Bajawa, Vox NTT- Thomas Dola Radho, mantan Ketua DPRD Ngada periode 2004-2009 tutup usia, Kamis (27/04/2017) sekitar pukul 22.30 WIB di Jakarta.
Sosok yang pernah menjadi Ketua Komisi Pendidikan Keuskupan Agung Ende selama delapan tahun ini menghembuskan nafas terakhir setelah melakukan operasi jantung.
Thomas kemudian bersemayam di kediaman putranya, Heru Dola Radho di Perumahan Pulo Gebang Indah, Blok J 10 No 20, Cakung, Jakarta Timur.
Sekitar pukul 21.30 WIB, ayah beranak tiga itu dikabarkan masih sempat makan malam bersama istrinya, Mama Rebeka), anak, menantu, dan cucu.
Selanjutnya cerita santai dan sesekali bercanda dengan cucunya. Tak ada tanda-tanda Thomas bakal berpulang. Semua dalam suasana akrab penuh canda dan tawa. Sesekali memberi wejangan kepada keluarga tentang berbagai hal.
“Kami tidak menyangka bapak (Thomas-Red) akan pergi untuk selamanya malam itu,” kata Herus Dola Radho yang menghubunginya melalui ponsel, Jumat (28/04/2017).
Namun, sejam kemudian kondisi Thomas yang juga mantan Ketua Yasukda Ngada itu terlihat berubah dan drop.
Denyut jantung berpacu lebih cepat kemudian menurun, hingga drop di pangkuan Mama Rebeka. Semua terjadi begitu cepat hingga sekitar pukul 22.30 WIB, Thomas menghembuskan nafas terakhir.
Memang sempat dilarikan ke Rumah Sakit St. Caraolus, tapi Thomas tak tertolong.
Dikatakan Heru, ayahnya ke Jakarta setelah hari Paskah untuk melakukan operasi jantung. Indikasi sakit jantung sudah terdeteksi sebelum paskah ketika berada di Jakarta.
Saat itu diketahui Thomas ‘mengidap’ penyakit jantung. Penyakit itu sebagai komplikasi dari sakit gula yang dideritanya selama 27 tahun, sehingga fungsi jantung menurun hingga hanya 40 persen.
Dari hasil chek up diketahui terjadi banyak penyumbatan akibat komplikasi gula darah.
Saat-saat terakhir bersama keluarga, Thomas tidak memberi pesan khusus. Namun sepekan sebelum ia berpulang, Thomas sempat memberi motivasi agar orang muda harus terus berkreasi, inovatif dan kerja keras.
Ia menaruh perhatian pada banyak hal, terutama pada pembangunan generasi muda.
Thomas adalah politisi pembelajar. Intelektual yang tidak pernah berhenti belajar. Di mana saja dan kapan saja. Pemikirannya bernas menghadapai berbagai kepentingan.
Pemimpin yang solutif dan respek dalam mengatasi berbagai persoalan. Kesan ini ditangap oleh Politisi muda Partai Golkar, Klemens Babo.
Dia menyebut Thomas sebagai tokoh panutan dan guru politik. Bagi Klemens, Thomas yang juga politisi senior Partai Golkar Ngada itu makan garam di tengah hiruk pikuknya kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan. Dia terus mengalirkan air segar, dan pemikiran cerdas.
Tentang Thomas Dola Radho dan apa kiprahnya di Ngada, Nagekeo, Flores bahkan NTT, siapa yang tidak mengenal.
Guna mengatasi kesulitan ekonomi bagi guru-guru, dia menjadi salah seorang pendiri Koperasi Sangosay yang digagas oleh Yasukda.
Waktu itu banyak guru dipaksanya masuk koperasi. Paksaan itu berbuah manis hari-hari ini.
Di kancah politik, kiprahnya dicatat di DPRD Provinsi NTT. Menjadi anggota DPRD Ngada dan Ketua DPRD Ngada 2004 – 2009. Ketua Komisi pendidikan Keuskupan Agung Ende delapan tahun, Ketua Yasukda dan masih banyak lagi.
Dia meninggal dalam usia 67 tahun. Kelahiran Poma, Riung Selatan, 24 Maret 1950 ini meninggalkan Mama Rebeka, dua putra, satu putri dua menantu, dua cucu dan keluarga besarnya. (Arkadius Togo/VoN)