SoE, VoxNtt.com- Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Timor Tengah Tengah Selatan (TTS), Seperius Edison Sippa dipanggil oleh Komisi IV DPRD setempat, Jumat (10/2/2017).
Sippa dipanggil terkait ulah guru-guru SD GMIT SoE 1 yang meliburkan siswa mereka untuk menyaksikan demonstrasi di kantor DPRD TTS pada Senin, 6 Februari 2017 lalu.
Para siswa dipulangkan sebelum jam pelajaran selesai untuk ikut menonton demontrasi yang dilakukan oleh kelompok masyarakat Aliansi Rakyat untuk Keadilan (Aruk).
Ketua Komisi IV DPRD TTS, Uksam Selan mengaku sangat menyayangkan sikap guru-guru dan kepala sekolah SD GMIT SoE 1 ini.
Menurut dia, alasan memulangkan siswa sebelum jam pelajaran selesai, hanya karena ada demonstrasi saat pemeriksaan Sekda, Salmun Tabun di kantor Kejari TTS tidak dapat dibenarkan.
Salmun diperiksa sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana konsumsi yang dikelola Bagian Umum Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten TTS.
Padahal, pungkas Uksam, kantor Kejari TTS dan kantor DPRD sangat jauh dari sekolah ini jika alasannya karena ada kebisingan. Lagi pula tidak ada kejadian luar biasa saat unjuk rasa berlangsung.
“Terkecuali kejadian luar biasa seperti bencana alam, itu masuk akal. Ini hanya pemeriksaan Sekda yang tidak ada kaitannya,” tegas Uksam.
Karena itu, ia meminta Kadis Sippa untuk segera memberikan teguran keras kepada guru-guru dan kepala sekolah SD GMIT SoE 1. Sebab mereka dinilai telah mengorbankan siswa-siswi dari kebutuhan pelajaran.
Selain Uksam, nada kecewa lain muncul dari mulut Sekretaris Komisi IV, Religius Usfunan. Egy begitu ia disapa, juga sangat menyayangkan ulah para guru tersebut.
Dia mengatakan, jika mau mengungkapkan rasa solidaritas lantaran Sekda TTS diperiksa Jaksa, maka tidak semestinya mengorbankan siswa-siswi dengan memulangkan lebih awal saat jam pelajaran.
Agar memiliki efek jera, Egy pun meminta Kadis Sippa segera menindak tegas kepada oknum-oknum yang bertanggungjawab di balik peristiwa tersebut.
“Kalau ada solidaritas, ya lakukanlah dengan cara yang baik dengan tidak mengorbankan peserta didik. Ini sudah terlalu berlebihan. Kita harap agar ke depan tidak terulang lagi,” tegas Egy.
Anggota komisi IV lainnya Lens Liufeto menegaskan, tidak ada hubungan antara demonstrasi di kantor Kejari TTS dengan menggangu ketenangan siswa SD GMIT SoE I. Jaraknya, kata dia, cukup jauh dari lokasi aksi unjuk rasa.
“Apakah kalau anak-anak bersekolah lalu akan korban ketika orang berdemo di kantor Kejari? Rupanya sangat berlebihan, karena tidak ada hubungannya antara demo dengan anak sekolah yang dipulangka. Sangat disayangkan sikap seperti ini,”kata Lens.
Komisi IV meminta Kadis Pendidian TTS segera melakukan permohonan maaf kepada orang tua siswa dan seluruh masyarakat atas kelalaian dan tindakan yang dilakukan para guru dan kepala sekolah SD GMIT SoE 1.
Sementara itu di hadapan Ketua Komisi IV dan sejumlah anggota, Kadis Sippa menjelaskan hasil investigasinya terhadap masalah tersebut.
“Kami sudah kirim tim, dan hasilnya bukan sekolah diliburkan, tapi untuk yang sekolah pagi, jam pelajaran pertama siswa masih ada KBM (Kegiatan Belajar Mengajar-red) dan setelah itu sudah disuruh pulang, sedangkan untuk yang sekolah siang memang sama sekali tidak mendapat pelajaran,” ujar Sippa.
Kendati demikian, ia tetap menyampaikan permohonan maaf jika tindakan para guru dan kepala sekolah GMIT SoE 1 keliru.
“Saya mohon maaf dengan terjadinya kasus ini membuat banyak orang tua siswa, bapa-bapa anggota DPRD serta pemerhati pendidik merasa kesal dengan tindakan tersebut. Kami pun demikian. Kami memang sangat sesalkan tindakan atau kelalaian yang terjadi karena pada hari Senin tanggal 6/2/2017 itu tidak libur,” katanya dengan kesal. (Paul/VoN).