Oleh: Pater Darmin Mbula, OFM
Ketua Presidium Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK)
Paus Leo XIV, yang terpilih sebagai Paus ke-267 menggantikan Paus Fransiskus, membuka pelayanannya dengan salam, “Semoga damai sejahtera menyertai kamu sekalian,” sebagai pesan harapan di tengah dunia yang dilanda ketidakpastian.
Ia menegaskan bahwa damai sejahtera itu berasal dari Yesus Kristus yang Bangkit, yang dengan cinta kasih-Nya telah mengalahkan kejahatan dan membuka jalan menuju hidup yang baru. Dari kasih inilah lahir panggilan bagi seluruh umat manusia untuk membangun bumi yang penuh kedamaian, keadilan, dan kasih persaudaraan.
Asal dari USA
Sebagai negara adidaya dan sering disebut sebagai “polisi dunia”, Amerika Serikat memegang peranan besar dalam dinamika global—baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun militer.
Namun, terpilihnya Paus Leo XIV yang berasal dari Amerika Serikat membawa makna baru yang mendalam: sebuah panggilan untuk memimpin bukan hanya dengan kekuatan duniawi, tetapi dengan kekuatan rohani yang berakar pada damai sejahtera.
Dalam sambutan perdananya, Paus Leo XIV menyampaikan salam “Damai sejahtera menyertai kamu sekalian” sebagai undangan kepada dunia—termasuk tanah asalnya—untuk mengedepankan kasih, pengampunan, dan rekonsiliasi dalam menghadapi konflik dan ketegangan global.
Ungkapan ini mencerminkan harapan bahwa kepemimpinan, termasuk dari negara-negara besar, harus dilandasi nilai-nilai kemanusiaan dan cinta kasih ilahi yang mengalahkan kejahatan dan membawa harapan baru bagi dunia.
Damai Sejahtera
“Damai sejahtera bagimu” merupakan ungkapan yang sarat makna rohani dan historis, yang sering disampaikan dalam konteks liturgi Katolik sebagai salam perdamaian dan kasih Kristus kepada umat-Nya.
Paus Leo XIV mengharapkan salam damai ini masuk ke dalam hati umat seluruh dunia.
Salam ini mewakili semangat Paus Leo XIV dalam mengedepankan nilai damai sejahtera sebagai inti pewartaan Injil.
Ungkapan ini mencerminkan harapan agar setiap pribadi mengalami kedamaian yang bersumber dari Allah, bukan sekadar bebas dari konflik, melainkan ketenangan batin, keutuhan hidup, dan relasi yang harmonis dengan sesama serta Tuhan.
Damai sejahtera yang sejati melampaui situasi lahiriah dan menuntun umat kepada hidup dalam kasih, pengampunan, dan pengharapan yang kokoh di tengah tantangan zaman.
Damai Kristus
Damai sejahtera adalah damai yang berasal dari Kristus yang Bangkit, sebuah damai yang melampaui pengertian manusia dan tidak bergantung pada situasi duniawi.
Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya dan menyapa mereka dengan kata-kata, “Damai sejahtera bagi kamu,” sebagai penegasan bahwa kemenangan-Nya atas dosa dan maut membawa pemulihan dan pengharapan bagi seluruh umat manusia.
Damai ini bukan sekadar ketenangan atau ketiadaan konflik, melainkan suatu keadaan batin yang teguh, karena bersumber dari kasih dan kuasa Allah yang telah mengalahkan segala bentuk kejahatan.
Dalam terang kebangkitan, damai Kristus menjadi dasar hidup baru bagi orang beriman, memampukan mereka untuk hidup dalam pengampunan, kasih, dan keberanian menghadapi tantangan zaman.
Cinta Kasih Allah
Damai sejahtera sejati bersumber dari cinta kasih Allah yang begitu besar, kasih yang telah mengalahkan kejahatan melalui pengorbanan Kristus di salib dan kemenangan-Nya dalam kebangkitan.
Dalam kasih inilah Allah menyatakan kekuatan yang lebih besar dari kebencian, kekerasan, dan dosa; sebuah kasih yang memulihkan, mengampuni, dan membawa terang di tengah kegelapan dunia.
Maka, untuk mengalami dan mewujudkan damai sejahtera itu, setiap orang dipanggil untuk mengalahkan kejahatan bukan dengan pembalasan, melainkan dengan hidup dalam kasih dan kebaikan Tuhan.
