Labuan Bajo, Vox NTT-Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya meminta Bupati se-Flores menyiapkan APBD II untuk mendukung kegiatan Tour de Flores (TdF) yang akan kembali di gelar tahun 2017.
“Masukan anggaran TdF di item kegiatan promosi wisata,” kata Lebu Raya di hadapan para Bupati se-Flores saat rapat Koordinasi pelaksana TdF, di Labuan Bajo, Jumat (24/3/2017).
Dia mengatakan TdF merupakan event internasional yang akan diikuti oleh para atlet yang berasal dari sejumlah negara. Kegiatan ini bertujuan mempromosi obyek wisata di Flores.
Selain itu, event tahunan ini juga untuk mendongkrak wisatawan untuk mengunjungi Flores. Sehingga, semakin banyaknya wisatawan datang di Flores, semakin baik perekonomian masyarakat Flores.
“Bukan hanya itu, TDF juga mau meminta Pemerintah Pusat untuk memperbaiki jalur transportasi yang akan dilalui peserta TDF nantinya,” ujar Lebu Raya.
Ketua pelaksana TdF, Primus Dorimulu mengatakan event TDF tahun 2016 lalu pihaknya mengalami kerugian menghampiri Rp 2,7 miliar. Meski mengalami kerugian, pihaknya tetap berkomitmen pelaksanaan TdF di Flores pada tahun yang akan datang akan menguntungkan masyarakat Flores.
Oleh karena itu, Primus yang juga Pimpinan Redaksi Koran Suara Pembarauan itu meminta masyarakat untuk menangkap peluang pelaksanaan TdF untuk bergerak di bidang pariwisata.
“Tidak perlu mengeluarkan uang banyak, masyarakat membangun Homestay yang sederhana. Pasti banyak yang akan menginap dan masyarakat akan untung dari event ini. Itulah yang diharapkan kegiatan TdF,” jelas Primus.
Untuk diketahui, Bupati yang hadir dalam kegiatan koordinasi ini, Bupati Mabar, Manggarai, Ende, Maumere, Manggarai Timur, Lembata, dan Ketua DPRD Ngada.
Dari delapan kabupaten yang hadir dalam rapat itu, Pemkab Ngada yang belum menyepakati anggaran yang dikucurkan melalui APBD II untuk pelaksananaan TdF itu.
TdF Ajang Pemaksaan Kehendak
Walaupun sering diklaim sebagai ajang kebangkitan pariwisata di Flores, kegiatan TdF tahap dua yang akan dilaksanakan tahun 2017 ini memicu tanda tanya dari berbagai kalangan.
Keraguan itu salah satunya disampaikan Peneliti Sun Spirit for Justice and Peace, Kris Beda Somerpes yang berdomisili di Kota Labuan Bajo, Manggarai Barat.
Baca: Tour de Flores Bukan Aspirasi Rakyat NTT
Menurut Kris, penyelenggaraan ajang balap sepeda internasional ini bukan merupakan aspirasi rakyat NTT.
“Saya melihat tour de flores masih merupakan pemaksaan kehendak orang pusat dan mitra-nya,” ungkapnya.
Karena itu, agar TdF dapat menciptakan multi efek bagi masyarakat luas perlu adanya evaluasi agar mendatangkan manfaat bagi masyarakat di lingkar pariwisata.
“Saya pikir yang pertama adalah perlu ada evaluasi publik terkait TDF tahap pertama, secara khusus terkait dengan dampaknya terhadap pengembangan destinasi wisata darat dan budaya lainnya, juga yang lebih penting adalah dampak ekonomi (psriwisata) terhadap masyarakat Flores. Apalagi ini terkait dengan dana APBD,” ungkap Kris saat dikonfirmasi VoxNtt.com, Jumat (24/03/2017).
Baca: DPRD NTT Sebut Kegiatan Tour de Flores Korbankan Rakyat
Kedua, lanjut Kris, jika tujuannya adalah untuk promosi pariwisata NTT, maka event yang sama perlu diperluas jangkauannya di daratan Timor, Sumba, Rote dan atau Alor.
Tujuannya untuk mengeksplore destinasi-destinasi wisata terbaik di seluruh NTT sekaligus mempromosikan destinasi wisata baru di wilayah-wilayah tersebut.
Baca: Kegiatan Tour de Flores, Masyarakat Mau Dapat Apa?
“Bukan hanya Flores yang terkenal di mata dunia, tetapi juga NTT secara keseluruhan, agar dengan demikian akses dan manfaat pembangunan pariwisata secara khusus ekonomi dan infrastrukturnya dapat dinikmati oleh masyarakat NTT,” ungkapnya.
Selain itu, Kris mengungkapkan TdF hanyalah salah satu alat agar pembangunan pariwisata NTT dapat membawa dampak signifikan bagi masyarakat.
“Masih ada alat-alat bantu lain untuk promosi pariwisata, apalagi yang dikembangkan oleh komunitas-komunitas lokal di NTT, yang lebih menjawab kebutuhan, khas, unik dan bahkan menggerakan,” katanya. (Gerasimos Satria/Andre/VoN)