Ruteng, Vox NTT- Telapak salah satu tangan wajib menutup mulut, kemudian perlahan-lahan menutupi kedua lubang hidung menjadi langganan gerakan setiap orang saat menginjakan kaki di pasar inpres lantai II Ruteng, ibu kota kabupaten Manggarai.
Perlahan naik tiap anak tangga di dua sisi gedung pasar itu, salah satu tangan mulai mengangkat dan langsung menempel di mulut. Kebiasaan ini telah lama terjadi dan dirasakan oleh baik pedagang maupun pembeli, lantaran di lantai II gedung itu selalu menebarkan aroma tak sedap.
Pada Sabtu, 8 April 2017 sekitar pukul 10.00 Wita, VoxNtt.com mendatangi lantai II pasar itu. Ceritera ini pun turut dirasakan dan menancap langsung di indera penciuman.
Perlahan-lahan menapaki anak tangga sisi selatan, bau amis dan tak sedap pun menebar.
Setelah di atas pelataran lantai II pasar itu, bau tak sedap ternyata muncul dari berbagai jenis sampah yang bertumpuk penuh di setiap sudutnya.
Ada juga bangkai hewan bahkan kotoran manusia terserak di beberapa sudut area ini. Keadaan ini semakin prihatin, ketika air hujan masuk dan menggenang di dalamnya.
Puluhan Ruko di Lantai II Mubazir
Pasar inpres lantai II Ruteng ini ternyata tak hanya menebar bau tak sedap, tetapi terdapat ceritera pilu lain.
Puluhan ruko di area ini mubazir, tampak tidak ditempati para penjual. Setiap pintu ruko masih terkunci apit.
Padahal, berdasarkan informasi yang diperoleh media ini menyebutkan, gedung dua lantai tersebut telah menelan anggaran sebesar Rp 2.388.612.600. Ini dibangun pada tahun 2013 lalu dari Dana Alokasi Khusus (DAK).
Mubazirnya puluhan ruko di lantai II pasar inpres Ruteng tersebut menyita perhatian publik.
Salah satu yang menyoroti hal ini ialah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Manggarai.
“Mendesak DPRD Manggarai untuk menjalankan fungsi pengawasan terhadap los pasar yang tidak dimanfaatkan,” tulis GMNI Manggarai dalam pernyataan sikap tertulis yang didapatkan VoxNtt.com saat mereka beraudiensi dengan DPRD Manggarai, 5 April 2017 lalu.
Sementara itu, Kepala Bagian Keuangan Manggarai, Wili Ganggut mengatakan, pembagian SKRD pasar yang berlokasi di terminal lama kota Ruteng itu sudah melalui proses undian. Undian tersebut, baik di lantai I maupun lantai II.
“Dan mereka-mereka ini sejak itu diundi dan menetapkan ini yang menempatkan los itu, tidak ada aktivitas pak,” kata Wili dalam kesempatan audiensi dengan GMNI Manggarai.
Dia menegaskan, pihaknya hanya mengatur tentang pembayaran retribusi.
Dikatakan, salah satu temuan BPK yakni persoalan ruko lantai II tidak ditempati pedagang.
Terkait ini lanjut Wili, pihaknya sudah berupaya untuk melakukan radiogram kepada para pedagang yang memenangkan undian untuk datang menemui pemerintah.
“Tidak satu pun yang datang. Tahun 2015, saya upaya kembali radiogram, sampai sekarang tidak ada yang datang,” ujarnya.
Karena itu, Wili meminta rekan-rekannya untuk tidak lagi mengeluarkan SKRD. Hal tersebut dilakukan agar tidak menjadi utang.
Selain itu, pihaknya bersama Dinas Perdagangan akan melakukan pengundian ulang. Kunci-kunci pintu ruko yang telah dibawa pemiliknya akan dibongkar paksa oleh pemerintah. (Ano/Ardy/VoN)