Setiap hari Pasar Inpres Ruteng menjadi salah satu titik keramaian di Kota Ruteng . Seiring dengan itu, keberadaan tukang parkir sangat membantu aktivitas pasar sehingga terhindar dari hambatan yang berdampak lebar.
Ruteng, VoxNtt.com-Di tengah gemericik hujan yang turun di kawasan Pasar Inpres Ruteng, pada Sabtu (26/11/2016), seorang pria paruh baya dengan berseragam celana cokelat, topi abu-abu, kemeja biru berbalut rompi dari Dinas Perhubungan Informasi ,dan Komunikasi (Dishukuminfo) Manggarai, sibuk mengatur parkiran di pinggir jalan pasar. Ia mengatur parkiran persis di depan para penjual ikan.
Pria kelahiran 32 tahun silam itu bernama lengkap Frans Darma. Ia adalah ayah dari dua orang anak hasil penikahan dengan Asni Dina. Frans mengais rejeki dari recehan para pemilik kendaraan yang berbelanja di kompleks pasar.
Nampak wajah yang begitu bersahaja menyapa para pengendara kendaraan bermotor baik itu mobil maupun motor yang hendak parkir di lahan parkirnya.
Frans mengaku telah bertugas sebagai tukang parkir di Pasar inpres Ruteng sejak satu tahun yang lalu.
“Saya bekerja sebagai tukang parkir di sini setelah memiliki dua anak. Tugas saya di sini bukan hanya memarkirkan kendaraan, kadang saya juga membantu warga untuk menyeberang jalan,” ucapnya sambil tersenyum.
Tarif parkir di pasar tersebut adalah senilai seribu rupiah untuk kendaraan roda dua. Sedangkan untuk kendaraan roda empat dikenakan dua ribu rupiah.
Keramaian lalu-lintas kawasan Pasar Ruteng memang tak terbantahkan lagi. Kendaraan yang lalu-lalang untuk mengantar atau menjemput penumpang di pasar datang dari berbagai penjuru. Selain dari Kota Ruteng, juga berbagai daerah sekitar.
Menurut Frans, setiap harinya ia bisa mendapat sekitar Rp20 ribu sampai Rp40 ribu. Jumlah tersebut di luar jumlah setoran karcis yang diberikan ke Dishukuminfo Kabupaten Manggarai.
Walaupun terbilang kecil, penghasilan tersebut ia terima dengan lapang dada.
“Setiap hari paling saya dapat 20 ribu kalau lagi sepi, kalau lagi ramai saya bisa mendapatkan uang sekitar Rp50 ribu. Penghasilan berapa pun saya terima-terima saja, yang penting masih bisa makan” ujarnya dengan penuh semangat, Sabtu (26/11).
Profesi Frans sebagai tukang parkir jalanan justru kontradiktif dengan kebijakkan pemerintah tentang ketersediaan ruang parkir dalam Undang-undang No. 22 tahun 2009 Pasal 34 ayat 3.
Undang-undang tersebut menyatakan bahwa fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu yaitu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan rambu lalu lintas dan atau marka jalan.
Tentang peraturan tersebut Frans mengaku tidak mengetahuinya sama sekali. Ia selama ini merasa nyaman saja sebagai tukang parkir di Jalur Pasar Inpres Ruteng.
Menurutnya, belum ada petugas keamanan atau polisi yang menegurnya selama ini.
“Malahan saya disalut sama petugas polisi lalu lintas karena dianggap pekerjaan saya telah membantu tugas beliau,” ucapnya sambil menepuk dada.
Di era sekarang dengan daya persaingan yang tinggi, Frans mengaku tidak memiliki pilihan pekerjaan lain. Pendidikan terakhirnya yang tidak sampai tamat sekolah dasar membuatnya sulit mencari pekerjaan.
Walau dengan penghasilan yang terbilang sangat pas-pasan, ia tetap bertahan dengan pekerjaan sebagai tukang parkir.
Karena pekerjaannya ini, Frans begitu dikenal oleh warga bahkan ia dikenal oleh para petugas Polantas.
Meskipun di sisi lain, keberadaan lahan parkir di sepanjang jalan Pasar Ruteng sedikit berkontribusi untuk menghindari kemacetan lalulintas yang sering terjadi di dekat area parkir pasar. Menurut Frans, salah satu faktor penyebab macet di area tersebut karena para sopir angkutan yang berhenti menunggu dan menurunkan penumpang di tengah jalan.
“Para sopir angkutan yang menunggu penumpang dan menurunkan penumpang bukan di area parkir, menyebabkan macetnya kendaraan di pasar,” imbuhnya
Keberadaan Frans disambut baik warga sekitar. Beberapa warga menilai, Frans sangat membantu baik itu saat warga hendak menyeberang jalan dan membantu mengatur lalu lintas agar tidak macet.
“Beliau sangat berjasa buat kita. Dia sering membantu orang-orang sini menyeberang jalan. Tahu sendiri pasar ramai sekali, dan turunannya curam. Jadi kita kadang takut untuk menyeberang apalagi kalau hari libur,” ujar seorang pengojek, Andi.
Selain membantu warga, Frans diketahui juga seringmembantu anggota Polisi Lalu Lintas yang bertugas di dekat lahan parkirnya. Ia membantu mengatur lalu lintas saat arus lalulintas menjadi padat dan macet.
Selain peduli akan kondisi jalanan, Frans juga begitu peduli terhadap keluarganya. Setiap ia pulang dari tugasnya, Frans langsung memberikan penghasilannya kepada istrinya. Baginya, semua yang dilakukan atas dasar ikhlas dan hendaknya akan memberi manfaat bagi orang lain.
Istrinya yang setiap hari begitu mengandalkan penghasilan suaminya tersebut selalu memberikan dukungan yang maksimal baginya.
“Istri dan anak saya adalah segalanya bagi saya. Merekalah yang selama ini mendukung saya dan menjadi tonggak semangat saya. Di jalanan orang tidak peduli akan kondisi saya. Saya bekerja untuk orang lain dan untuk membantu bukan untuk melanggar,” kata Frans, sungguh-sungguh.
Harapan Frans, pemerintah hendaknya mensosialisasikan kebijakan terkait tempat parkir dan tukang parkir. Selain itu, ia juga berharap pemerintah bisa memperhatikan jasa mereka yang bisa menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Ia juga berharap adanya pelatihan atau pengarahan tentang aturan-aturan lalu lintas yang ada.
“Peraturan lalu-lintas tentu harus kami taati, namun kami harus tahu dan mengerti tentang peraturan tersebut,” pungkasnya bersambung senyum. (Kontributor: Rony Dale/VoN)
Foto Feature: Frans Dama (Rony Dale/VoN)