Labuan Bajo,Vox NTT-Krisis air bersih masih dialami warga Pulau Mesa, desa Pasir Panjang, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat.
Ashari, salah seorang warga Pulau Mesa kepada Vox Ntt, Selasa (18/10), di Kampung Ujung, Labuan Bajo menuturkan selama bertahun-tahun warga di pulau tersebut mengalami krisis air bersih.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga terpaksa membeli air di Kota Labuan Bajo, ibu kota Manggarai Barat.
Dia mengaku, hampir seluruh warga di pulau itu membeli air minum di Labuan Bajo yang berjarak 15 Km dari pulau itu.
Sementara untuk cuci dan kebutuhan lainnya, mereka mengambil air dari sumur yang masih mengandung kadar garam cukup tinggi.
Krisis air bersih ini membuat pria 50 tahun ini banting haluan dari setiap hari turun mencari ikan di laut menjadi penjual air sejak 10 tahun lalu.
Dengan tangki air dan sejumlah jerigen yang dimuat di atas perahu motor miliknya, Ashari setiap hari mengambil air di Labuan Bajo untuk kemudian dijual kepada warga di Pulau Mesa.
Namun dengan kapasitas tangki dan jerigen yang ia miliki, ayah dari lima orang anak ini hanya mampu mengangkut 8000 liter air per hari ke Pulau Mesa.
Padahal warga pulau itu berjumlah sekitar 1500 orang.
Air itu kemudian dijual dengan Rp 2.000 per jerigen ukuran 20 liter. Sementara air yang ia beli dari PDAM Labuan Bajo dengan harga Rp 130.000 per tangki.
“Untungnya sedikit saja. Untuk sekali angkut dan setelah dipotong sama biaya operasional, keuntungan bersih hanya Rp 300.000 saja,” ungkapnya.
Membantu Warga
Menurut Ashari, krisis air bersih yang dialami warga Pulau Mesa itu, tidak sekedar dijadikan sebagai keuntungan bisnis semata. Di balik itu, ada rasa se-nasib kala warga pulau Mesa harus minum air yang tak layak selama bertahun-tahun.
Keprihatinan ini yang membuat suami dari Siti (45) terus bekerja meski melawan gelombang dan cuaca buruk dari Labuan Bajo. Ia bahkan mengungkapkan masalah air bersih yang dialami warga Mesa erat kaitannya dengan masalah kesehatan.
“Jadi meski kapal motor saya pernah terbalik lantaran gelombang tinggi dan cuaca buruk, hal itu tidak membuat saya berhenti dari usaha ini” katanya.
Ashari mengaku sampai kapan pun, akan terus menggeluti usaha ini meski untungnya kecil. (Eyo/VoN)