Oleh: Febrianus Mahit
Mahasiswa Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero
Kesetaraan gender adalah suatu konsep yang menekankan pentingnya hak dan kesempatan yang sama bagi semua individu, tanpa memandang jenis kelamin.
Di era modern ini, kesetaraan gender bukan hanya menjadi isu moral dan sosial, tetapi juga menjadi pilar penting bagi kemajuan ekonomi dan pembangunan masyarakat.
Isu kesetaraan gender menjadi salah satu masalah utama yang mencakup seluruh dunia termasuk Indonesia.
Di Indonesia, kesetaraan gender adalah isu fundamental yang berkatian dengan akses dan peluang yang setara antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti Pendidikan, pekerjaan, dan politik.
Meskipun, telah terjadi kemajuan yang signifikan ditunjukkan oleh penurunan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) dari angka 0,459 pada tahun 2022 manjadi 0,447 apad tahun 2023 (dilansir Badan Pusat Statistik (BPS)), akan tetapi tantangan masih tetap ada seperti partisipasi perempuan di sektor formal dan politik.
Tantangan utama dalam upaya mencapai kesetaraan gender yang telah diperjuangkan selam puluhan tahun sangat kompleks, mencakup aspek sosial, budaya dan politik.
Ketidaksetaraan gender terjadi karena berbagai faktor yang saling berkaitan, termasuk norma budaya, sistem sosial, dan kebijakan yang belum sepenuhnya tercapai.
Berikut beberapa faktor yang masih menjadi penghalang yang signifikan dalam mengupayakan kesetaraan gender:
Pertama, budaya patriarki dan norma sosial tradisional. Banyak daerah di Indonesia yang masih bergantung pada budaya patriarki.
Budaya patriarki menempatkan laki-laki sebagai pengambil keputusan utama, baik di ranah publik maupun domestik.
Norma ini memposisikan perempuan sebagai pihak yang seharusnya berfokus pada urusan rumah tangga dan mengurangi kesempatan mereka dalam Pendidikan, ekonomi, dan politik.
Selama budaya patriarki masih dominan, kesetaraan gender akan sulit dicapai. Perubahan pola pikir masyarakat sangat dibutuhkan dan pembagian peran yang lebih setara antara laki-laki dan perempuan.
Kedua, stereotip dan pembatasan peran gender. Stereotip seperti “laki-laki harus kuat” atau “perempuan hanya cocok bekerja di sektor tertentu” membatasi pilihan karir dan kehidupan pribadi.
Peran gender yang kaku ini menghalangi perempuan untuk berkembang di bidang yang biasanya didominasi laki-laki, seperti teknologi dan politik.
Penting untuk mengubah persepsi ini melalui pendidikan dan kampanye kesadaran agar semua orang bebas memilih peran sesuai minat dan kemampuan, tanpa dibatasi stereotip.
Ketiga, akses terbatas terhadap pendidkan dan ekonomi. Ketipangan gender sering muncul karena akses yang tidak merata terhadap Pendidikan dan pekerjaan, terutama di wilaya pedesaan atau daerah tertinggal.
Anak Perempuan seringkali diprioritaskan lebih rendah untuk sekolah, dan perempuan dewasa lebih sering terjebak dalam pekerjaan informal dengan upah rendah.
Perlu ada kebijakan khusus untuk memastikan semua anak, tanpa memandang jenis kelamin mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas.
Selain itu pemberdayaan ekonomi perempuan melalui program UMKM dan kewirausahaan sangat penting.
Keempat, kekerasan dan diskriminasi berbasis gender. Perempuan dan kelompok rentan sering kali mengalami kekerasan dan diskriminasi, baik di dalam keluarga, tempat kerja, maupun ruang publik.
Kekerasan ini memperburuk ketidaksetaraan gender dan mengurangi kesempatan mereka untuk berkembang.
Penegakan hukum yang tegas dan pemberian perlindungan bagi korban kekerasan sangat diperlukan untuk meminimalkan dampak buruk ketidaksetaraan gender.
