*Puisi
Oleh: Yohanes Boli Jawang OAD, Bandung
Hormatmu pada Ibu Pertiwi hingga Akhir
(Mengenang, KRI Nanggala, Pejuang kita)
Dilahirkan di bumi ibu pertiwi
Hingga kembali lagi pada ibu pertiwi
Dalam sebuah kepastian untuk ibu pertiwi
Tegas, tegap, teliti
Semua hanya untuk ibu pertiwi
Kali ini, semua akan menjadi kisah
Ibu pertiwi mengisahkanmu
Demi sebuah kehormatan
Karena semua untuk ibu pertiwi
Laut terdiam
Dan Samudra menjadi hening
Isyarat yang masih menyisahkan tanya
Di manakah kamu?
Alam pun membisu
Mendekap lembut dalam ibu pertiwi
Waktu seakan menjadi pengatur
Dan semua berakhir di sini
Kisahmu membentang indah di lautan lepas
Ibu pertiwi
Bandung, 25/04/2021
Bagimu NKRI Harga Mati
Untukmu Kusuma Bangsa
(Mengenang KRI Nanggala 402)
I/
Kata terbaikmu untuk bangsa
Adalah aksi hingga akhir
Ber-aksi
Hingga pergimu tak mengenal kembali
Menjelajah bangsa
II/
Saat mentari mulai terbit
Waktu hampir saja terlupa
Tekad yang tak pupus
Hanya untuk bangsa
III/
Mentari sudah bersinar perak
Dan semua sudah menanti
Tak kala kita tak lagi berkabar
Ke Samudra mulai kupanggil namamu
IV/
Langit kembali bercahaya mendung
Penjelajah samudra tak kunjung datang
Sampai akhir samudra menjadi kediamanmu
Terbuai erat dalam pelukan samudra
“Tabah Hingga Akhir”
Semua akan selalu terukir dalam sanubari bangsa
Dan bangsa akan mengisahkannya hingga dunia
Selamat Jalan Para Patriot Bangsa
Ksatria Hiu Kencana
Selalu untuk terkenang dalam sanubari
Bandung, 26/04/2021
Bisikku padamu Bundaku
Malam kembali menyapa
Di bawah birunya langit
Awan masih tetap kelabu
Aku masih sendiri
Di hadapanmu Bundaku
Aku mulai berbisik
Bundaku…
Betapa Kesetiaanmu tak terbatas
Katamu hanyalah hening
Dan dalam diam
Kau lalui begitu banyak belantara duka
Hingga salib kau saksikan
Namun dalam doamu
Kau antar ku masuk menuju sukma
Secarik rasa
Melihat kemilau cahaya Bapa
Bundaku…
Budimu menjadi suri teladan
Dalam duka hidup yang semakin menebal
Kuharap setitik terang
Lara hari
Aku ingin pulihkan dengan tembang doaku padamu
Bundaku…
Bertabur kemilau surga
Padamu bisikku
Penghibur yang letih
Penguat yang lemah
Tubuh suci dan kudus
Bintang surga
Kepadamu kutitipkan doaku
(Per Mariam et Jesum)
Bandung, 26/04/2021
Penghujung malam#PemulungKata
Untukmu ibu
Untuk kasih yang selalu ada
Setiamu yang tak ada batas
Aku tak ingin melihat mata selalu berderai
Dan aku ingin senyum selalu padamu
Dengan hati yang selalu gembira
Ibu…
Seuntai doamu selalu bersama hari
Ibu…
Aku akan mengisahkannya
Dalam kisahku nanti
Tentang cinta yang tak terbatas
Bagaimana Cinta
Mata tak kala merayu hati
Lewati waktu
Menghapus jarak
Kata tidak cukup
Hadirkan percaya
Dan angin ingin berkata
Mengjatuhkan separuh dedaunan
Tak pernah ada karena
Yakinlah cinta selalu jujur
#PemulungKata
Bukan Karena Angka
Mungkin kita leibh mudah menghitung angka
Tapi berapa jumlah berkat yang telah diterima?
Hari ini
Bukan persoalan angka
Seperti juga menua
Lebih dari angka
Semua karena cinta
Satu angka penuh makna
Untuk hidup yang sudah terlalu panjang
Dan yang masih akan teru
Di Sini Aku Menuai Rindu
Masih tentang rindu
Di sini tak sejengkal sunyi beranjak
Setelah musim penghujan berlalu
Rindu mulai membait
Menghampar luas di peraduan sunyi
Menganakan sunyi
Tapi tetap rindu menjadi istimewa
Masih tetap di sini
Untuk menuai rindu yang pernah ada
Adakah kamu yang tahu tentang rindu?
Pernah terucap bersama tentang rindu
Kini aku lagukan
Bersama dalam nyanyian alam
Rindu….
Pemulung Kata, Bandung, 30/04/2021
Yohanes Jawang
Catatan Waktu
Sesuatu yang membuatku bisu
Adalah serpian waktu yang jatuh
Samar terdengar semakin jauh
Redup, hilang, dan beku
Tak ada yang lehur dari waktu
Matahari yang dengan rela membenamkan tubuh
Memberi seonggok harapan dari lidah yang keluh
Di antara keheningan dan suka cita, aku hanya sebatas debu
Detik-detik yang jatuh
Dari jalanan dan atau dari segala doa
Kini waktu mengudara
Musim, tahun, diam-diam terkubur tanah
Rivan Kean, Bandung/05/2021