Kupang, Vox NTT – Pemuda Katolik Nusa Tenggara Timur memberikan apresiasi kepada Penjabat Gubernur NTT, Andriko Noto Susanto yang turun langsung menyelesaikan konflik berdarah antara warga Desa Ilepati dan Desa Bugalima, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur.
“Kehadiran beliau (Penjabat Gubernur NTT) dapat meredakan gejolak yang sedang terjadi,” kata Ketua Pemuda Katolik NTT, Yuvensius Tukung kepada VoxNtt.com, Kamis, 24 Oktober 2024.
Yuvens kemudian meminta pemerintah baik provinsi maupun Pemerintah Kabupaten Flores Timur agar segera menuntaskan persoalan ini. Harus memberikan perhatian yang khusus dan secara serius hingga pada tahap mengakhiri persoalan tanpa membekas, katanya.
Menurut mantan Anggota DPRD Kota Kupang itu, pemerintah mesti menjadi mediator dalam upaya resolusi konflik yang berkepanjangan. Upaya jangka pendek tidak cukup jika tidak menuntaskan persoalan.
“Kita tidak ingin hari ini reda dan nanti entah kapan akan terulang kembali,” katanya.
Ia pun mengajak masyarakat untuk menahan diri dan mencegah terjadinya perang lanjutan. Bagaimanapun, kata Yuvens, perang saudara seperti ini berdampak kerugian besar bagi kedua belah pihak.
“Nyawa menjadi kurban, rumah hilang, bahkan meninggalkan rasa trauma dan mengganggu ruang aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Masyarakat sendiri yang alami kerugian besarnya,” tandas dia.
Menempuh jalur hukum dalam upaya penyelesaian sengketa menurut Yuvens, adalah opsi tepat dan jauh lebih baik ketimbang menempuh jalur perang tanding.
Ia mencontohkan, di Kabupaten Manggarai khususnya di Kecamatan Ruteng pernah mengalami peristiwa serupa – perang tanding berkepanjangan.
Namun sekarang tidak terjadi lagi setelah menemukan kata sepakat antara dua belah pihak yang difasilitasi oleh pemerintah daerah. Intinya adalah sama-sama saling menguntungkan kedua belah pihak. Hingga sekarang aman damai dan tenteram.
“Mungkin pengalaman di sana bisa menjadi rujukan,” ujarnya.
Yuvens menegaskan, Pemuda Katolik NTT mendukung penuh aparat TNI-Polri dalam melakukan langkah-langkah pencegahan. Bila perlu aparat keamanan membuka pos jaga dan menempatkan petugas pada setiap daerah yang rawan dan berpotensi terjadi konflik serupa.
“Sehingga sejak dini bisa terdeteksi dan diantisipasi terjadinya peperangan,” tutup Yuvens.
Melansir Ekora NTT, konflik berdarah antara warga Desa Ilepati dan Desa Bugalima, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur terjadi pada Senin, 21 Oktober 2024.
Dilaporkan rumah warga Desa Bugalima dibakar oleh warga Desa Ilepati. Setidaknya ada 49 unit rumah warga yang terbakar.
Peristiwa tersebut merupakan puncak dari masalah tanah adat antara kedua desa sejak tahun 1990-an hingga kini.
Tidak hanya rumah yang dibakar, ada empat warga terpaksa dilarikan ke RSUD Hendrikus Fernandez Larantuka setelah tertembak senapan angin. Keempatnya yakni, AF, AP, MS, dan DO. Sementara satu orang korban berinisial SI meninggal dunia. [VoN]