Kota Kupang, VoxNtt.com- Keberadaan anak-anak (penjual) koran di lampu merah Eltari Kupang mulai mendapatkan perhatian serius dari sejumlah organisasi kemahasiswaan yang ada di NTT.
Pasalnya keberadaan anak-anak yang setiap hari berjualan koran dari pagi hingga malam ini dinilai sungguh memprihatinkan.
Ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) cabang Kupang, Amos Lafu kepada media ini Selasa (21/12) mengatakan diduga kuat keberadaan anak-anak yang setiap hari berjualan koran di jalan Eltari itu adalah korban dari jaringan eksploitasi tenaga kerja anak di bawah umur.
Menurut Amos demikian ia disapa, organisasi yang dipimpinnya pernah melacak keberadaan anak-anak itu.
“Itu kan kita (GMKI,red) pernah lacak dan itu memang ada orang di belakang yang menjadi bos dan mengeksploitasi anak-anak itu menjual koran dan rata-rata anak-anak itu tidak sekolah” ungkapnya.
Ia mengatakan, kondisi ini membutuhkan ketulusan Gubernur dan wali kota Kupang untuk memperhatikan nasib anak-anak itu sehingga tidak menjadi miris ketika kantor gubernur yang begitu megah tetapi di depannya terdapat anak-anak miskin yang berjualan koran.
BACA: Rumah Perempuan: Gubernur NTT Jangan Tutup Mata dengan Anak-Anak Penjual Koran
Kepada polisi juga ia berharap jangan menutup mata dengan keberadaan anak-anak itu dimana lokasi tempat mereka berjualan langsung berhadapan dengan Pos Polisi di jalan Eltari.
Hal yang sama juga dikeluhkan Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Kupang, Leo Liwun.
Menurutnya anak-anak itu harus mendapat perhatian serius dari pemerintah agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak sebagai generasi bangsa masa depan.
“Ya salah satu tujuan dari negara itu kan mencerdaskan bangsa, konteksnya ya anak-anak itu mesti disekolahkan, mendapatkan pendidikan layak 9 (sembilan) tahun sebagaimana program dari pemerintah itu, bukan jualan koran. Mau jadi apa daerah ini nanti?”kesal Leo.
Sementara ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang, kristoforus Mbora saat dimintai tanggapannya, kepada media ini dia mengatakan bahwa ada indikasi keberadaan anak-anak yang berjualan koran itu, buah dari sebuah konspirasi jahat yang melibatkan banyak pihak yang sengaja mempekerjakan anak-anak itu lalu memakan keuntungan.
“PMKRI pernah berkumpul dengan anak-anak itu dan anak-anak itu ketakutan ketika ditanya siapa yang menyuruh mereka jualan koran, tetapi ada pengakuan anak-anak itu bahwa memang ada yang menyuruh mereka dan setiap hari diawasi dari jauh, mereka juga dilarang utnuk tidak boleh menceritakan siapa yang mempekerjakan mereka” tegasnya.
Menurut PMKRI, fenomena ini adalah kerja jaringan mafia yang mungkin saja melibatkan pihak media tertentu dan kepolisian.
“Mungkin juga ada oknum kepolisisan, kenapa? Karena kejadian ini langsung di depan mata polisi yang setiap hari melakukan penjagaan di pos polisi Eltari, tetapi melakukan pembiaran anak-anak itu”katanya.
Karena itu dia menegaskan agar tidak dicurigai, seharusnya pihak kepolisisan serius mengusut dan membongkar jaringan ini.
“Karena saya yakin di belakangnya ada pemain yang memang sengaja mempekerjakan anak-anak ini, hingga mengorbankan masa depan dari anak-anak yang mestinya harus sekolah” ujarnya.
Ketika ditanya langkah apa yang ditempuh ke depannya, para ketua organisasi kelompok cipayung ini menyatakan awal tahun 2017 akan membangun kerja sama dengan seluruh organisasi mahasiswa, LSM, masyarakat umum dan pemerintah serta pihak kepolisian untuk melakukan advokasi dan investigasi jaringan ini sehingga tidak mengorbankan nasib anak-anak. (BJ/VoN)
Foto Feature: Seorang anak berjualan koran di depan jalan Eltari Kupang (Foto: BJ)