Oleh: Fransiskus Sardi
Judul: Re dan peRempuan
Penulis: Maman Suherman
Penerbit: KPG, 2021
Jumlah Halaman: vi+330 hlm
ISSBN: 978-602-481-561-5
Re dan peRempuan adalah novel yang diangkat dari kisah nyata dan hasil penelitian skripsi Maman Suherman. Latar ceritanya mengangkat sisi kelam Jakarta sekitar tahun 1987-1989.
Novel ini dinarasikan dengan bahasa yang sederhana, alurnya bisa diraba-raba, tapi menyiratkan pesan-pesan yang mendalam.
Novel dibagi dalam dua bagian, yang pertama berkisah tentang Re, seorang perempuan cantik yang menjadi pelacur lesbian.
Ia kabur ke Jakarta dalam keadaan hamil besar dan terjebak hutang dengan mucikarinya, Mami Lani.
Rere menjadi pelacur karena terjebak hutang dengan Mami. Mami yang awalnya malaikat yang mau membantu menutrisikan masa kehamilan Rere berubah ganas menjadi wanita haus harta.
Hingga rumah Mami, bukan hanya tempat jual barang antik, tapi juga wanita cantik.
Sebagai wanita yang punya latarbelakang pernah ingin digugurkan oleh keluarganya, Re menjadi sosok perempuan tangguh.
Karena ketangguhan itu ia rela menolak tawaran manis Mami Lani untuk mengugurkan kandungannya.
Ia rela menitipkan putri kesayangannya pada sepasang keluarga ibu Marlina dan pak Sutadi, ia rela jadi seorang pelacur, ia rela untuk tidak memeluk langsung puterinya karena tak ingin tubuh suci puterinya melekat keringat pelacur, ia juga rela (mungkin) tewas tersalib di tiang listrik dengan tubuh penuh sayatan.
Satu sekolah kehidupan yang tiada tara, perjuangan hidup seorang ibu, ‘kasih ibu tak terhingga sepanjang masa’ seperti lirik lagu SM Mochtar.
Novel juga mengisahkan bagaimana pasar dunia malam. Seluk beluk kehidupan, diuraikan satu persatu. Dalam pengakuannya, Re awalnya hanya mau dijadikan sebagai objek penelitian skripsinya.
Herman, demikian sopir Re dalam novel, diseret masuk dalam kehidupan dunia pelacuran. Ia jadi paham klasifikasi pelacuran.
Ternyata banyak dan sungguh variasi namanya, dan dari Re, Herman mengenal bagaimana sistem kerja para pelacur tersebut.
Bagian kedua yang adalah sekuel dari Re, peRempuan berkisah tentang Melur, puteri Rere yang ingin mencari kebenaran atas kesangsian hidupnya, dirinya, dan rahasia dibalik kematian tantenya (sejak kecil Re dipanggil tante oleh Melur).
Herman menempatkan dirinya sebagai sosok yang memendam rahasia, dan menenangkan ‘keinginan’ balas dendam dari Melur.
‘Aku harus terus merawatnya, agar api janji baik kehidupan tak boleh redup dan padam oleh dendam’.
Nahasnya, bagi Melati Putih, Melur, ‘kebenaran adalah jalan yang lurus dan sempit yang harus diambil manusia, untuk mendapatkannya surganya yang hilang’.
Melur, puteri yang berkuliah di negeri Sakura, diam-diam mencari tahu orang tua kandungnya. Sebelum Herman memberitahu rahasia besar pada Melur, putri yang belajar PhD in Economics, sudah berulang melakukan investigasi.
Walau berkuliah di Jepang, ternyata ia sering pulang diam-diam ke Indonesia untuk menguak misteri identitas dirinya. Ia bahkan berkunjung ke kerabat keluarga rekan kerja ibunya dulu.
Berbekal pengetahuan itu, ia bertanya pada Herman yang selama ini mengakui sebagai ayahnya.
Pada akhirnya, wanita tangguh itu juga mengetahui kebenarannya. Pengakuan Herman membawa Melati Putih membalas kasih ibunya.
Perjuangan Melur seperti gambaran ‘keharusan’ seorang anak untuk berbuat sesuatu atas tantenya.
Lagu Kasih Ibu ‘hanya memberi tak harap kembali’ sejatinya menyiratkan pesan bahwasaannya setiap anak punya kewajiban untuk mengabdi dan berbakti pada ibu.
Fransiskus Sardi, tinggal di Yogyakarta.
Alumnus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.