Oleh: Tobias Gunas
Dosen Unika Santu Paulus Ruteng
Guru Besar atau yang populer disebut Profesor merupakan jabatan akademik yang sangat prestisius bagi seorang dosen.
Gelar Profesor tidak mudah diraih karena banyak persyaratan yang harus dipenuhi dan melewati berbagai tahapan penilaian yang super ketat.
Bagi dosen yang meraih jabatan akademik tertinggi ini tentu sangat luar biasa bagi profesionalitas dan keahliannya.
Karena itu, sangat wajar bila pengukuhan Guru Besar di setiap kampus dirayakan begitu istimewa dan meriah.
Apalagi di wilayah NTT, jumlah GuBes yang masih minim bila dibanding universitas-universitas di wilayah barat Indonesia, yang selalu surplus penambahan GuBes setiap tahun.
Saking banyaknya, ada GuBes yang ganggur di kampus mencari job di luar bidang kepakarannya! Di sisi lain, pemandangan akademik itu sangat gersang di sebagian besar universitas di NTT.
Data LLDIKTI XV mengungkapkan baru ada sembilan GuBes yang tersebar di 58 PTS (Kompas, 17/7/2023). Jumlah ini tentu masih sangat jauh dari ketentuan Kemenristek Dikti, yaitu 10% jumlah GuBes dari total dosen yang ada di PTS.
Terlepas masalah kuantitas, pengukuhan GuBes memiliki makna yang dalam yang harus direfleksikan.
Makna pertama adalah pengakuan kepemimpinan intelektual. Pengukuhan seorang Guru Besar adalah pengakuan yang luar biasa terhadap keberhasilan akademik dan kepemimpinan intelektual seseorang dalam disiplin ilmu tertentu.
Ini adalah momen ketika sebuah institusi akademik secara resmi mengakui kontribusi besar yang telah dilakukan oleh seorang akademisi dalam memajukan pengetahuan di bidangnya.
Dengan demikian, pengukuhan Guru Besar adalah bukti nyata akan apresiasi terhadap dedikasi dan prestasi intelektual yang luar biasa.
Dia menjadi pusat keunggulan yang memberikan contoh pelaksanaan.
Makna kedua adalah inspirasi dan teladan. Seorang Guru Besar bukan hanya seorang pengajar atau peneliti, tetapi juga merupakan teladan bagi generasi mahasiswa dan rekan sejawatnya.
Melalui pengukuhan, mereka menjadi sumber inspirasi yang kuat bagi mereka yang ingin mengejar karier di bidang akademik.
Penganugerahan gelar Guru Besar memotivasi para mahasiswa dan peneliti muda untuk mengejar keunggulan akademik serta berkontribusi pada pengembangan pengetahuan yang lebih lanjut.
Guru Besar menjadi dian yang menyuluhi geliat akademik di lingkungan universitas.
Makna ketiga adalah Peringatan akan tanggungjawab sosial. Pengukuhan seorang Guru Besar juga membawa tanggung jawab sosial yang besar.
Mereka tidak hanya diharapkan untuk terus menghasilkan penelitian berkualitas tinggi, tetapi juga untuk berbagi pengetahuan mereka dengan masyarakat luas.
Seorang Guru Besar memiliki peran penting dalam menerangi masyarakat dengan pengetahuan dan pemahaman yang mereka miliki, serta dalam membimbing generasi berikutnya dari para akademisi dan pemikir.
Makna keempat adalah pendorong inovasi dan perubahan. Dengan memiliki posisi yang kuat di dalam dunia akademik, seorang Guru Besar memiliki kekuatan untuk mendorong inovasi dan perubahan dalam bidangnya.
Pengukuhan mereka menjadi momen penting untuk merefleksikan pencapaian masa lalu dan merencanakan langkah-langkah baru untuk masa depan.
Dengan keahlian dan wawasan mereka, Guru Besar memiliki kapasitas untuk merintis jalan baru dalam penelitian dan pemikiran, mengarah pada perkembangan yang lebih maju dan relevan dalam disiplin ilmu mereka.
Makna kelima adalah pengakuan akan peran kultural dan sosial. Di balik pengukuhan seorang Guru Besar, terdapat pengakuan yang mendalam akan peran kultural dan sosial dari ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Guru Besar bukan hanya penjaga pengetahuan, tetapi juga penjaga nilai-nilai intelektual yang mendasar bagi kemajuan masyarakat.
Dengan pengukuhan mereka, kita mengenali bahwa pengetahuan dan pendidikan adalah tiang-tiang utama dalam membangun fondasi sosial yang kuat dan berkelanjutan.
Pengukuhan seorang Guru Besar, oleh karena itu, jauh lebih dari sekadar peristiwa formal di dalam dunia akademik.
Ia adalah simbol dari dedikasi, kepemimpinan, dan kebangkitan intelektual yang berkelanjutan.
Melalui penghormatan terhadap Guru Besar, kita tidak hanya menghargai kontribusi mereka terhadap pengetahuan, tetapi juga memperkuat komitmen kita terhadap pembelajaran sepanjang hayat, inovasi, dan pengembangan sosial yang inklusif.
Makna Guru Besar yang melekat pada diri seorang dosen akan memberikan manfaat positif bila tidak terjebak pada “mentalitas profesionalitas” semata.
Guru Besar tidak menjalan tugas hanya untuk memenuhi tuntutan profesi dalam bidangnya.
Tapi, lebih utama seorang GuBes menjalankan peran sebagai cendekiawan yang senantiasa memelihara peradaban dan kemajuan Ilmu Pengetahuan bagi peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan sosial.