Ruteng, VoxNtt.com- Keberadaan sebuah jembatan menjadi akses penting bagi Warga. Meski lebarnya tak mencapai dua meter, tetap saja ia dibangun untuk memudahkan akses transportasi.
Hal serupa juga terjadi bagi warga Kampung Rahung, Desa Golo Ropong, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai.
Di sana sudah ada jembatan gantung untuk memudahkan akses jalan kaki menuju Narang, ibu kota Kecamatan Satarmese Barat. Ia membelah sungai Wae Mau yang mengalir menuju Laut Sawu, bagian selatan Manggarai.
Desain jembatan ini terbuat dari beton bertulang dan beralaskan anyaman lempengan besi. Bagian samping, anyaman besi berbentuk tali yang berfungsi sebagai pegangan bagi pejalan kaki.
Diikat dengan kawat di antara batu-batu bersemen ujung barat dan timur sebagai tumpuhan jembatan gantung Rahung. Terdapat pula besi penyanggah kawat dipasang, baik di bagian barat maupun timur.
Ia tampak melayang dengan ketinggian belasan meter di atas permukaan sungai Wae Mau yang cukup curam. Bagian bawah jembatan terdapat batu-batu besar di badan sungai itu.
Warna coklat kehitaman terlihat mencolok di antara hijaunya hutan di pinggir sungai Wae Mau. Keunikan itu telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang.
Daya tarik lain jika melewati jembatan Rahung ialah bisa memberikan tantangan. Bagi yang suka tantangan, datanglah ke jembatan ini. Sebab, kalau melintasi selalu goyang-goyang karena dibuat menggantung.
Dikabarkan, jembatan yang berjarak belasan meter ini dibangun oleh misionaris asal Swedia Pater Stanislaus Ogabe, SVD. Dia membangunnya sekitar tahun 1980-an.
Yohanes Tanguk, warga Kampung Rentung-Rahung mengatakan walau sengaja dirancang hanya untuk pejalan kaki, namun jembatan tersebut sangat membantu masyarakat untuk menyebarangi sungai Wae Mau.
“Jembatan ini dibangun oleh pater Stanis untuk memudahkan akses dari Rahung menuju Narang, Desa Hilihintir. Jembatan ini juga bisa melancarkan akses ekonomi kedua daerah tersebut, walau hanya bisa berjalan kaki,” kata Yohanes saat bertemu dengan VoxNtt.com di jembatan gantung Rahung, Kamis (5/1/2017).
Dikatakan, dahulu sebelum jembatan ini dibangun warga Kampung Rahung terpaksa harus menempuh perjalanan sekitar 3 kilometer jika hendak ke Narang, Desa Hilihintir.
Mereka terpaksa harus berjalan ke utara melewati kampung Kerak dan Rentung. Di dua kampung ini terdapat jalur transportasi Pela-Todo-Narang. Setelah dibangun, warga pun dengan mudah akses menuju Narang dan sekitarnya.
Menurut Yohanes selain sebagai penghubung akses tranportasi, tak jarang tempat ini didatangi oleh wisatawan baik lokal maupun manca Negara. Mereka datang melihat sambil berfoto.
“Ini sudah sepertinya jadi ikon desa Golo Ropong. Karena kalau menyebut ke Golo Ropong berarti harus melewati jembatan gantung ini menuju ibu kotanya, Rahung,” katanya. (Ardy Abba/VoN)