Ruteng, VoxNtt.com- Hingga hari ini, Rabu (16/11/2016), upaya pencarian jasad Angelinus Tifano Leumatawua (16), siswa kelas 1 SMK Karya Ruteng masih terus dilakukan oleh Badan SAR Nasional (Basernas) Pos Labuan Bajo.
Angelinus tenggelam dan hilang di air terjun Cunca Lega, Desa Tengku Lese, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai-Flores pada Minggu, 13 November 2016 lalu sekitar pukul 12.00 Wita. Sat itu ia bersama empat temannya sedang berekreaksi sambil bercumbu ke dalam kolam di bawah air terjun tersebut.
Di hari ketiga pencariannya, tim SAR sempat mencari korban dengan melakukan penyelaman ke dasar kolam. Selanjutnya di pertengahan hari memasuki jam makan siang, proses pencarian jasad diisi dengan ritual adat ‘Nampo’ oleh warga sekitar bersama tim SAR.
Nampo dalam kepercayaan adat Manggarai merupakan ritual untuk meminta kepada roh penjaga alam semesta atau para leluhur untuk mengembali benda atau orang yang hilang.
Ritual adat yang dilakukan tepat di samping barat air terjun Cunca Lega ini dipandu langsung oleh Lorens Jantu, Tua Adat Kampung Bonar, Desa Pong Lengor-Rahong Utara. Kampung ini dekat dengan tempat kejadian perkara (TPK).
Setelah berdoa kepada penjaga alam Cunca Lega, masyarakat kemudian menyembeli seekor kambing sebagai kurban persembahan dalam ritual Nampo.
Sil Jumin (51), warga Bonar yang ditemui VoxNtt.com usai prosesi adat di Cunca Lega mengaku, beberapa tahun silam pernah terjadi kematian tragis salah seorang warga dari kampung itu. Ia meninggal lantaran jatuh di air terjun pertama di Cunca Lega.
Kata dia, warga tersebut jatuh ke dalam jurang air terjun hingga meninggal saat berburu babi hutan bersama teman-temannya. Konon, beberapa teman perburuannya mengejar babi dari arah selatan menuju utara mengikuti arus sungai mengalir. Sementara, warga yang meninggal itu menunggu di bagian utara tepatnya di ujung jurang air terjun pertama itu.
“Katanya, seekor babi hutan itu berlari menuju utara hingga menabrak warga yang meninggal itu dan ia akhirnya jatuh ke dalam jurang,” aku Sil.
Usai jatuh ke dasar, lanjut Sil, warga itu pun langsung hilang. Jasadnya kemudian ditemukan usai melakukan ritual yang sama yaitu Nampo.
“Makanya tadi itu ada bawa tombak juga. Karena dia dulu gunakan tombak saat berburu babi hutan. Acara Nampo ini dibuat untuk meminta kepada arwah dari yang pernah jatuh itu agar segera memberitahukan jasad yang hilang ini,” katanya.
Basilius Wahu, warga Nanu Desa Buar-Rahong Utara yang juga hadir menyaksikan prosesi adat itu mengatakan, biasanya setelah penyembelian hewan kurban semua orang harus meninggalkan tempat tersebut paling sedikit tiga jam dan paling lama satu malam.
“Tadi ini kan kita disuruh tiga jam meninggalkan tempat ini. Hal itu bertujuan agar para leluhur memberitahukan orang yang hilang,” jelas Basilius.
“Acara adat ini dibuat tadi, katanya ada mimpi keluarga korban harus melakukan hal ini. Katanya, dalam mimpi mereka prosesi ini harus dipimpin langsung tua adat kampung Bonar, sebab warga mereka yang pernah meninggal di sini,” tambah Basilius.
Pantauan media ini, usai warga Kampung Bonar melakukan ritual Nampo, sore harinya warga kampung Tebo yang juga dekat dengan Cunca Lega juga melakukan ritus adat di tempat tersebut.
Proses pencarian sempat tersendat lantaran arus baterei senter sebagai alat pelengkap penyelaman habis.
Kebutuhan baterei akhirnya bisa terpenuhi setelah dibawa tim BPBD Manggarai. Mereka baru datang ke pos pencarian di pertengahan hari. (AA/VoN).