Oleh: Yohanes Mau
Guru di SMA Katolik St. Josef Freinademetz Tambolaka, Sumba Barat Daya, NTT
Sabtu, 22 Maret 2025 usai penyerangan para guru dan pembakaran sekolah di pedalaman Yahukimo, Papua pegunungan yang menyebabkan meninggalnya guru Rosalia Rerek Sogen, asal Flores Timur, NTT.
Pristiwa penyerangan oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) ini menggoreskan luka yang dalam. Guru Rosalia Rerek meninggal dan keenam teman lainnya terluka.
Padahal ia bersama rekan-rekannya rela meninggalkan tanah lahir dan orang-orang tersayangnya hanya demi masa depan generasi bangsa yang berkualitas.
Rindu terdalam dari hati guru agar anak-anak Papua dibimbing dan dituntun untuk menggapai masa depan.
Guru Rosalia Rerek dan kawan-kawan sedang berjuang memberikan pelayanan dan pengabdian terbaik demi masa depan anak-anak Papua.
Mereka telah memberikan seluruh hatinya. Namun sayangnya OPM bersama teamnya menolak adanya kemajuan di tanah Papua dengan tindakan brutal.
Menghabiskan nyawa Ibu Adelia Rerek yang telah lama mendedikasikan seluruh totalitas dirinya dengan penuh cinta demi masa depan anak-anak Papua.
Tanah Papua, negeri cendrawasih dikenal dengan sebutan surga kecil turun di bumi. Memiliki segalanya yang dianugerahkan oleh Tuhan Sang Pencipta.
Namun secara Sumber Daya Manusia mereka sangat membutuhkan pertolongan untuk keluar dari lilitan ketertinggalan di bidang pendidikan.
Sehingga pemerintah berupaya mengirimkan tenaga-tenaga guru relawan untuk mengabdi di wilayah pedalaman Papua.
Kehadiran para guru dari berbagai daerah di Indonesia yang dikirim ke pedalaman Papua memberikan senyum bahagia bagi anak-anak Papua.
Karena bersama guru mereka mengukir sejarah baru demi masa depan Papua yang lebih baik dari hari ini.
Telah sekian lama mereka telah mengukir cinta bersama, bermain bersama dalam segala keterbatasan. Namun kini semuanya tinggal jejak dan kenangan yang terukir indah dalam sejarah hidup.
Guru Rosalia Rerek Sogen adalah salah satu guru yang meninggalkan segala-galanya di tanah lahirnya di Flores Timur demi mendedikasikan seluruh totalitas diri untuk anak-anak Papua.
Dalam lamanya waktu ia mengalirkan ilmu, cinta dan perhatiannya kepada anak-anak Papua dengan penuh sukacita.
Namun siapa mengira, dalam waktu, bersama hari dan musim di tengah lengangnya semesta pengunungan Papua.
Sekelompok gerombolan OPM menyerang para guru yang sedang melakukan aktivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Tragedi itu bagai sembilu yang menyayat hati di tengah siang bolong. Bahagia dan kegembiraan yang dialami dan dirasakan oleh anak-anak Papua pupus bersama hari.
Sekolah mereka dibakar dan guru-guru kesayangan mereka diserang dan dibunuh tanpa kasihan sedikit pun.
Lantas dimanakah hati OPM? Tidak ada lagikah pendekatan jalan damai lain untuk menyampaikan pendapat, ide dan gagasan? Ah, OPM betapa teganya hatimu menggoreskan luka terdalam untuk anak-anak Papua dan seluruh warga Indonesia.
Kisah meninggalnya guru Adelia Rerek dan enam korban luka penyerangan OPM meninggalkan sejarah kelam bagi tanah Papua dan negeri Indonesia.
Guru Rosalia Rerek dan kawan-kawannya adalah cahaya di tengah kegelapan tanah Papua. Pergi untuk mengajar dan pulang dengan tubuh kaku tanpa bahasa.
Ratap tangis anak-anak Papua pecah melepas pergikan guru tersayang mereka Adelia Rerek dan kawan-kawannya.
Mereka tertinggal bagai anak yatim. Hati mereka yang telah lama terikat oleh cinta yang tulus kini terluka dan putus oleh ulah tindakan kriminal kelompok OPM.
Tangis anak-anak bersama orangtua Papua pecah di padang bukit itu menyaksikan perpisahan yang terjadi. Mereka berseragam hari ini namun tidak ada lagi ilmu yang dibagikan oleh para guru.
Mereka semua membantu memikul jarahan dari para guru menuju bukit. Di sanalah terjadi perpisahan.
Para guru harus segera tinggalkan wilayah Papua pengunungan karena situasi di sana tidak baik-baik saja.
Hati para guru tidak rela meninggalkan anak-anak kesayangan mereka namun mau bilang apalagi. Situasi mendesak mereka untuk segera pergi. Begitulah konsekuensi menjadi guru.
Pesawat di bukit itu terbang tinggi, jauh di balik bukit dan gunung, hingga menembusi awan gemawan. Mata anak-anak Papua menangis dan air mata membasahi pipi menyaksikan kepergian itu.
Betapa sedihnya hati anak-anak Papua yang tertinggal oleh para gurunya. Mungkinkah kondisi Papua pengunungan kembali normal seperti yang dulu lagi?
Ah tanah Papua adalah surga kecil yang menyajikan segalanya. Mengapa surga ini dicemari dengan egoismu hai OPM? Masihkah engkau bernama cinta?
Semoga cinta dari Sang Cinta selalu mengalir dalam hidupmu dan membasihi setiap keras hatimu untuk mencair serta menerima ilmu kehidupan yang ditawarkan oleh guru pahlawan tanpa tanda jasa.
Guru Rosalia Rerek, terima kasih untuk dedikasi dan cintamu yang tulus hingga tuntas demi anak-anak Papua. Cahaya pengetahuan yang telah engkau bagikan kepada anak-anak Papua selama ini menjadi suluh jalan bagi mereka untuk menggapai surga-Nya.
Engakaulah pahlawan cinta tanpa tanda jasa. Jasadmu telah tiada namun namamu abadi di hati anak-anak Papua dan seluruh warga Indonesia. Hadir dan dedikasimu di tanah Papua adalah cinta tulus sampai tuntas.
Selamat jalan guru Adelia Rosalia Rerek Sogen, Doa kami mengiringi langkahmu menuju nirwana abadi.