Hari Jumat, 25 November 2016, dunia kehilangan satu tokoh yang menjulang tinggi di panggung sejarah: Fidel Castro. Dia dihormati oleh rakyatnya, kawan-kawannya, maupun musuhnya.
Penulis peraih Nobel, Gabriel García Márquez, menyebut Fidel sebagai “manusia besar abad ini”. Dalam hampir seabad perjalanan hidupnya, Fidel telah mewariskan banyak hal besar bagi peradaban umat manusia.
Berikut ini 10 fakta menarik tentang Fidel Castro yang kami kutip dari berdikarionline.com, Minggu (27/11)
Pertama, anak Petani kaya
Fidel lahir di Biran, Provinsi Holguin, Kuba, pada 13 Agustus 1926. Ayahnya adalah imigran dari Spanyol. Lama menetap di Kuba, ayahnya berhasil punya perkebunan luas.
Tidak mengherankan, Fidel bisa mendapat pendidikan lebih baik. Hingga bisa melanjutkan pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Havana. Tentang ini, ada cerita menarik.
Menurut Ramon Castro, adik kandung Fidel, orang tuanya menyekolahkan Fidel ke Fakultas Hukum agar dia bisa menjadi pengacara (orang hukum) dan mempertahankan tanah orang tuanya.
“Tetapi orang hukum itu yang meneken Undang-Undang Reforma Agraria,” kata Ramon tersenyum.
Akhirya, di bawah kebijakan reforma agraria Fidel, tanah-tanah luas di Kuba dibagi-bagikan ke petani miskin dan petani tak bertanah. Tidak terkecuali tanah milik keluarga Fidel sendiri.
Kedua, masa muda sebagai aktivis mahasiswa
Ketika Fidel menginjakkan kaki di Universitas, situasi politik Kuba sedang memanas. Kampus-kampus bergolak. Mereka muak dengan rezim Ramon Grau (1944-1948) yang sangat korup dan represif.
Saat itu Fidel terseret arus pergolakan itu. Dia menjadi aktivis mahasiswa yang progressif-revolusioner. Saat itu dia terpengaruh berat oleh ide-ide Pahlawan Kuba, Jose Marti. Dia juga menjadi anggota partai berhaluan nasionalis-kiri, Partido Ortodoxo.
Partido Ortodoxo sangat populer. Hingga diprediksi akan memenangkan pemilu. Karenanya, menjelang pemilu 1953, Fulgencio Batista melancarkan kudeta. Di bawah Batista, keadaan Kuba makin memburuk: perjudian, pelacuran dan kriminalitas bergandengan dengan kemiskinan dan ketimpangan.
Setelah Batista berkuasa, semua partai dibekukan, kampus-kampus ditutup, dan mulut media massa disumpal. Tetapi protes mahasiswa terus berlanjut. Namun, Batista merespon protes itu dengan sangat brutal.
Fidel melihat, di bawah kekuasaan Batista yang represif, tidak ada ruang bebas. Pilihannya hanya satu: mengorganisir perlawanan di bawah tanah. Sejak itulah dia mulai merekrut mahasiswa untuk menjadi bagian dari gerakan bawah tanah.
Fidel dan banyak anak muda lainnya mulai tertarik pada aksi-aksi revolusioner, termasuk potensi perjuangan bersenjata. Tidak ada jalan lain lagi.
Ketiga, pernah mendekam di penjara
Tanggal 26 Juli 1953, Fidel dan seratusan kawannya menyerbu sebuah barak militer di Moncada. “Kami ingin menyulut kebangkitan nasional untuk menggulingkan Batista,” ujar Fidel.
Sayang, serangan itu gagal. Pemberontakan rakyat juga tidak terjadi. Fidel dan kawannya ditangkap. Banyak yang disiksa sangat kejam. Tidak sedikit yang langsung dieksekusi mati. Fidel sendiri langsung dijebloskan ke penjara.
Pada September 1953, Fidel dan kawannya mulai diajukan kemuka pengadilan. Di sinilah Fidel menyampaikan pidatonya yang terkenal: History Will Absolve Me (Sejarah akan membebaskan saya).
Marta Rojas, seorang jurnalis yang meliput persidangan itu, menyampaikan: Di bagian akhir kesimpulan pembelaannya, Fidel menggebrak meja di depannya, kemudian berkata: “Silakan penjarakan saya.Tidak masalah. Sejarah akan membebaskan saya.” Para hakim dan orang-orang di pengadilan tertegun tanpa kata.
