Vox NTT-Menurut Plato, seorang pemimpin harus mempunyai 4 (empat) elemen sebagai syarat utama yakni: Mempunyai kemampuan untuk mengendalikan diri, harus bersikap arif dan bijaksana, berlaku adil dan berani.
Kata Plato, keempat hal itu harus dimiliki oleh sang pemimpin sebab keempatnya saling berkaitan. Pemimpin harus mampu mengendalikan diri agar dapat memilah mana yang benar, mana yang salah, mana yang patut dilakukan, mana yang tidak.
Pemimpin juga harus berlaku arif dan bijaksana agar dia tak memilah-milah dalam mensejahterakan rakyatnya.
Keberanian juga harus dimiliki pemimpin agar mampu melindungi rakyatnya dari segala ancaman, baik fisik, psikis maupun ancaman sosial.
Lalong Gubernur
Pemimpin sebagaimana yang dijelaskan Plato, mirip dengan cita-cita pemimpin bagi orang
Manggarai. Dalam bahasa setempat, pemimpin sering diibaratkan dengan lalong.
Lalong sendiri adalah sebutan untuk ayam jantan tangguh dalam bahasa Manggarai. Namun tutur budaya lokal sering mengumpakan lalong ini dengan seorang pemimpin tangguh, berani dan memiliki pengaruh yang kuat.
Dalam konteks Propinsi NTT, lalong adalah Gubernur. Sebagai lalong gubernur, dia harus mempunyai kelebihan dari pemimpin di bawahnya seperti bupati dan walikota.
“Ini penting agar kakor (suara) dari lalong Gubernur itu mengandung pengaruh yang kuat sehingga bisa didengarkan dan diikuti oleh para pemimpin di bawahnya,” demikian dijelaskan Ferdi Pantas tokoh masyarakat Manggarai Barat.
Kakor de lalong (Kokokan ayam jantan) itu, kata dia, tentu saja tidak asal kakor tetapi dinyatakan dalam bentuk kebijakan untuk kesejahteraan rakyat.
Dalam konteks NTT, kakor de lalong harus mampu mengentaskan kemiskinan, keterbelakangan, pengangguran dan korupsi yang oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) pernah menempatkan NTT sebagai daerah rawan korupsi ke empat di Indonesia.
Dikatakan Ferdi, masyarakat dalam memilih pemimpinnya tidak boleh salah, masyarakat harus mampu menentukan pilihannya dengan mengacu pada program yang dijanjikannya. Apakah mampu meretas kemiskinan atau tidak?
Selain itu, Pemimpin yang dipilih harus dikenal betul oleh masyarakat, tentang siapa dia dan mengapa memilih dia. Apakah dia mempunyai kemampuan dan berintegritas baik atau tidak?
Kemampuan ini takarannya adalah latar belakang pendidikan sang calon, kiprah dan lingkungan keluarganya.
Dalam Pilgub NTT, patokan inilah yang harus dipegang oleh masyarakat sebagai pemilih agar mampu melahirkan pemimpin berwatak lalong.
Lalong de Lalong
Ferdi Pantas menambahkan Gubernur sesungguhnya Lalong de Lalong. Pasalnya, Gubernur adalah pemimpin tertinggi di propinsi yang membawahi 22 Kabupaten/Kota. Karena itu, kata Pantas, menjadi gubernur harus mempunyai kemampuan lebih dari pemimpin di bawahnya.
“Ai pilih gubernur ho’o de, toe pilih lalong, tapi pilih lalong de lalong (Ini menyangkut memilih pemimpinnya pemimpin),” kata Pantas saat mendampingi Cagub NTT, Benny K. mengelilingi Manggarai Raya, Jumat (24/03/2018) lalu.
Pernyataan Pantas ini disambut tepuk tangan oleh seluruh masyarakat yang hadir dalam kampanye dialogis itu. Salah satu pemimpin berwatak lalong dan layak menjadi lalong de lalong itu, kata Ferdi adalah Benny K Harman (BKH).
Pernyataan Ferdi ini bukan tanpa dasar. Menurutnya latar belakang pendidikan dan kiprah BKH di level pusat sudah sangat mumpuni untuk menjalankan peran lalong de lalong.
Peran dimaksud adalah menjadi DPR RI tiga periode bahkan menjabat ketua dan pimpinan Komisi III di Senayan. Peran ini telah menjadi penentu arah kebijakan nasional, sehingga ia patut menjadi Lalong de Lalong.
Alasan lain menurut Ferdi, BKH adalah sosok yang berintegritas, bersih secara hukum dan moral.
Tak cuma itu, BKH juga seorang pemberani yang tegas, marah ketika rakyatnya diperlakukan secara tak adil dan bangkit melawan. Ini terbukti saat dirinya (BKH) menjadi aktivis organisasi mahasiswa dan pimpinan beberapa LSM di bidang hukum dan kemanusiaan yang pernah digelutinya.
Karena itu Pantas menegaskan, jika BKH jadi Gubernur NTT, dia akan mampu menjadi pemimpin yang bisa melindungi rakyatnya dari ancaman kemiskinan, korupsi dan keterbelakangan.
Komitmen itu, jelas Ferdi, tergambar dalam komitmen BKH bersama wakilnya, Benny Litelnoni yang tertuang dalam lima program utama Paket bernama Harmoni ini.
Paket Harmoni mengusung Lima Program Unggulan yang menjadi prioritas jika rakyat mempercayakan NTT di bawah kepemimpinan mereka.
1. Program Desa Menyala. Yakni Pemerataan listrik rumah tangga dan jaringan signal telekomunikasi menjangkau di setiap pelosok desa.
2. Pembenahan Infrastruktur. Yakni perbaikan seluruh jalan Propinsi dan penyediaan sarana air bersih guna mendukung penerapan prinsip keadilan sosial.
3. Membuka Lapangan Kerja baru. Yakni menciptakan 100.000 lapangan kerja baru yang terdiri dari kesempatan kerja formal, non formal dan kewirausahaan.
4. Kredit Tanpa Jaminan. Yakni menyediakan kredit usaha tanpa jaminan sebagai sebagai bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi kerakyatan.
5. Beasiswa untuk Pelajar. Yakni menyediakan beasiswa kepada pelajar yang kurang mampu secara ekonomi tetapi berprestasi pada jenjang SMA/SMK.
Ferdi juga mengajak seluruh masyarakat Manggarai Raya agar memilih BKH, bukan karena dia orang Manggarai melainkan karena dia bersama wakilnya mempunyai program yang sangat tepat dan mampu memerdekakan rakyat NTT dari berbagai stigma negatif.
“Asa e ende ema, ase kae manga ata salan tombo ho ko? (Bagaimana bapak-ibu, ada yang salah dari penjelasan saya)” tanya Pantas.
“Toe manga ta ite (Tidak ada yang salah pak)” jawab masyarakat serempak seisi ruangan.
Penulis: Boni J