Oleh: Dino Kese
Mahasiswa IFTK Ledalero
Flores, sebuah pulau yang berada di sebelah timur negara kesatuan Indonesia. Pulau ini dikenal oleh banyak orang baik dari luar maupun dari dalam negeri karena keindahan alamnya. Mulai dari pemandangan gunung, bukit dan lembah yang megah hingga pemandangan laut yang menakjubkan.
Di sini, pulau Flores menyimpan pelbagai kekayaan alam sehingga pantaslah banyak wisatawan baik yang domestik maupun mancanegara tertarik datang di pulau Flores.
Akan tetapi, di balik keindahannya itu, pulau Flores juga sedang menghadai beragam isu lingkungan yang menimpa kelangsungan ekosistem dan cara hidup masyarakat setempat.
Maka dari itu, dalam tulisan ini penulis akan mendeskripsikan beberapa aspek di antaranya, isu lingkungan di Flores, dan cara menanggulanginya.
Isu Lingkungan
Pertama, kerusakan alam. Aspek pertama ini telah dianggap lumrah oleh masyarakat Flores. Isu lingkungan yang paling dasarnya ialah deforestasi.
Deforestasi telah menjadi aktivitas sehari-hari mereka. Aspek ini dapat dibenarkan oleh penulis, ketika menilik di realita sebenarnya bahwa banyak pohon-pohon besar yang ditebang oleh masyarakat baik untuk memenuhi kebutuhan umum maupun kebutuhan khusus.
Padahal pohon-pohon itu begitu berkontribusi besar sebagai habitat bagi pelbagai spesies flora dan fauna yang endemik.
Aspek lain yang senapas dengan deforestasi ialah pembalakan liar dan perubahan lahan untuk pertanian, spesifiknya pertanian monokultur seperti kopi, jagung, dan singkong, sudah memengaruhi penyusutan hutan yang luas secara signifikan.
Lahan ini hanya digunakan oleh masyarakat dalam waktu singkat guna memenuhi kebutuhan hidup. Setelah beberapa tahun kemudian, warga akan melepaskan hutan begitu saja tanpa melakukan reboisasi.
Hasilnya, hutan menjadi gundul. Dengan demikian, deforestasi atau pembalakan liar bukan hanya mengancam kebinekaan hayati, namun juga bersumbangsi terhadap perubahan iklim lokal (Flores).
Tanpa adanya reboisasi dan mengolah kembali hutan yang berkelanjutan, tentu ekosistem hutan akan semakin terdegredasi bahkan punah.
Kedua, perubahan iklim. Aspek kedua ini telah menjadi isu global dipelbagai wilayah tak terkecuali Flores.
Perubahan curah hujan dan kenaikan suhu yang tak menentu dapat memengaruhi sektor pertanian, di mana hasil-hasil pertanian adalah sumber utama bagi banyak warga di Flores.
Aspek ini dibenarkan dalam dua tahun terakhir, beragam tanaman lokal seperti padi, cokelat, jagung, pisang dan umbi-umbian menjadi rentan terhadap peralihan iklim.
Tragedi cuaca sadistis ini, spesifiknya kekeringan yang kerap kali terjadi amat memberikan kerugian besar bagi para petani serta mampu mengancam ketahanan pangan.
Maka dari itu, warga Flores khususnya mereka yang berada di daerah pedalaman, mesti selalu beradaptasi dengan peralihan iklim yang tak menentu.
Ketiga, polusi laut. Pulau Flores juga dikenal dengan pantai-pantai yang menarik dan kaya akan sumber daya laut.
Namun, dibalik dengan keindahannya itu, pantai-pantai atau laut di Flores saat ini ditemani pula dengan limbah plastik atau sampah rumah tangga yang cemar di mana-mana.
Aspek ini memengaruhi ekosistem laut yang mendukung aktivitas-aktivitas para nelayan setempat.
Bukan hanya itu, hal lain yang dilakukan oleh sebagian warga Flores ialah praktik penangkapan ekosistem laut yang masih ilegal, penggunaan bom ikan, misalnya.
Hal ini memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ekosistem laut yang kian menurun. Polusi laut berpengaruh pada kemutuan ikan yang di tangkap di satu sisi, dan kesehatan masyarakat yang terikat pada laut sebagai asal utama protein.
Keempat, pembangunan tempat wisata dan gedung-gedung besar yang berkesinambungan. Belakangan ini pembangunan tempat wisata dan gedung-gedung besar di pulau Flores berkembang pesat.
Hotel-hotel berbintang dan adanya destinasi baru seperti Golo Mori di Labuan Bajo, yang sebelumnya hanya ditumbuhi dengan beragam tumbuhan, kini diimbangi atau ditemani dengan ruas jalan beraspal yang berkepanjangan.
Aspek ini bisa berpengaruh dengan menurunya jumlah wisatawan karena, hemat penulis wisatawan datang berkunjung ke pulau Flores bukan untuk melihat hotel, gedung-gedung besar atau jalan yang panjang, melainkan datang melihat keindahan alam yang sebenarnya.
Akan tetapi, penduduk dan pemerintah melakukan aksi berbanding terbalik, meminimalisirkan keindahan alam misalnya.