Keempat, pencinta olahraga
Fidel kecil adalah pencinta olahraga. Dia sangat menyukai bola basket, sepak bola dan bisbol. Belakangan, hingga di usia senja, Fidel paling tertarik dengan yang terakhir. Di mesin pencarian google, anda tidak sulit untuk menemukan foto Fidel sedang bermain bisbol.
Selain itu, Fidel juga pencinta catur. Anda juga tidak akan kesulitan menemukan gambar Fidel sedang bermain catur di mesin pencari google. Tahun 1966, dia menyelenggarakan olimpiade catur di Havana. Legenda catur dunia saat itu, Tigran Petrosian dan Bobby Fischer, turut hadir di turnamen itu. Dan Fidel menjajal kemampuan mereka.
Tidak mengherankan, setelah revolusi Kuba menang, Fidel punya perhatian besar terhadap olahraga. Kuba unggul di beberapa cabang olahraga, seperti bola volley, atletik, judo, gulat, anggar, bisbol, taekwondo, angkat besi, dan tinju.
Kelima, kerap mendapat ancaman pembunuhan
Karena politik revolusionernya, Fidel menjadi target nomor satu dari berbagai upaya pembunuhan. Terutama yang diorganisir oleh CIA/Amerika Serikat.
Sepanjang hidupnya, ada 638 kali upaya pembunuhan terhadap Fidel. Berbagai cara dipakai: mulai dari pulpen beracun, cerutu beracun, pakaian selam beracun, hingga pil sianida.
“Tetapi dia punya nyawa melebih kucing,” kawa kawan seperjuangannya, Juan Almeida, kepada Estela Bravo dalam film dokumenter Fidel: Untold Story.
Pernah dalam kunjungan ke Newyork, tahun 1979, seorang jurnalis menanyai Fidel, apakah dia memakai rompi anti peluru? Dia langsung membuka seragam militernya dan memperlihatkan dadanya. Dan langsung menjawab sambil tersenyum: tidak ada.
“Aku hanya punya rompi moral. Yang kuat. Itu yang selalu melindungi saya,” ujarnya sembari mengisap cerutu.
Keenam, membantu pembebasan Afrika
Dari semua tokoh yang paling peduli terhadap nasib rakyat Afrika, mungkin Fidel yang paling menonjol. Dia mengerahkan segala daya upaya untuk membantu pembebasan bangsa-bangsa Afrika dari kolonialisme dan imperialisme.
Pejuang-pejuang Kuba terlibat langsung dalam perjuangan rakyat Afrika, seperti di Angola, Kongo, Namibia, Guinea Bissau dan lain-lain. Di tahun 1970-an, Kuba mengirimkan 400-an ribu pejuangnya untuk membantu rakyat Angola.
Fidel juga mendukung penuh perjuangan rakyat Afrika Selatan melawan rezim apartheid. Lebih dari 2600 pejuang Kuba menyerahkan nyawa dalam pembebasan Afrika Selatan dari politik maha-jahat: Apartheid.
Besarnya dukungan Kuba itu diakui Nelson Mandela. “Pejuang Kuba berbagi parit yang sama dengan kami dalam perjuangan melawan kolonialisme, keterbelakangan, dan apartheid. Kami bersumpah tidak akan melupakan contoh tak tertandingi dari internasionalisme ini,” kata Mandela dalam sebuah pidatonya di tahun 1995.
Begitu menghirup udara bebas di tahun 1990, Mandela berkunjung ke Kuba. “Aku datang ke sini untuk mengakui utang besar kami kepada Kuba. Adakah negara lain yang melakukan pengorbanan tanpa pamrih seperti yang dilakukan Kuba terhadap Afrika?” kata Mandela.
Ketujuh, kisah mistis merpati putih
Ada kejadian unik saat Fidel memasuki Havana setelah kemenangan revolusi. Dia berpidato di tengah kerumunan massa. Tiba-tiba massa melepas dua-tiga ekor merpati putih. Burang itu terbang mengitari podium tempat Fidel berpidato. Tak lama kemudian, seekor merpati putih hinggap di pundaknya.
Bagi masyarakat Kuba yang saat itu sangat religius, merpati putih hinggap di pundak Fidel adalah peristiwa sakral. “Dengan kejadian ini orang-orang percaya bahwa Fidel Castro adalah utusan Kristus,” ujar Juan Almeida.
