Oleh: Pater Darmin Mbula, OFM
Ketua Presidium Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK)
Pendidikan Nasional adalah jalan kudus menuju cahaya peradaban cinta, karena di dalamnya terkandung panggilan suci untuk memuliakan Allah dengan memulihkan martabat manusia dan merawat seluruh ciptaan sebagai wujud kasih yang hidup.
Pendidikan yang berkualitas unggul memuliakan Allah Yang Mahacinta dan Penyayang, karena melalui terang pengetahuan yang mencerahkan akal budi dan kasih, ia menjadi jalan penyelamatan bagi planet bumi dan seluruh umat manusia.
Dengan memulihkan martabat manusia dan merawat seluruh ciptaan di Planet Bumi sebagai rumah bersama, pendidikan menjadi wujud nyata iman yang hidup dan cinta kasih yang menggerakkan peradaban global nasional lokal (Glonakal).
Merayakan Hari Pendidikan Nasional dengan tema Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua merupakan momentum strategis untuk memperkuat komitmen kolektif dalam membangun Sumber Daya Manusia unggul dan berkarakter demi terwujudnya Generasi Emas 2045.
Pendidikan bermutu hanya dapat dicapai melalui proses pembelajaran yang berkualitas, yang ditangani oleh guru-guru professional sekaligus profetis, berdedikasi, dan sejahtera, karena merekalah ujung tombak dalam mentransformasi ilmu, nilai, dan karakter.
Dukungan penuh dari seluruh elemen bangsa—pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan keluarga—menjadi kunci dalam menyediakan infrastruktur akademik dan non-akademik yang memadai, ramah anak, serta selaras dengan perkembangan zaman.
Dengan partisipasi semesta ini, pendidikan benar-benar menjadi jalan utama membangun masa depan Indonesia yang berkeadaban, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Penyelamatan
Pendidikan adalah tindakan penyelamatan paling mulia yang membebaskan anak bangsa dari kebodohan, kemelaratan, kemiskinan, dan kesengsaraan menuju kehidupan yang bermartabat, berdaya, dan berpengharapan.
Pendidikan yang berkualitas untuk semua merupakan komitmen luhur pemerintah dalam memastikan setiap anak bangsa memiliki hak dan akses yang setara untuk berkembang secara utuh.
Di tengah tantangan globalisasi dan digitalisasi abad ke-21, pendidikan menjadi benteng utama agar generasi muda tidak tercerabut dari identitas, nilai, dan kearifan lokalnya.
Melalui sistem pendidikan inklusif, adaptif, dan berkeadilan, negara hadir untuk menyelamatkan masa depan bangsa dengan membentuk sumber daya manusia yang tangguh, cerdas, dan berkarakter.
Mengucapkan “Selamat Merayakan Hari Pendidikan Nasional” setiap tanggal 2 Mei bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi merupakan momen reflektif yang mendalam untuk mengenang dan menghidupi warisan pemikiran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, yang menekankan pendidikan sebagai upaya memerdekakan manusia secara utuh—pikiran, hati, dan tindakannya.
Dalam konteks abad ke-21 yang penuh dengan tantangan dehumanisasi, krisis identitas, serta kerusakan planetaris bumi dan kemanusiaan, makna terdalam dari peringatan ini adalah panggilan untuk mengembalikan roh pendidikan sebagai sarana pembebasan, pemanusiaan, dan penyelamatan.
Pendidikan tidak boleh hanya menjadi alat produksi tenaga kerja, tetapi harus menjadi ruang pembentukan karakter luhur, spiritualitas cinta kasih, dan kesadaran ekologis, agar manusia tidak tercerabut dari kemanusiaannya dan tetap mampu merawat bumi sebagai rumah bersama.
Dalam semangat Ki Hajar Dewantara, pendidikan hari ini harus menuntun hidup dan tumbuhnya peserta didik selaras dengan kodrat alam dan zaman demi masa depan peradaban yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Perayaan
Perayaan adalah wujud syukur dan penghormatan atas pencapaian, yang menjadi momen untuk merefleksikan perjalanan, memperkuat semangat, dan memperbaharui komitmen untuk terus maju dengan penuh harapan dan kebahagiaan.
