Oleh: Florentina Ina Wai

Staf Publikasi dan Jurnal Ilmiah STIPAR Ende

Tanggal 1 Juni menjadi tonggak bersejarah bagi bangsa Indonesia, menandai kelahiran Pancasila sebagai dasar negara yang menyatukan keberagaman dalam harmoni.

Lebih dari sekadar pedoman hukum, Pancasila adalah nilai fundamental yang menghidupi seluruh sendi kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya.

Dalam perayaan Hari Lahir Pancasila, refleksi atas nilai-nilai kebangsaan menjadi momentum untuk menginternalisasi dan menerapkannya dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia wirausaha.

Di era ketidakpastian global, generasi muda memiliki tanggung jawab besar untuk menjadikan Pancasila sebagai landasan berwirausaha yang berorientasi pada kesejahteraan bersama.

Sebagai sumber daya manusia yang menjadi motor perubahan, pelajar dan mahasiswa Flores memiliki potensi besar dalam membangun perekonomian lokal yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Dengan energi, kreativitas, dan semangat inovasi, mereka dapat mengembangkan wirausaha berbasis Pancasila yang tidak hanya menciptakan peluang ekonomi, tetapi juga menanamkan prinsip gotong royong, keadilan, dan kesetaraan.

Flores yang mandiri bukan sekadar angan, tetapi suatu visi yang dapat diwujudkan melalui keberanian, kerja keras, serta komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan.

Tantangan seperti korupsi dan keterbatasan lapangan pekerjaan justru menjadi katalis bagi pola pikir wirausaha yang tangguh.

Data BPS menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2025 mencapai 4,76%, turun dari tahun sebelumnya. Namun, masih banyak individu yang belum memiliki kesempatan kerja.

Oleh karena itu, membekali diri dengan semangat kewirausahaan berbasis Pancasila menjadi langkah strategis untuk mendorong kemandirian ekonomi.

Dengan inovasi dan etos kerja yang kuat, generasi muda Flores tidak hanya dapat menciptakan usaha sendiri, tetapi juga berkontribusi dalam memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat secara lebih luas.

Joseph Schumpeter, dalam Capitalism, Socialism, and Democracy (1942), memperkenalkan konsep creative destruction, di mana inovasi yang dihasilkan oleh wirausaha dapat menggantikan sistem lama yang tidak lagi efektif.

Dalam konteks Flores, generasi muda dapat menerapkan teori ini dengan mengembangkan wirausaha berbasis inovasi dan nilai-nilai Pancasila.

Dengan mengutamakan keberanian menghadapi tantangan, mereka tidak hanya membuka peluang ekonomi bagi diri sendiri tetapi juga mendorong kesejahteraan masyarakat secara lebih luas.

Pendekatan wirausaha berbasis Pancasila tidak hanya bertumpu pada keuntungan, tetapi juga bertujuan menciptakan kesejahteraan kolektif.

Edward Freeman, dalam teori stakeholder, menekankan pentingnya melibatkan berbagai pihak—masyarakat, pemerintah, dan wirausahawan—dalam mencapai tujuan bersama (Freeman, 1984).

Selain itu, Muhammad Yunus, melalui konsep kewirausahaan sosial, menunjukkan bahwa usaha yang berorientasi pada solusi sosial dapat menjadi instrumen dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Yunus, 2007).

Oleh karena itu, pelajar dan mahasiswa Flores dapat memperkuat ekosistem wirausaha dengan menanamkan prinsip keberlanjutan dan keadilan sosial dalam setiap langkah bisnisnya.

Transformasi digital turut membuka peluang besar bagi generasi muda dalam memperluas akses pasar dan memperkuat jaringan usaha.

Pemanfaatan teknologi media sosial menjadi strategi efektif dalam pengembangan wirausaha berbasis Pancasila.

Dengan memanfaatkan platform digital, wirausahawan muda dapat memperluas jangkauan pelanggan, membangun komunitas bisnis yang berdaya saing, serta meningkatkan kesadaran dan reputasi usaha yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa.

Kesempatan ini harus dioptimalkan agar perekonomian Flores tidak hanya tumbuh dari sektor konvensional, tetapi juga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Untuk menanamkan pola pikir wirausaha berbasis Pancasila, diperlukan pendekatan strategis yang berorientasi pada pengembangan keterampilan dan kemitraan.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi pengembangan program pelatihan wirausaha berbasis Pancasila, promosi nilai-nilai kebangsaan dalam ekosistem wirausaha, peningkatan kolaborasi antara sektor ekonomi dan pemerintah, serta penguatan keterampilan bisnis melalui pendidikan dan praktik langsung.

Dengan langkah-langkah ini, pelajar dan mahasiswa Flores dapat menjadi motor perubahan yang tidak hanya membuka peluang ekonomi, tetapi juga membangun masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera.

Pada akhirnya, generasi muda Flores adalah cahaya yang menerangi jalan menuju masa depan bangsa. Pancasila bukan sekadar konsep normatif, tetapi roh yang menghidupi peradaban dan membentuk karakter bangsa.

Dengan berwirausaha berdasarkan nilai-nilai Pancasila, pelajar dan mahasiswa Flores tidak hanya membangun diri mereka sendiri, tetapi juga mewujudkan kemandirian ekonomi yang berpihak pada kesejahteraan bersama.