Kedelapan, seorang anti-imperialis sekaligus internasionalis sejati
Sejak mudanya, bahkan sebelum menjadi marxis, Fidel sudah sangat anti-imperialis. Dia sudah mengeritik rezim yang jadi boneka Amerika di amerika latin, termasuk Kuba.
Begitu revolusi Kuba menang, dia sempat berkunjung ke Amerika Serikat untuk mendapatkan “pengertian baik” dari publik AS terhadap revolusi mereka. Namun, sepulang dari kunjungan itu, Fidel langsung memulai program reforma agraria. Program ini langsung menyodot kepentingan perusahaan-perusahaan besar, termasuk dari AS, yang menguasai tanah luas di Kuba.
Tidak berhenti di situ, pada Juli 1960, Fidel membacakan dekrit nasionalisasi puluhan perusahaan milik AS di Kuba, termasuk Texaco, The Case Manhattan Bank, United Fruit Company, Esso, dan Sinclair oil companies.
Tahun 1961, untuk membebaskan rakyatnya dari belenggu kebodohan, Fidel mengumumkan kampanye pemberantasan buta-huruf. Lebih dari satu juta orang Kuba, umumnya kaum muda, dimobilisasi ke seantero negeri guna membebaskan rakyat dari buta-huruf. Dalam waktu singkat, 707.000 rakyat belajar membaca dan menulis. Dan buta-huruf berkurang dari 21 persen menjadi 3,9 persen.
Tapi rongrongan imperialis juga datang bertubi-tubi. Pada April 1961, ribuan milisi bersenjata yang dilatih oleh CIA menyerbu Kuba di Teluk Babi. Serangan ini dibantu oleh pesawat-pesawat tempur AS yang melumpuhkan angkatan udara kuba. Fidel Castro memimpin langsung tentara dan rakyat Kuba untuk mematahkan agresi imperialis tersebut. Dan hasilnya: hanya dalam 72 jam, serangan itu berhasil dipatahkan.
Agresi tidak berhenti. Tahun itu juga Presiden AS, Dwight Eisenhower, memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba. Sejak itu embargo ekonomi terhadap Kuba diperluas dan diintensifkan untuk merontokkan ekonomi Kuba.
Namun sejarah berbicara lain. Kendati diembargo selama hampir setengah abad lebih, revolusi Kuba tetap berdiri kokoh hingga hari ini. Bahkan, kendati diembargo dan diganggu terus-menerus, Kuba berhasil meraih sukses besar di bidang pendidikan dan kesehatan.
Tidak hanya di negerinya, Fidel juga menyokong perjuangan anti-imperialis di berbagai belahan dunia: dari Amerika latin, Afrika, hingga Asia. Fidel mengirim pejuang-pejuangnya untuk membantu perjuangan anti-imperialis di Afrika dan Asia. Pada Januari 1966, Kuba menjadi tuan rumah pertemuan Konferensi Tiga Benua (Konferensi Trikontinental). Sering juga disebut: Konferensi Organisasi Setia-kawan Asia-Afrika dan Amerika Latin (AAA).
Fidel dan Che menjadi inspirasi pembebasan rakyat Amerika latin: di Kolombia, Bolivia, Nikaragua, El Salvador, Uruguay, Brazil, Argentina, dan lain-lain.
Fidel juga menyokong penuh perjuangan rakyat Vietnam. Kuba mengirim gula, beras dan obat-obatan. Juga mengirim dokter dan tenaga teknik. “Kita harus memberi rakyat Vietnam dukungan penuh dan solidaritas,” kata Fidel berapi-api.
Tidak hanya mengirim pejuang bersenjata, Kuba juga mengirim pasukan berseragam putih alias dokter ke berbagai penjuru dunia. Di tahun 1960-an, kendati dicekik kesulitan, Kuba mengirim dokter ke Chile yang dilanda gempa. Tahun 1963, Kuba mengirim dokter ke Aljazair.
Kuba terdepan dalam bantuan kemanusiaan: di Haiti, memerangi ebola di Afrika, dan lain-lain. Hari ini, lebih dari 50.000 dokter Kuba bekerja gratis di puluhan negara. Sejak tahun 1999, Kuba membuka Sekolah Kedokteran (ELAM) yang gratis untuk semua pemuda-pemudi miskin dari Asia, Afrika dan Amerika latin.
