Oleh: Marianus Dominggo
Siswa SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo
Pendidikan adalah salah satu unsur penting dalam suatu negara. Bahkan, salah satu
indikator kemajuan suatu negara era sekarang dapat dinilai dari kualitas pendidikannya.
Konsep ini bertolak dari satu fakta bahwa segala inovasi dan strategi meningkatkan kulitas hidup, baik secara individu maupun kolektif dapat diukur sejauh mana manusia memiliki wawasan dan pengetahuan luas yang didapatinya melalui pendidikan.
Menurut Ki Hadjar Dewantara, bapak pendidikan Indonesia, pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Tesis ini sebenarnya menegaskan satu hal yang esensial, bahwa pendidikan adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia.
Sejauh ini, kulitas pendidikan di negara kita dapat ditinjau dari berbagai survei yang dilakukan dilakukan oleh berbagai lembaga.
Sebagai contoh, berdasarkan laporan dari World Population Review hingga mendekati pertengahan tahun 2025, Indonesia berhada di urutan 67 dari 203 negara dengan kualitas pendidikan yang baik.
Dalam hai ini, negara kita selisih dua
rangking dengan Timor Leste yang berada di urutan 69.
Sedangkan di Asia Tenggara, Indonesia berada di urutan ke 4 dari 11 negara. Indikator penetapan rangking ini dilihat dari berapa hal penting.
Pertama, sistem perkembangan pendidikan publik yang baik. Kedua, kualitas
pendidikan tinggi yang baik. Ketiga, penyediaan fasilitas pendidikan yang baik.
Satu hal yang pasti dalam kehidupan manusia adalah waktu. Kita berjalan dalam waktu,
berdinamika dalam waktu dan menyejarah dalam waktu.
Manusia dan waktu tidak dapat
dilepaspisahkan. Manusia menjadi subjek dan objek utama dalam dinamikanya bersama
waktu.
Manusia yang berdinamika dalam waktu tertentu baik itu secara individu maupun
kolektif disebut generasi.
Pengelompokan generasi membantu pemahaman kita tentang bagimana orang-orang yang tumbuh di masa yang berbeda dipengaruhi oleh peristiwa sejarah dan teknologi yang pada gilirannya membentuk perilaku, presepsi dan kebiasaan mereka.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokan populasi masyarakat dalam
enam generasi, yaitu pre-boomer, mereka adalah generasi yang lahir sebelum 1945, baby boomer, mereka lahir 1946-1964, gen X yaitu generasi yang lahir pada 1965-1980, generasi milenial yaitu mereka yang lahir pada 1981-1996, gen z yakni mereka lahir tahun 1997-2012 dan post gen z atau generasi alpha, generasi ini lahir di tengah perkembangan teknologi yang masif dan mendominasi kehidupan manusia. Generasi ini lahir pada 2013 dan seterusnya.
Secara kuantitatif atau jumlah yang didasarkan pada sensus penduduk 2020 dapat diuraikan sebagai berikut: pre-boomer 5,03 juta jiwa (1,87%), baby boomer 31,01 jiwa (11,56%), generasi X 58,65 juta jiwa (21,88%), milenial 69,38 juta (25,87%) gen Z 74,93 juta jiwa (27,94%) dan post gen Z atau alpha 29,17 juta jiwa (10,88%).
Dalam tulisan ini, penulis hendak meninjau eksistensi gen Z dalam kaitannya dengan
perkembangan pendidikan di Indonesia sekarang dan di masa yang akan datang.
Konsep ini bertolak dari pandangan penulis bahwa, peran setiap generasi dalam memajukan bangsa dan negara terutama melalui dunia pendidikan adalah hal yang sangat penting.
Ciri utama dari gen Z adalah mereka lahir dalam era digital yang sudah mapan serta dominasinya semakin komperensif. Mereka tumbuh dengan smartphone, media sosial, dan internet yang merajai kehidupan sehari-hari.
Strategi membangun optimisme keberlansungan hidup yang baik sejatinya didasarkan
pada usaha-usaha nyata baik itu secara individu maupun gerakan kolektif.
Generasi Z yang secara umum berada pada fase produkif saat ini mesti berkontribusi dalam menciptakan nilai- nilai kritis-konstruktif dalam usaha membangun bangsa.
Pada umumnya pelajar yang berada di bangku Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi saat ini berada dalam kategori gen Z.
Berkenan dengan hal tersebut, peran generasi Z dalam membangun bangsa terutama
mewujudkan Indonesia emas 2045 melalui dunia pendidikan adalah sebuah keharusan.
Implikasi logis dari argumen ini adalah terciptanya masa depan pendidikan nasional yang bekualitas dan membangun bangsa melalui usaha-usaha pelajar atau akdemisi.