Hidup dalam kasih berarti meneladani Kristus: mengampuni yang bersalah, mengasihi yang terluka, dan tetap berpegang pada kebaikan meski dihadapkan pada ketidakadilan. Inilah jalan damai yang mengubah hati dan membangun dunia yang lebih adil dan penuh harapan.
Jembatan Cinta
Paus Leo XIV mengundang seluruh umat manusia dari berbagai penjuru bumi untuk membangun jembatan cinta kasih Allah, sebagai jalan menuju dunia yang lebih bersatu dan damai.
Ia menegaskan bahwa di tengah perpecahan, kebencian, dan ketidakadilan yang masih merajalela, umat manusia dipanggil untuk melampaui tembok-tembok prasangka melalui dialog peradaban cinta kasih.
Dialog ini bukan sekadar pertukaran kata, melainkan keterbukaan hati untuk saling memahami, menghargai, dan bekerja sama demi kebaikan bersama.
Paus Leo XIV percaya bahwa hanya melalui jalan kasih yang tulus dan dialog yang berlandaskan martabat manusia, dunia dapat disatukan dalam semangat persaudaraan sejati dan damai sejahtera yang bertahan langgeng
Gereja Sinodal
Sebagai Putera Santo Agustinus, Paus Leo XIV menghayati warisan spiritual yang kaya akan refleksi tentang kasih, kebenaran, dan pencarian akan Allah, dan dari sanalah ia mengajak seluruh umat manusia untuk berjalan bersama menuju perdamaian abadi.
Terinspirasi oleh ajaran Santo Agustinus bahwa hati manusia tidak akan tenang sebelum beristirahat dalam Allah, Paus Leo XIV menekankan bahwa perdamaian sejati bukan sekadar hasil diplomasi atau kompromi politik, melainkan buah dari pertobatan hati, kasih yang mengatasi egoisme, dan pencarian akan kebaikan bersama.
Dalam semangat Agustinian, ia menegaskan pentingnya kebersamaan dalam peziarahan iman, di mana semua bangsa dan budaya dipanggil untuk membangun peradaban kasih yang kokoh di atas keadilan, kebenaran, dan rahmat ilahi.
Dengan suara gembala dan hati seorang pencari, Paus Leo XIV menunjukkan bahwa jalan menuju perdamaian abadi dimulai dari dalam hati yang terbuka kepada Allah dan sesama.
Salam Maria
Paus Leo XIV, dengan penuh kerendahan hati dan iman, berdoa kepada Bunda Maria, memohon pertolongan-Nya untuk mewujudkan perdamaian dunia.
Sebagai teladan kasih dan pengharapan, ia mengajak umat Kristiani untuk berjalan bersama Bunda Maria, yang menjadi perantara perdamaian dan kasih Allah.
Dalam doa Rosario dan salam Maria, Paus Leo XIV memohon agar Maria, Bunda Damai, mengarahkan langkah umat manusia menuju jalan rekonsiliasi dan persaudaraan sejati, mengatasi konflik dan ketegangan yang membelah dunia.
Dengan menyerahkan segala pergumulan dunia kepada Bunda Maria, Paus Leo XIV meyakini bahwa melalui doa dan perlindungan-Nya, dunia dapat meraih kedamaian yang abadi, dipenuhi dengan kasih, pengampunan, dan keadilan.
Harapan Baru
Paus Leo XIV, yang berasal dari Amerika Serikat dan terpilih sebagai Paus ke-267 pada 8 Mei 2025, hadir sebagai suara kenabian di tengah dunia abad ke-21 yang dilanda konflik, peperangan, dan krisis kemanusiaan serta krisis lingkungan hidup.
Dalam pidato perdananya, ia menyampaikan salam “Damai sejahtera bagimu” sebagai seruan spiritual dan moral yang menembus batas politik dan ideologi.
Baginya, damai bukan sekadar absennya perang, melainkan kehadiran kasih, keadilan, dan pengampunan yang aktif mengubah dunia.
Dengan latar belakang dari negara adidaya, Paus Leo XIV membawa harapan baru akan kepemimpinan Gereja yang mampu menjembatani bangsa-bangsa yang bertikai, menegaskan bahwa damai sejati hanya dapat dibangun di atas pengakuan martabat manusia, solidaritas global, dan pertobatan hati setiap individu.
Tinggalkan Balasan