Labuan Bajo, Vox NTT- Kota Labuan Bajo, Ibu kota Kabupaten Manggarai Barat, NTT akhir-akhir ini makin ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Hingga bulan Juli 2016, tercatat sebanyak 14.000 wisatawan mancanegara yang mengunjungi daerah di ujung barat pulau Flores ini. Keberadaan kadal raksasa yang bernama Komodo menjadi salah satu magnet yang menyedot wisatawan asing.
Salah satu alasan meningkatnya grafik kunjungan ini adalah kemampuan promosi dan marketing yang selalu dimainkan pemerintah maupun agen swasta.
Promosi wisata yang dilakukan pemerintah melalu berbagai even internasional terbukti ampuh mengangkat keindahan alam daerah ini di mata internasional.
Alhasil, selain meningkatnya kunjungan wisata, daerah ini telah menjadi sasaran investasi para pemilik modal demi meraup untung. Ratusan pulau dengan aneka pasir pantai yang eksotik membuka peluang bagi investor untuk berinvestasi.
Kemudahan ini didukung oleh warga kota yang tergiur menjual tanahnya dengan harga yang fantastik. Menurut The Komodo Watch, harga tanah saat ini tergantung pada letak lahan yang dekat dengan destinasi wisata. Biasanya tanah yang dekat pantai mendapat harga spesial dengan kisaran satu sampai tiga juta per meter persegi.
Namun menurut The Komodo Watch yang merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan di daerah itu, fenomena ini mengancam eksistensi warga lokal ke depan.
Direktur The Komodo Watch Alfonsius Basri, mengatakan maraknya penjualan lahansebagai bentuk mentalitas instan masyarakat.
“ Suatu saat keberadaan warga lokal di Labuan Bajo ini akan terancam eskistensinya, masyarakat kita mudah tergiur dengan harga fantastis yang ditawarkan pemilik modal”, kata Basri kepada Vox NTT, Rabu (12/10).
Menurut Basri, dari data yang dikantongi The Komodo Watch hingga akhir tahun 2015 lalu, lahan di bibir pantai sepanjang kecamatan Komodo hingga kecamatan Boleng sudah terjual 75% oleh masyarakat ulayat di kawasan tersebut. Terjualnya lahan di sekitar pantai tersebut kata dia, berdampak pada sulitnya warga lokal mengakses bibir pantai untuk kegiatan rekreasi.
“Pantai di Kecamatan Komodo dan Boleng sudah hampir terjual, sudah ada bangunan seperti hotel atau home stay didirikan di sana”, ujarnya.
Dia berharap, semua pihak lebih khususnya Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat untuk gencar melakukan sosialisasi kepada warga terkait dampak yang akan timbul ke depan jika warga menjual lahannya kepada investor. Ia juga berharap agar pemerintah mampu mendidik rakyatnya agar mampu mengelolah potensi wisata dengan usaha mereka sendiri.
“Pemerintah harus peka dengan fenomena ini, setidaknya ada sosialisasi kepada warga untuk tidak menjual lahan, kan lahan milik warga masih bisa disewakan tanpa menjual sepenuhnya kepada investor,” pungkasnya. (Eyo/VoN)