Maumere, Vox NTT- Lantaran rapat Badan Musyawarah sedang berlangsung, DPRD Sikka tutup pintu untuk rombongan berkabung PMKRI Maumere yang mendatangi kontor itu, Kamis (4/5/2017). Akibatnya, rombongan berkabung tersebut tak dapat bertemu dengan pimpinan DPRD untuk menyampaikan tuntutan mereka.
Para demonstran tersebut mendatangi DPRD Sikka guna menyampaikan tuntutan mereka terkait dugaan keterlibatan sejumlah anggota dewan sebagai mafia proyek pokok pikiran (pokir). Mereka menuntut agar pokir dihentikan dan Badan Kehormatan DPRD Sikka mengusut kasus tersebut.
Sekretaris DPRD Sikka, Rambu Yaku Ripa sesungguhnya sempat berupaya menemui para demonstran. Saat itu para demonstran sedang memainkan teater di depan tangga masuk Ruang Kula Babong.
Awalnya Rambu Yaku Ripa meminta agar bersabar sampai selesai rapat, namun karena para demonstran bersikeras hendak memainkan tetaer. Akhirnya, Rambu Yaku Ripa pun mengiyakan massa untuk masuk ke dalam.
Pantauan VoxNtt.com beberapa peserta rapat seperti Kepala Bappeda Sikka, Alvin Parera dan anggota DPRD Sikka dari PKPI, Faustinus Fasco serta anggota DPRD Sikka dari PKB, Syarifudin tampak keluar dari ruangan. Akan tetapi, Rambu Yaku Ripa kemudian masuk dan memanggil para peserta rapat untuk turut masuk.
Setelah selesai memainkan teater yang menggambarkan proses anggota DPRD Sikka menawarkan proyek ke sejumlah kontraktor para demonstran kemudian hendak masuk ke dalam ruangan. Sayangnya, pintu ruangan telah terkunci.
Setelah sempat menyanyikan lagu duka di depan pintu para aktivis PMKRI tersebut kemudian memutuskan untuk pulang.
Ketua PMKRI Maumere, Martinus Laga Muli yang dihubungi media ini melalui telepon mengaku bingung dengan perlakuan DPRD Sikka terhadap para demonstran.
“Saya bingung mengartikan sikap ini. Entah itu by design atau memang spontanitas,” terangnya.
Menurutnya, sebelumnya PMKRI telah bersurat mengajukan dialog dengan DPRD Sikka.
Surat tersebut telah diantarkan pada Selasa (2/5/2017). Sayangnya, tidak ada tanggapan terhadap surat tersebut. (Are De Peskim/VoN)