Rote Ndao, Vox NTT – Calon gubernur NTT nomor urut 2, Emanuel Melkiades Laka Lena bertekad menjadikan Rote Ndao sebagai beranda selatan NKRI yang indah, dan membangun industri pengelolaan potensi unggulan.
“Ini adalah kabupaten terakhir dari konsolidasi tim pemenangan kami di 22 kabupaten/kota. Dalam sejarah Republik ini yang sering disebut sebagai salah satu penjuru mata angin adalah Rote Ndao. Sebagai ujung selatan NKRI,” jelas Melki saat rapat konsolidasi tim pemenangan Melki Laka Lena-Johni Asadoma di Gedung DPD II Golkar Rote Ndao, Desa Holoama, Kecamatan Lobalain, Kamis, 14 November 2024.
Menurutnya, batas selatan ini tentu saja punya harga. Sebab itu, paket Melki-Johni dan pasangan calon bupati dan wakil bupati Rote Ndao, Paulus Henuk dan Apremoi Dudelusy Dethan atau paket Ita-Esa memastikan nilai pariwisata di Rote Ndao akan diprioritaskan. Dikatakan Melki, Rote punya batas yang menjanjikan untuk percepatan pembangunan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi.
“Nilai perbatasan ini belum kita manfaatkan sebagai keunggulan komparatif dan kompetitif terhadap Republik ini. Nilai ini harus kita maksimalkan dengan baik,” kata Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar itu.
Ia mengklaim pada debat pertama pemilihan gubernur NTT, hanya Melki-Johni yang berbicara tentang batas Rote tersebut. Dan di Pilkada Rote Ndao, hanya paket Ita-Esa yang berbicara tentang keunggulan batas tersebut.
“Ini juga punya kesinambungan dukungan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten,” pungkas Melki.
Melki juga menyentil tentang pendapatan asli daerah (PAD) Rote Ndao yang masih kecil. Menurut dia, hal ini terjadi karena masyarakat Rote Ndao tidak didorong untuk mengolah hasil buminya.
“Melki-Johni mempunyai sebuah desain ke depan kabupaten kota di NTT harus masuk pada industri pengelolaan hasil bumi, baik di sektor pertanian, kelautan perikanan, peternakan, perkebunan dan pariwisata,” cetus Melki.
“Jangan lagi kita jual hasil mentah, tetapi kita olah dulu jadi barang jadi baru kita pasarkan menjadi hasil bernilai tinggi. Dengan begitu, hasil bumi di Rote ini punya nilai tambahnya,” lanjutnya.
Ia menerangkan, bila masyarakat menjual bahan mentah kepada orang lain, maka pendapatan petani atau nelayan pasti biasa-biasa saja.
Sebaliknya, bila masyarakat punya banyak uang, maka sudah pasti PAD akan naik. Sebab, masyarakat bisa membayar retribusi dan pajak. Alhasil daerah makin makmur dan sejahtera.
“Sehingga bersama Ita-Esa kita buat Rote Ndao lebih maju. Jadi PAD meningkat jika pendapatan per kapita masyarakat bertambah melalui industri pengelolaan hasil bumi,” jelas Melki.
Diutus Presiden Prabowo untuk Pimpin NTT
Dalam kesempatan tersebut Melki juga mengaku bahwa dirinya diutus Presiden Prabowo Subianto untuk menjadi gubernur NTT.
“Saya ditugaskan sebagai gubernur melalui pertemuan suatu sore antara pak Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Agus Harimurti Yudhoyono dan Zulkfli Hasan,” cerita Melki.
Dalam pertemuan itu, kata dia, ketiga tokoh nasional itu berdiskusi tentang “siapakah yang akan maju menjadi calon gubernur di 38 provinsi dari koalisi Prabowo-Gibran.”
“Kemudian ada 5 provinsi yang disepakati siapa calon gubernurnya, termasuk NTT. Saya kagetnya yang mengusulkan saya maju gubernur adalah bapak Prabowo Subianto, presiden kita. Dan usulan ini saya anggap sebagai sebuah perintah,” tutur Melki.
Ia pun bersyukur sebab calon wakil gubernurnya adalah orang hebat yakni Johni Asadoma.
“Beliau (Johni Asadoma) mantan Kapolda NTT, mantan petinju nasional pernah juara piala Presiden dan mantan ketua tim pembela pasukan perdamaian di luar negeri,” ungkap Melki.
“Bersama pak Johni, kami mendapat dukungan 11 partai politik. Kami mempunyai keinginan dan visi misi adalah NTT makin maju, sehat, cerdas, sejahtera dan berkelanjutan sesuai yang diamanatkan oleh pak Jokowi dan pak Prabowo,” tambahnya. [*]