Hemat penulis, dalam usaha membangun bangsa melalui dunia pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh generasi Z.
Pertama, generasi Z mesti memanfaatkan setiap perkembangan teknologi sebagai jembatan membangun dunia pendidikan.
Dalam konteks kehidupan bernegara, setiap orang dipanggil untuk memiliki sikap
nasionalisme atau cinta tanah air.
Sikap itu mesti diaplikasikan dalam praksis kehidupan sehari- hari sesuai dengan prosfesi masing-masing, baik itu sebagai pelajar maupun masyarakat secara umum.
Generasi Z yang kehidupannya didominasi oleh teknologi digital, dalam hal ini
smartphone mesti menciptakan inovasi dan ide kreatif yang bermanfaat bagi bonum commune atau kebaikan bersama.
Contohnya memanfaatkan smartphone untuk berliterasi atau mengkosumsi nilai-nilai edukatif yang metodis serta melawan berita-berita hoaks yang berseliweran di media sosial.
Kedua, generasi Z mesti mengembangkan pendidikan karakter dan kepemimpinan.
Karakter yang baik adalah salah satu nilai kehidupan yang mesti tertanam dalam diri setiap generasi Z.
Karakter berkaitan dengan prilaku yang baik dan tidak baik serta benar dan salah dari seseorang atau sekelompok orang terhadap yang lain.
Konsepnya, akan dinilai benar secara teoritis maupun praktis apabila prilaku yang ditampilkan sesuai dengan norma yang diakui secara bersama.
Begitupun sebaliknya, dikatakan salah apabila model kehidupan yang ditampilkan bertolak dari kepentingan pribadi atau sepihak dan merugikan kehidupan bersama.
Lahirnya pemimpin-pemimpin hebat dan baik adalah buah dari pola pendidikan karakter dan moral yang dialami setiap orang saat ia berada di bangku pendidikan. Oleh karena itu untuk mewujudkan masa depan pendidikan yang baik, setiap orang mesti mempelajari pendidikan karakter secara komperensif.
Ketiga, mengembangkan sikap kritis dan membangun sikap yang mengarah pada
integarasi nasional. Dalam konstelasi ruang sosial, setiap hari kita tentu dihadapkan dengan berbagai gejala sosial. Gejala-gejala sosial tersebut memberikan dampak positif dan negatif.
Misalnya kebijakan birokrasi yang betendensi merugikan kesejahteraan masyarakat, kerusakan ekologi yang parah akibat ketamakan pihak tertentu dan isu-isu yang menciptakan disintegrasi sosial.
Dalam hal ini, generasi Z diminta untuk berpikir kritis dan mampu melahirkan solusi yang bermanfaat terhadappersoalan-persoalan sosial yang ada.
Dengan kata lain generasi Z mesti menjadi agen terpercaya dalam memwujudkan sistem pendidikan yang baik di masa depan melalui pengembangan sikap kirtis.
Selain itu, pilhan sikap yang dibangun
di tengah perkembangan teknologi digital yang cepat dan eksponsial adalah sikap inkusif dan tetap memperhatikan kearifan lokal serta terciptanya intergrasi nasional.
Dalam Pertemuan tahunan world Ecomomic Forum 2018, Jack Ma Chariman ecxecutive Alibaba group mengatakan bahwa pendidikan adalah tantangan besar pada abad ini.
Jika tidak ada gerakan bersama dalam membangun strategi peningkatan kualitas pendidikan, maka 30 tahun mendatang kita akan menghadapi situasi yang pelik.
Sebenarnya Jack Ma memberi nontifikasi atau peringatan agar pendidikan kita harus keluar dari zona nyaman dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang ada.
Generasi Z yang saat ini mendominai generasi-generasi yang lain mesti membangun kesadaran kolekif tentang eksistensinya dalam konteks kehidupan bersama.
Mengingat dunia pendidikan sebagai suatu unsur yang penting dalam kehidupan bersama, gen Z mesti berkontribusi mengembangkannya melaui potensi masing-masing.
Berkaca pada peringkat kualitas pendidikan antara negara di awal tadi, negara kita ideanyal mesti terus mengevaluasi situasi yang ada dan terus bergerak membangun kualitas pendidikan yang baik di masa yang akan datang.
Membangun sistem pendidikan di Indonesia mesti dimulai dari sekarang dan imlementasinya harus dimulai dari hal-hal kecil.
Dalam diri generasi Z mesti dibekali oleh
pernyataan berikut, membangun Pendidikan di Indonesia harus dilakukan sejak dini atau kapan lagi kalau bukan sekaransg dan siapa lagi kalau bukan kita. Sekarang saatnya generasi Z membangun masa depan pendidikan yang baik di Indonesia!
Tinggalkan Balasan