Kehidupan manusia tak ubahnya seperti sebuah skenario dalam pertunjukan drama. Setiap detik dalam kehidupan manusia dapat diterjemahkan ke dalam sebuah karya dan melahirkan makna yang tidak bisa dinilai dengan materi apapun. Hal ini yang coba dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Manggarai Udayana Bali (IMMADA) pada salah satu ajang festival budaya di Ubud, Bali.
Denpasar, VoxNtt.com- Event akbar yang bertemakan Art, Culture, Envirotment, and Vintage yang bertujuan untuk menampilkan kekayaan budaya Indonesia kembali diselenggarakan di Denpasar, Bali.
Kali ini even yang diselenggarakan oleh mahasiswa Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Bali ini, mengambil lokasi pementasan di Taman Baca Ubud Writers & Readers Festival, Gianyar, Denpasar-Bali pada Sabtu, 17 Desember 2016.
Berbagai macam kesenian dan kebudayaan Nusantara ditampilkan dalam festival yang bertajuk “KITA NUSANTARA” ini.
Tak ketinggalan, kesenian dari daerah Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur yang diwakili oleh organisasi Ikatan Mahasiswa Manggarai Udayana Bali (IMMADA) turut ditampilkan dalam festival ini.
Sebagai salah satu paguyuban yang diundang untuk menampilkan kesenian khas daerahnya, IMMADA menampilkan tarian tradisional dan lagu-lagu daerah NTT.
Adapun tarian yang disuguhkan bertemakan kehidupan keseharian pemuda dan pemudi Manggarai serta tarian tarian caci yang cukup menarik perhatian tamu undangan.
Sedangkan untuk lagu daerah, IMMADA membawakan tiga buah lagu yaitu: So Inang So Amang, Benggong, dan Kala Rana.
Tarian yang dibawakan oleh anggota IMMADA menceritakan keseharian kaum kartini Manggarai yang lebih banyak menghabiskan waktunya di kebun dan para pemuda yang selalu sibuk berburu di hutan.
Dalam tarian yang sarat akan makna ini, diselipkan beberapa pesan moral yang dikemas ke dalam sebuah monolog singkat.
Pesan yang disampaikan berupa ajakan untuk semua insan muda Indonesia agar senantiasa menjaga dan melestarikan lingkungan alam sekitar yang akhir-akhir ini sudah mulai kehilangan rohnya.
Selain itu insan muda juga diajak untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai pemegang kehidupan.
Faransiska, ketua IMMADA sangat mengapresiasi kegiatan festival budaya kali ini karena selain menampilkan kekayaan seni dan budaya Nusantara, ajang ini bisa dijadikan sarana edukasi untuk memperluas wawasan terutama dalam bidang sosial budaya.
Selain itu, ia sendiri berpesan agar keberagaman budaya jangan dijadikan sebagai pemicu perpecahan melainkan harus menjadi sarana pemersatu bangsa ini.
Selain pertunjukan tarian dan lagu daerah, IMMADA juga membuka stand pameran kain tenun khas Nusa Tenggara Timur.
Kain yang dipamerkan kali ini terdiri dari kain songke Manggarai, songke Todo, kain Rote, kain Maumere, dan kain Larantuka.
“Kami memilih memamerkan kain tenun tradisional agar masyarakat luas bisa mengenal berbagai macam kain tenun dari NTT. Selain itu, agar masyarakat mengetahui nilai historis dibalik motif tenunan kaih khas dari NTT” jelas Fransiska. (Kontributor: Gabriel Faran/VoN)