Urgensitas Partisipasi Perempuan dalam Dunia Politik
Perjuangan dalam mengupaya kesetaraan gender di Idonesia telah berlansung lama, akan tetapi hingga saat ini masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya.
Salah satu cara atau jalan penting dalam mencapai kesetaraan gender adalah dengan meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik.
Keterlibatan perempuan dalam berpolitik tidak hanya berdampak pada representasi yang lebih adil, tetapi juga kunci untuk menciptakan kebijakan-kebijakan yang lebih inklusif dan sensitif terhadap isu-isu yang dihadapi oleh perempuan.
Kesetaraan gender dalam bidang politik tidak hanya tentang berapa banyak Perempuan yang duduk di kursi kekuasaan, tetapi lebih pada pada bagaimana mereka bisa berperan aktif dalam proses pengambilan Keputusan.
Perempuan sering kali membawa perspektif yang berbeda, terutama dalam hal isu-isu sosial seperti Kesehatan, Pendidikan dan kesejahteraan.
Perspektif seperti ini sangat penting untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Di Indonesia, meskipun sudah ada kemajuan dengan diterapkannya kuota 30 persen perempuan dalam parlemen, tetapi tantangan masih tetap ada.
Kuota ini tidak selalu memastikan bahwa, Perempuan yang terpilih benar-benar dapat berkontribusi secarah penuh dalam politik.
Banyak perempuan yang terjebak dalam politik simbolik- sekedar memenuhi kuota tanpa diberi ruang dan dukungan yang cukup untuk menunjukkan kemampuan mereka.
Dalam beberapa kasus, mereka diabaikan atau tidak dianggap serius oleh kolega laki-laki mereka.
Padahal, peran perempuan dalam politik sangat vital untuk mendorong kebijakan-kebijakan yang lebih adil terutam dalam kesetaraan gender.
Perempuan cenderung lebih peka terhadap isu-isu seperti kekerasan terhadap perempuan, kesenjangan upah, akses terhadap pendidikan, dan layanan Kesehatan reproduksi.
Kebijakan yang dihasilkan dari perspektif kaum perempuan biasanya lebih memperhatikan keadilan sosial, yang pada akhirnya bermanfaat tidak hanya bagi perempuan, tetapi juga masyarakat luas.
Untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam politik, tidak cukup hanya dengan menambah jumlah perempuan dalam jabatan politik.
Perempuan juga perlu didukung dengan akses terhadap Pendidikan politik, pelatihan kepemimpinan, jaringan politik yang kuat.
Partai politik harus menjadi tempat yang inklusif, di mana Perempuan dapat mengembangkan kemampuan mereka secarah setara dengan laki-laki.
Selain itu, keterlibatan masyarakat juga berperan penting dalam mengubah cara pandang terhadap kepemimpinan kaum Perempuan.
Banyak Perempuan yang dihadapkan pada stereotip gender yang menyulitkan mereka untuk diakui sebagai pemimpin sejati.
Oleh karena itu, kampanye kesadaran publik tentang pentingnya kepemimpinan Perempuan harus terus digalakkan.
Dukungan dari masyarakat dan media untuk perempuan dalam politik akan sangat membantu dalam mematahkan stigma yang membatasi.
Perempuan yang sudah berhasil masuk ke dunia politik harus berperan sebagai mentor dan membuka jalan bagi generasi muda perempuan untuk untuk mengikuti jejak mereka.
Perempuan yang saling mendukung dan saling bekerja sama dapat membangun solidaritas yang kuat untuk memperjuangkan kesetaraan gender.
Solidaritas ini akan memperkuat upaya mereka dalam menciptakan kebijakan-kebijakan yang mendukung hak-hak perempuan dan memberantas diskriminasi gender.
Pada akhirnya, kesetaraan gender dalam politik bukan hanya tentang kepentingan perempuan, tetapi juga tentang membangun demokrasi yang lebih sehat dan inklusif.
Dunia politik yang diwarnai oleh keberagaman gender akan menghasilkan kebijakan yang lebih adil dan mewakili kebutuhan seluruh lapisan Masyarakat.
Oleh karena itu, meningkatkan peran perempuan dalam politik adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih setara dan adil bagi semua.