Borong, VoxNtt.com-Pro-kontra kehadiran pub di Cepi Watu, Borong, ibu kota kabupaten Manggarai Timur menimbulkan reaksi beragam dari banyak pihak.
Sebelumnya kepala dinas Pariwisata Matim, Galus Ganggus menyatakan bahwa pub itu tempat memuliakan kehidupan.
BACA: Pub di Cepi Watu Diminta Tutup
“Di situ kita bisa minum dan dengar musik. Kalau minum kan kita dilayani dan pelayannya itu perempuan. Kalau perempuan, dia harus tunjukkan kewanitaannya. Dia harus cantik, pake lisptik, yang tau merias diri, kalau bisa sedikit harum dan punya daya tarik. Itu kebutuhan hidup dan saya pikir itu manusiawi. Jadi, pub itu tempat memuliakan kehidupan”, katanya saat diwawancarai di ruang kerjanya pada Rabu (23/2/2017).
Menanggapi pandangan tersebut, Kordinator Justice, Peace, Integration of Creation (JPIC) Keuskupan Ruteng, Pastor Marten Jenarut mengakui hakekat pub sebagai tempat menikmati rekreasi dan seni musik.
Namun menurut dia, dalam prakteknya pub menjadi tempat maksiat.
“Ada transaksi liar dengan para ladies yang bekerja di situ dengan penampilan yang mengerikan”, katanya saat dihubungi melalui Whats App pada Rabu (23/2/2017).
BACA: Kadis Pariwisata Matim: Pub Itu Tempat Memuliakan Kehidupan
Selain itu, lanjut Romo Marten, pub juga menjadi tempat mangkalnya korban perdagangan manusia. Sebab itu, ia minta hal ini tidak boleh dibiarkan.
“Seharusnya pemda berkewajiban mengawasi dan apabila ada praktek yang menyimpang dicabut saja izin usahanya”, katanya.
Atas dasar itu, ia tidak setuju jika pub disebut tempat memuliakan kehidupan, karena membawa orang pada perbuatan tercela.
“Seperti mabuk, narkoba, transaksi seks. Yang beginian bukan budaya orang Manggarai yang beriman dan bermoral”, imbuhnya. (Ano Parman/ VoN).