Di satu sisi, tempat wisata bisa bersumbangsi lebih terhadap ekonomi lokal, tetapi di sisi lain muncul rasa kekhawatiran pada diri penulis bahwa pembangunan infrastruktur pariwisata bisa menghancurkan alam.
Deforestasi yang berlebihan guna membangun hotel, vila dan fasilitas wisata lainnya bisa memengaruhi pertumbuhan ekosistem setempat, contohnya.
Dengan demikian, penting untuk mengembangkan pariwisata berkesinambungan yang mengawasi aspek lingkungan sekitar serta melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolahannya.
Upaya mengatasi
Merebaknya tragedi isu lingkungan di daerah Flores dewasa ini, menimbulkan kecemasan akan hilangnya keaslihan alam di masa yang akan datang.
Supaya mengelak atau mengatasi isu-isu lingkungan tersebut, penulis akan menawarkan tiga upaya guna menanggulanginya.
Pertama, program reforestasi yang diikuti oleh semua warga setempat. Hemat penulis poin pertama ini telah diterapakan oleh seperempat warga setempat sebelumnya.
Akan tetapi, usaha mereka berbanding terbalik dengan apa yang diinginkan, bermaksud bibit-bibit yang telah ditanamkan tidak bertumbuh baik.
Kegagalan dipengaruhi karena warga belum mengetahui cara menanam atau merawat pohon sebenarnya. Maka dari itu, mesti ada komunitas khusus guna memberikan pelatihan dan intensif kepada warga untuk menanam pohon yang sebaiknya.
Dengan cara seperti ini, warga setempat bisa memperbaiki kualitas alam dan meningkatkan keaslihan hutan seperti sebelumnya.
Selain itu, warga setempat mesti berinisiatif untuk menaikkan praktik pertanian berkesinambungan yang bukan hanya menunjang ekonomi tetapi juga merawat kesehatan tanah dan keanekaragaman hayati.
Menggunakan pupuk-pupuk organik (kompos), atau meminimalisir penggunaan pestisida yang berlebihan.
Cara lainnya juga, warga setempat atau penduduk pada umumnya, mesti adakan penyuluhan dan pelatihan mengenai cara mengolah tanah yang ramah lingkungan.
Maka dari itu, dengan inisiatif seperti ini para petani dapat meningkatkan produktivitas, mempertahankan keberlanjutan lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan warga secara keseluruhan.
Usaha ini juga begitu urgen dalam berkontribusi membangun kesadaran, keanekaragaman dan kesehatan tanah.
Kedua, mengenal atau mengetahui tempat pembuangan sampah. Mengenal tempat pembuangan atau pengolahan sampah ialah esensi dasar dalam merawat dan mengurangi isu lingkungan yang berkembang pesat.
Ketika mengetahui lokasi atau tempat-tempat tersebut, warga pada umumnya bisa lebih disadarkan akan efek sampah terhadap ekositem sekitar, habitat-habitat laut misalnya.
Aspek ini juga bisa mendorong setiap warga guna ikut serta dalam pengolahan sampah, seperti memisahkan sampah organik dan anorgaik.
Informasi mengenai pembuangan sampah yang tepat juga berhubungan langsung dengan isu lingkungan yang terus merebak.
Dengan memberikan pencerahan seperti ini, tentu kesadaran masyarakt akan meningkat. Dengan tujuan membantu mereka mengurangi pencemaran, menjaga flora dan fauna di Flores dan mendukung usaha daur ulang sampah.
Dengan demikian, setiap masyarakt mempunyai figur tersendiri dalam memproduksi alam atau lingkungan yang bersih dan terus tertata indah.
Ketiga, kerjasama antara masyarakat, pemerintah dan sektor swasta. Dengan melibatkan semua pihak penting dalam rangkaian kerja dan pengaplikasian program-program lingkungan di Flores, akan ada kegiatan atau operasi gabungan yang baik dalam merawat dam melestarikan alam.
Pengembangan kebijakan yang berbasis ilmiah atau penelitian yang mendalam akan memudahkan baik pemerintah maupun warga, guna membantu dalam menciptakan strategi yang efektif untuk menangani masalah-masalah ini.
Kesimpulan
Isu lingkungan di Flores merupakan masalah kompleks yang membutuhkan perhatian penuh dan aksi nyata.
Kerusakan alam, perubahan iklim, polusi laut dan pembangunan tempat wisata atau gedung-gedung besar yang berkesinambungan adalah aspek yang perlu ditanggulangi untuk memastikan keberlanjutan ekosistem dan keberlangsungan warga setempat.
Dengan mengedepankan kesadaran dalam diri masyarakat (reboisasi, buang sampah pada tempatnya), dan kebersamaan antar pemangku kepentingan, warga Flores pada umumnya bisa bersama-sama mempertahankan keaslihan, keindahan dan keberlanjutan Flores untuk generasi selanjutnya.
Usaha pelestarian (konservasi) dan pengolahan lingkungan yang baik bukan hanya berpengaruh bagi ekosistem hutan dan laut, melainkan juga bagi kesejahteraan warga di pulau Flores pada umumnya.