Oleh: Yohanes Mau
(Misionaris SVD, asal Belu Utara, NTT.
Kini sedang bertualang di Zimbabwe-Afrika)
Ketika mendengar kata “hati” orang mulai berpikir dan membayangkan tentang model gambar dan bentuknya. Gambar hati itu menyerupai jantung.
Kaum muda yang labil dan sedang mabuk cinta oleh dorongan rasa akan melukis dua hati yang tertusuk tembus oleh anak panah.
Tusukan tembus oleh anak panah itu sebagai simbol dua hati menyatu oleh asmara cinta. Memang perjumpaan itu sebagai momen terindah untuk menjalin kasih.
Kasih perlahan menyatu ketika kedua hati mulai merasakan adanya kesesuain antara mata dan hati. Mata memandang dan menggetarkan detak jantung untuk memiliki.
Memiliki untuk menata hidup ke arah yang lebih baik. Kedua hati menyatu untuk menghidupkan hidup dan merawatnya dengan balutan cinta yang hangat di tengah derasnya musim-musim yang datang silih berganti.
Hati manusia selalu dilanda resah. Aneka sandiwara hidup makin gencar menyerang seluruh lini kehidupan umat manusia. Peperangan belum pernah selesai.
Rusia dan Ukaraina sedang saling membunuh hanya demi kekuasaan dan tunjuk kerakusan, dan ketamakan kepada dunia.
Peperangan di belahan benua afrika seperti Congo, Ethiopia, Sudan, Burkina Faso, sedangkan di Asia konflik di Afganistan, dan Myanmar menemukan titik temu damai.
Inilah sandiwara konyol yang sedang dilakonkan oleh manusia-manusia yang tidak berhumanis. Manusia-manusia yang tidak berhati.
Hati mereka telah membatu oleh aneka tawaran duniawi yang menggiurkan. Lagi- lagi beberapa tahun terakhir ini dunia telah dan sedang dilanda Covid-19.
Semua manusia sedang membiarkan diri hanyut dalam nuansa baru. Apa yang baru? Yang baru adalah dunia masker dan jaga jarak. Harus pakai masker, cuci tangan terus, dan jaga jarak. Inilah cara terbaik teduhkan hati di tengah gencarnya wabah Covid-19.
Hadapi badai yang deras macam ini harus dengan hati yang tenang, tak gentar dan cemas.Hingga hari ini manusia di seluruh dunia mati bagai binatang jalanan yang terkapar tanpa kenal usia, kedudukan, jabatan, kaya, miskin serta musim pun tak dipeduli.
Corona datang menjamah sejuk setiap tubuh dan menetap. Corona datang tanpa minta izin sekata pun. Corona datang dalam diam. Bila anti bodymu kuat maka virus itu tak akan menggerogoti organ tubuh.
Kalau hati anda takut maka betapa bahagianya virus itu masuk, mengalir dan menyerang seluruh organ tubuh serta sel-sel terkecil yang ada dalam tubuh hingga tuntas menuju dunia baru.
Caranya, jangan diam saja karena dalam diam Corona datang menjumpaimu. Waspadalah dalam waktu kapan dan di mana saja. Jalan terbaik adalah berdamailah dengan Corona dan kuatkan hati.
Hal yang tidak kalah penting juga dalam proses berdamai dengan corona adalah jangan alpa dan lalai terhadap protokol kesehatan World Health Organization (WHO).
Lalai dan alpa akan prosedur itu maka dunia baru sedang setia menunggumu. Dunia baru itu adalah kehidupan setelah di dunia fana ini.
Taatilah dan budayakan protokol kesehatan yang sudah ada agar tetap bahagia dalam berlakon sebagaimana adanya.
Bahagia di alam fana ini bersumber dari hati. Kalau masih mau nikmati keindahan semesta dan segala isinya maka jaga dan rawatlah hati agar tidak tersayat oleh tragedi suram mewabahnya Covid-19 hari ini.
Virus ini mengubah sejarah sosial hidup masyarakat yang akur menjadi renggang karena tak ada lagi jabat tangan erat, ciuman dan cerita berkumpul face to face. Tidak ada lagi pelukan hangat yang meneguhkan satu sama lain.
Inilah realitas Covid-19 yang tak kompromi akan kuat kokoh dan harmonisnya suatu relasi kelompok budaya tertentu.
Virus Corona datang merenggut tanpa kalkulasi siapa, apa, dan dari mana asal latar belakang, dan statusmu. Dalam diam tanpa bahasa virus ini mengunjungi hati.
Hati sebagai organ vital yang selalu ditumbuhi oleh hati yang lain. Dalam masa pandemi ini berhati-hatilah memainkan hati. Jaga dan rawatlah agar tidak resah dan gelisa oleh kabar angin dan realitas nyata hari ini.
Hati pejabat luluh secara musiman di balik wabah ini. Namun di balik itu terselubung hasrat misi besar untuk menggapai kursi penguasa.
Hati palsu selalu tampil dengan wajah yang penuh berbelaskasihan kepada kaum-kaum kecil. Semoga saja hati para politisi tidak termakan oleh Vius Corona.
Hati penguasa atau pejabat tertentu hadir menjadi hati untuk memancarkan cinta palsu selanjutnya membiarkan anak negeri sakit hati dan menangis dalam waktu dan musim yang tak menentu.
Maka mari kita belajar dari hati oleh hati dan untuk hati agar tidak terkoyak dan menyesal. Hati akan tercabik kalau anda membuka dan mengijinkan anak panah menusuk tembus menyatuhkan dua hati menjadi satu dalam ikatan cinta palsu.
Maka itu lebih baik mencegah dan kuatkan hati agar hati tidak tervirus oleh realitas Covid-19 serta rayuan manis dunia di baliknya.Di saat kau lemah dekati sahabat hati dan panggillah namanya.
Izinkanlah dia menghapus luka hatimu dan membalutinya dengan perban cinta yang diperciki sejuk betadin damai. Hanya hati yang terbuka menjadi saluran cinta yang terus mengalirkan energi cinta ke seluruh sel-sel kehidupan. Bukalah pintu hati. Jangan tutup!