Borong, VoxNtt.com- Warga tiga desa masing-masing, Bangka Kantar, Golo Kantar, dan Nanga Labang di Kecamatan Rana Mese, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) akhirnya bernafas lega.
Pasalnya, setelah 40 tahun warga menunggu pembangunan bendungan dan jaringan irigasi untuk mengairi persawahan mereka, tahun 2017 ini akhirnya terealisasi.
Mega proyek bendungan dan jaringan irigasi senilai Rp 45.853.828.000 miliar segera dibangun untuk mengairi sebesar 2.046,99 hektar (Ha) sawah di tiga desa tersebut.
Terdapat dua perusahan yang mengerjakan proyek dari APBN tersebut. Keduanya yakni, PT Wae Kuli untuk proyek bendungan dan PT Floresco Indah untuk jaringan irigas.
Nikolaus Wandu, warga desa Bangka Kantar saat hadir dalam kegiatan sosialisasi pembagunan di Balai Penyuluhan Pertanian Jengok-Bangka Kantar, Rabu, (8/3/2017) mengaku, selama 40 tahun mereka menunggu pembangunan bendungan dan jaringan irigasi di daerah mereka.
“Apresiasi yang super untuk pemerintah yang sedang berusaha memperjuangkan kebutuhan kami di sini. Kami sangat berterima kasih dan sambut baik program ini, karena bisa menyejahterakan rakyat,” ujar Niko.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek ini, Dominggus Dama menjelaskan, terdapat 70 persen penduduk di NTT berpencaharian petani. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan petani merupakan program prioritas.
Dominggus mengatakan, pembangunan ini sangat membutuhkan bantuan dan dukungan warga. Salah satu bentuk dukungan adalah tidak adanya dana ganti rugi lahan yang dilalui proyek irigasi.
Bupati Matim, Yoseph Tote dalam sambutannya mengatakan, untuk membangun sesuatu harus melalui konsep yang bagus dan matang. Sebab itu, perencanaan pembangunan irigasi dan bendungan ini sudah direncanakan sejak tahun 2010 lalu.
Dia melanjutkan, pembagunan yang bersumber dari APBN tahun ini ada 5 irigasi. Kelimanya yaitu, irigasi Gising, irigasi Buntal, irigasi Beleng, irigasi Wae Wake, dan irigasi Wae Musur.
“Saya ingin kita harus bisa bekerjasama dan saya harapkan tidak boleh ada riak-riak di antara warga yang berkaitan dengan proyek irigasi ini. Kalau ada kendala, dibicarakan bersama,” pinta Bupati Tote.
Sementara Elisabet Samung, salah seorang warga mengajukan keberatan karena tanah miliknya yang dilalui proyek ini banyak tanaman komoditi. Tanaman ini merupakan sumber hidup keluarganya.
“Saya minta pemerintah untuk mempertimbangkan ini. Karena lokasi yang akan dilalui proyek irigasi ini banyak tanaman komoditi kami seperti kopi, kemiri, dan cengkih,” Ujar Elisabeth. (Nansianus Taris/VoN)