan konsep “rumah bersama” (common home) untuk semua makhluk hidup.
Dia mengajak umat manusia untuk mengenali dan menghormati hubungan antara semua makhluk hidup dan mengadopsi gaya hidup yang berkelanjutan dan penuh kasih terhadap bumi.
2). Membangun Keadilan dan Perdamaian Global
Leonardo da Vinci: Meskipun terkenal sebagai seorang seniman dan ilmuwan, da Vinci juga seorang pemikir kemanusiaan yang percaya pada pentingnya kedamaian dan keadilan.
Dia sering mengeksplorasi konsep harmoni dalam karyanya, yang bisa dilihat sebagai refleksi dari keinginannya untuk melihat dunia yang lebih adil dan damai, di mana sains dan seni berkontribusi pada kesejahteraan bersama.
Soekarno-Hatta: Keduanya memiliki visi untuk membangun Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Mereka memperjuangkan keadilan sosial dan politik bagi semua rakyat Indonesia serta mendukung gerakan-gerakan anti-kolonial dan kemerdekaan di seluruh dunia. Visi mereka mencakup perjuangan untuk perdamaian global dan kemanusiaan yang lebih adil, dengan Indonesia berperan sebagai pelopor di Asia dan dunia.
Paus Fransiskus: Dia terus mendorong dialog antaragama, perdamaian, dan keadilan sosial. Dalam banyak pesannya, Paus Fransiskus berbicara tentang perlunya solidaritas global untuk mengatasi ketidakadilan ekonomi dan sosial, serta mempromosikan perdamaian di antara semua bangsa. Dia percaya pada pentingnya empati dan dialog sebagai alat untuk menyelesaikan konflik dan memajukan kesejahteraan bersama.
3). Pentingnya Pendidikan dan Pencerahan untuk Kemajuan Manusia
Leonardo da Vinci: Sebagai seorang visioner, da Vinci adalah pendukung kuat untuk pembelajaran sepanjang hayat dan eksplorasi intelektual.
Dia percaya bahwa pengetahuan adalah kunci untuk memahami alam dan memperbaiki kehidupan manusia.
Pandangannya mendukung pendidikan yang tidak hanya fokus pada satu disiplin tetapi mencakup berbagai bidang ilmu dan seni untuk menciptakan individu yang holistik dan tercerahkan.
Soekarno-Hatta: Mereka menekankan pentingnya pendidikan nasional untuk membangun bangsa yang mandiri dan bermartabat.
Pendidikan dianggap sebagai alat penting untuk membebaskan pikiran dan membangun kesadaran nasional serta solidaritas internasional.
Visi mereka tentang pendidikan adalah menciptakan masyarakat yang berpengetahuan luas, sadar sosial, dan bertanggung jawab.
Paus Fransiskus: Dia melihat pendidikan sebagai sarana penting untuk membangun generasi yang lebih sadar akan lingkungan, empati, dan kasih sayang.
Paus sering berbicara tentang perlunya pendidikan yang menanamkan nilai-nilai spiritual, moral, dan ekologis dalam membentuk individu yang peduli terhadap dunia dan sesama makhluk hidup.
4). Komitmen terhadap Cinta Kasih, Persaudaraan, dan Solidaritas Universal
Leonardo da Vinci: Meskipun sebagian besar karyanya bersifat ilmiah dan artistik, da Vinci sering mencerminkan cinta kasih universal dalam pemahamannya tentang alam dan kemanusiaan.
Karyanya yang detail dan penuh perhatian terhadap realitas alamiah menunjukkan rasa hormat yang mendalam dan cinta terhadap kehidupan dalam segala bentuknya.
Soekarno-Hatta: Dengan dasar filosofis Pancasila, mereka mempromosikan persaudaraan dan solidaritas di antara bangsa-bangsa.
Mereka percaya bahwa perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan adalah bagian dari perjuangan global untuk persaudaraan manusia dan solidaritas di antara berbagai bangsa dan ras.
Paus Fransiskus: Melalui ajarannya, Paus Fransiskus terus menekankan pentingnya cinta kasih, persaudaraan, dan solidaritas universal.
