Borong, VoxNtt.com- Produksi kopi di beberapa tempat di Manggarai Timur (Matim) tahun 2017 ini diprediksi bakal merosot.
Hal tersebut disebabkan hujan lebat disertai angin kencang yang melanda beberapa bulan terakhir. Angin menyebabkan tanaman kopi petani jatuh berguguran.
Berdasarkan pantauan VoxNtt.com, daerah yang produksi kopinya terancam menurun yakni kecamatan Poco Ranaka dan Poco Ranaka Timur.
Rober Nudin, warga Lamba, Kecamatan Poco Ranaka kepada media ini, Rabu (8/3/2017) mengatakan, hujan sepanjang tahun 2016 hingga awal 2017 hampir turun tiap minggunya. Intensitas hujan yang tinggi tentu saja membuat kopi jatuh dan rusak.
Kata dia untuk daerah Poco Ranaka khusus di desa Golo Nderu, Lento, dan Pocolia kebanyakan petani menanam kopi arabika, sementara kopi robusta sedikit.
Menurut Rober, tanaman kopi arabika tidak akan berbuah banyak jika hujan turun secara terus menerus. Kalaupun ada buah tidak sebanyak pada saat musim kemarau panjang.
Sebaliknya kopi robusta kalau hujan teratur buah pasti lebat. Namun tetap gugur jika hujan berlebihan.
Rober mengaku, saat ini kedua jenis kopi yang ditanam petani tersebut buahnya sangat sedikit. Hujan sepanjang tahun 2016 hingga 2017, ditambah angin kencang yang turun Februari lalu, membuat biji kopi banyak jatuh dan berguguran.
Terpisah, warga Lento, Anton Rango kepada media ini mengatakan, setiap tahun hampir seluruh warga di Kecamatan Poco Ranaka bergantung pada komoditas kopi.
Menurut Anton, produksi kopi rakyat yang terbesar dari Poco Ranaka dan Poco Ranaka Timur. Biasanya produksi kopi tahun sebelumnya cukup baik dan memuaskan.
Pada tahun 2015 misalnya, hujan baru turun sekitar bulan November. Kondisi ini tentu sangat baik untuk pembuahan kopi.
Namun tahun 2016-2017 hampir tiap hari hujan, menyebabkan bunga dan buah kopi jatuh. Diperkirakan produksi kopi tahun ini merosot jauh.
Melihat kondisi ini, petani kopi mulai meninggalkan kampung halaman menjadi mencari kerja di beberapa daerah di daratan Flores, Kalimantan dan Malaysia.
“Kopi kan satu-satunya sumber uang untuk menghidupkan keluarga dan menyekolahkan anak. Yah, karena kopi kurang berbuah, terpaksa mengadu nasib ke luar daerah,” tutur Anton. (Nansianus Taris/VoN)