Perayaan Hari Pendidikan Nasional adalah momen kudus untuk meneguhkan kembali bahwa pendidikan adalah jalan kudus menuju cahaya peradaban cinta, yang menuntun setiap insan menuju kemerdekaan berpikir, kemuliaan hidup, dan kasih yang memulihkan dunia.
Konsep perayaan Hari Pendidikan Nasional mengandung makna mendalam sebagai ajakan bersama untuk menjadikan pendidikan sebagai jalan utama menuju kebahagiaan yang berkelanjutan—bukan hanya bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat, bangsa, dan seluruh ciptaan.
Pendidikan yang sejati tidak semata mengejar prestasi akademik, tetapi membentuk manusia utuh yang bijaksana, berbelarasa, dan bertanggung jawab terhadap kehidupan bersama serta kelestarian bumi.
Dalam semangat ini, perayaan pendidikan nasional bukan hanya mengenang jasa para pendidik, tetapi juga meneguhkan komitmen untuk membangun sistem pendidikan yang memerdekakan, memberdayakan, dan menanamkan nilai-nilai cinta kasih, keadilan, serta penghormatan terhadap martabat manusia.
Kebahagiaan berkelanjutan hanya dapat terwujud jika pendidikan mampu melahirkan generasi yang hidup selaras dengan sesama, alam semesta, dan Sang Pencipta dalam harmoni yang saling menghidupi.
Jalan Kudus
Makna terdalam dari Hari Pendidikan Nasional adalah sebuah perenungan dan panggilan kolektif untuk menempatkan pendidikan sebagai jalan kudus pembentukan manusia seutuhnya—yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kesadaran batin yang mendalam, jiwa yang penuh kasih, dan semangat belajar yang bermakna serta bergembira.
Proses pembelajaran yang sejati adalah yang memerdekakan, membangkitkan kesadaran akan diri, sesama, dan semesta, serta mendorong peserta didik untuk tumbuh menjadi pribadi yang utuh, tidak terfragmentasi oleh tekanan dunia modern, tetapi terarah pada pemanusiaan manusia dan keseimbangan hidup.
Di sinilah pendidikan berfungsi bukan hanya sebagai instrumen pembangunan, melainkan sebagai perwujudan nilai-nilai luhur dalam perjalanan hidup bangsa.
Dengan pendekatan pembelajaran yang mendalam, pendidikan mampu membentuk insan-insan yang holistik, humanis, ekologis, dan siap menjadi pemimpin masa depan yang berintegritas dan bermoral.
Mereka tidak hanya terampil dan berpengetahuan, tetapi juga peduli terhadap keadilan sosial, keberlanjutan ekologis, dan kesejahteraan seluruh ciptaan.
Inilah visi pendidikan yang menumbuhkan pemahaman bahwa kemajuan sejati tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab terhadap sesama dan bumi sebagai rumah bersama.
Maka, Hari Pendidikan Nasional menjadi momentum untuk merefleksikan kembali arah dan nilai dari sistem pendidikan kita—agar pendidikan tidak kehilangan ruhnya dalam dunia yang kian terdigitalisasi dan terdehumanisasi.
Perwujudan visi besar ini hanya mungkin jika ditopang oleh guru-guru yang profesional dan sejahtera, baik secara lahir maupun batin.
Guru bukan sekadar pengajar, tetapi penuntun dan penggerak jiwa yang menghidupkan nilai-nilai dalam proses belajar-mengajar.
Kesejahteraan guru menjadi pondasi penting agar mereka dapat menjalankan perannya dengan penuh semangat, ketulusan, dan integritas.
Oleh karena itu, dalam merayakan Hari Pendidikan Nasional, kita diajak untuk menghormati dan memperjuangkan hak-hak para pendidik, sembari bersama-sama membangun sistem pendidikan yang mampu melahirkan peradaban cinta dan persaudaraan manusia semesta demi kebahagiaan yang berkelanjutan.
Tinggalkan Balasan