Dia mendorong semua orang untuk melampaui perbedaan dan bersatu dalam semangat kasih sayang dan penghormatan terhadap semua ciptaan Tuhan.
Leonardo da Vinci, Soekarno-Hatta, dan Paus Fransiskus berbagi visi bersama dalam hal menghormati kehidupan, mempromosikan keadilan dan perdamaian, pentingnya pendidikan untuk kemajuan manusia, dan cinta kasih serta persaudaraan universal.
Meskipun mereka datang dari konteks dan era yang berbeda, semangat mereka untuk membangun peradaban empatik (The empathic civilization) di Planet Bumi mencerminkan upaya kolektif untuk melihat Bumi sebagai rumah bersama yang harus dijaga, dihormati, dan dihuni dengan cinta dan empati bagi semua makhluk hidup.
Penutup
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, yang diawali dengan doa di Basilica Santa Maria Maggiore dan dilanjutkan dengan penerbangan dari Bandara Leonardo da Vinci menuju Bandara Soekarno-Hatta, merupakan lebih dari sekadar perjalanan fisik.
Ini adalah simbol dari perjalanan perjumpaan, percakapan, dan perjamuan peradaban empatik yang penuh dengan cinta kasih persaudaraan.
Di Basilika Santa Maria Maggiore, Paus berdoa memohon berkat dan bimbingan Ilahi, menghubungkan spiritualitas dengan misi kemanusiaan yang luhur.
Bandara Leonardo da Vinci, yang melambangkan jembatan antara sains, seni, dan kemanusiaan, menginspirasi perjalanan yang tidak hanya menghubungkan dua negara, tetapi juga menghubungkan nilai-nilai kebijaksanaan, kreativitas, dan kasih sayang yang menjadi warisan universal.
Di sisi lain, Soekarno-Hatta, pilar kemerdekaan dan persatuan Indonesia, melambangkan semangat persaudaraan dan solidaritas global, menyerukan kepada seluruh umat manusia untuk mengesampingkan perbedaan dan merangkul keberagaman sebagai kekuatan.
Kunjungan ini menegaskan kembali panggilan universal untuk membangun peradaban yang berlandaskan cinta kasih, di mana setiap individu diundang untuk menjadi bagian dari dialog antaragama, pencarian kedamaian, dan usaha bersama dalam menjaga keharmonisan alam semesta.
Dengan langkah yang penuh inspirasi, Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk melangkah bersama menuju masa depan yang lebih cerah—masa depan di mana cinta kasih dan persaudaraan menjadi dasar dari setiap tindakan, dan di mana bumi ini, sebagai rumah bersama, dihargai dan dijaga dengan penuh empati dan tanggung jawab.
Inilah saatnya kita semua bergandengan tangan dalam perjalanan besar ini, menuju dunia yang lebih adil, penuh cinta kasih, dan harmonis bagi semua makhluk hidup.
Daftar Pustaka
Da Vinci, L. (1970). The Notebooks of Leonardo da Vinci. Dover Publications.
Komarudin, M. (2007). Soekarno-Hatta: Dwitunggal Proklamator Kemerdekaan Indonesia. Kompas.
Paus Fransiskus. (2015). Laudato Si’: On Care for Our Common Home. Vatican Press.
Paus Fransiskus. (2020). Fratelli Tutti: On Fraternity and Social Friendship. Vatican Press.
Tilaar, H.A.R. (2003). Membangun Pendidikan Nasional dalam Perspektif Kebudayaan. Balai Pustaka.
Kusuma, A.B. (2009). Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945: Memuat Salinan Dokumen Otentik Badan Oentoek Menyelidiki Oesaha-oesaha Persiapan Kemerdekaan. Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Jacobs, M. (2009). The Nature of Leonardo: An Exploration of Leonardo Da Vinci’s Vision of Nature. Princeton University Press.
Korten, D. (2006). The Great Turning: From Empire to Earth Community. Berrett-Koehler Publishers.
Susanto, E. (2016). Pancasila dalam Pusaran Sejarah Indonesia. Gramedia.
Stiglitz, J.E. (2006). Making Globalization Work. W.W. Norton & Company.