Borong, Vox NTT-Lembaga Survei Jefrin Haryanto Research Centre (JHRC) memprediksi Pilkada Matim akan berlangsung sangat kompetitif.
Peneliti Jefrin Haryanto Research Centre, Elsa Sambang dalam jumpa pers di Lopo kevikepan Kamis (4/5) mengatakan survey telah berlangsung dari tanggal 3 -7 April di 8 Kecamatan.
JHRC menggunakan metode multi-stage random sampling dengan jumlah responden 800 orang dari 9 Kecamatan dan margin of error sebesar 5 persen.
Dikatakannya, survey ini bertujuan untuk memetakan isu-isu strategis yang berkembang di masyarakat dan harapan publik terhadap Bupati dan Wakil bupati.
Lanjut Elsa, dari survey yang dilakukan terlihat belum cukup lebarnya jarak popularitas dan elektabilitas antara kandidat.
Dikatakan Elsa, masing-masing kandidat memiliki kesulitan pada tidak berimbangnya popularitas dan elektabilitas antara bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati yang diusung.
Hal ini disebabkan oleh rata-rata bakal calon wakil bupati yang kurang menonjol secara popularitas dan elektabilitas.
“Situasi hari ini masih memberi ruang bagi munculnya kandidat-kandidat baru”, katanya.
Elsa mengatakan tidak menutup kemungkinan parpol akan meramu paket-paket baru dengan melihat mapping elektabilitas dan popularitas kandidat hari ini.
Ande Agas Pimpin Elektabilitas
Berdasarkan tren dukungan spontan atau top of mind, elektabilitas cabup Andreas Agas berada di atas beberapa rival lainnya.
Popularitas Andreas Agas masih 80 persen, disusul Tarsi Sius Syukur 60 persen, Lucius Modo 57 persen dan sejumlah kandidat lainnya yang diikut sertakan dalam survei ini.
Lanjut dia, apabila pilkada dilangsungkan hari ini, maka mayoritas publik memilih Andreas Agas yang berada di posisi 12 persen dan masih menjadi persentase tertinggi diantara kandidat-kandidat lainnya.
Kemudian disusul Tarsisius Syukur sebesar 10 persen, Paskalis Sirajudin 7 Persen, Bonefasius Uha dan Frans Sarong sama sama berada pada posisi 6 Persen, dan disusul Wilbrodus Nurdin sebesar 2 persen.
Dari porsentase yang ada, semua kandidat masih memiliki peluang yang relatif sama untuk unggul. Itu bergantung pada strategi politik dan trend perilaku pemilih di masa kampanye nanti. (Taris Nansi/VoN)