Fidel juga tak henti-hentinya menyokong perjuangan Palestina. Kuba adalah negara pertama yang mengakui Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Kuba juga termasuk paling terdepan memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Kuba juga banyak melatih pejuang-pejuang Palestina, mulai dari PLO hingga PFLP (marxis).
Fidel juga tak henti-hentinya mengutuk setiap agresi Israel terhadap Palestina. Di tahun 2014, Fidel menuding Israel melalukan holocaust di Palestina. Fidel juga membuka pintu bagi pemuda-pemuda Palestina untuk belajar gratis di Kuba.
Sembilan, berkawan dengan tokoh-tokoh besar: Ernest Hemingway, Gabriel Marcuez, Maradona, Muhammad Ali, dan lain-lain.
Ketika media-media berusaha menggambarkan Fidel sebagai diktator yang menakutkan, beberapa tokoh besar dunia justru sangat bersahabat dengan pemimpin Kuba itu.
Fidel berkawan akrab dengan novelis besar AS, Ernest Hemingway. Hemingway memang akrab dengan Kuba. Novelis peraih nobel itu pernah tinggal 20 tahun di Kuba. Novelnya yang berjudul “The Old Man dan The Sea” bercerita tentang nelayan Kuba yang berjuang menaklukkan ikan raksasa.
Fidel juga berkawan akrab dengan penulis peraih nobel, Gabriel García Márquez. Gabo, panggilan akrab Márquez, mengaku selalu mengirim draft tulisannya ke Fidel sebelum dipublikasikan. “Dia (Fidel) seperti seorang editor. Itu kata yang tepat: editor… Dia selalu membaca sepanjang waktu. Mobilnya jadi lampu,” kata Gabo.
Fidel juga berkawan dengan olahragawan dunia, seperti Muhammad Ali dan Maradona. Tahun 1996, Ali mengunjungi Kuba. Ia tinggal lima hari di Kuba dan menyerahkan 500.000 US dollar bantuan kemanusiaan.
Sebagai bentuk terima kasih, Fidel mengundang khusus Ali. Saat bertemu, Ali memperlihatkan pukulan jab-nya kepada Fidel. Sambil berkelakar Fidel bilang, “tinju saya di sini (menunjuk bagian pipinya).”
Begitu juga dengan Maradona. Maradona berulangkali mengunjungi Fidel. “Ketika banyak orang membela Amerika Serikat, saya memilih membela Kuba,” kata Maradona. Maradona punya tatto bergambar wajah Fidel di kaki kirinya.
Fidel juga berkawan dengan banyak orang besar Hollywood: Oliver Stone, Sean Penn, Steven Spielberg, Danny Glover, Harry Belafonte, dan lain-lain.
Kesepuluh, berkawan akrab dengan Sukarno
Fidel Castro sangat berkawan akrab dengan Sukarno. Begitu revolusi Kuba menang, Fidel mengirim Che ke Indonesia. Itu terjadi tahun 1959. Selama di Indonesia, Che bertemu Sukarno dan diskusi panjang lebar. Sukarno mengajak Che mengunjungi salah satu mahakarya peradaban Indonesia, Candi Borobudur.
Tahun 1960, giliran Sukarno yang mengunjungi Kuba. Turun dari pesawat, Sukarno langsung disambut Fidel. Di sepanjang jalan, rakyat mengelu-elukan Sukarno. Pertemuan Sukarno dan Fidel berlangsung sangat hangat. Sukarno menghadiahkan sebilah keris kepada Fidel. Tidak hanya itu, keduanya juga saling bertukar tutup kepala: kopiah Sukarno pindah ke kepala Fidel, sedangkan topi militer Fidel terpasang di kepala Sukarno.
Fidel dan Sukarno juga rajin surat-menyurat. Dalam setiap suratnya, Sukarno memanggil Fidel sebagai “kawan”. Di bulan Oktober 1965, pasca peristiwa G 30 S 1965, Fidel menitip surat pribadi melalui Duta Besar Indonesia untuk Kuba, Hanafie, untuk Sukarno.
Sukarno membalas surat Fidel itu pada Januari 1966. Dalam surat itu, Sukarno menyanyinkan Fidel bahwa dirinya dan revolusi Indonesia akan bertahan dari gempuran kontra-revolusi dan Nekolim. Sayang, sejarah berkata lain. Sukarno digulingkan oleh militer kanan atas sokongan AS/CIA.
Namun, hingga ajal menjemput, Fidel tetap menghormati Sukarno dan INDONESIA.