Borong, Vox NTT- Nandichk Ferdinand, aktivis asal Elar menyebut kepemimpinan Yoseph Tote dan Agas Andreas (YOGA) di Kabupaten Manggarai Timur (Matim) sangat diskriminatif.
“Saat ini pembangunan masih berkonsentrasi di daerah-daerah tertentu dan ada unsur tebang pilih,” kata Nandichk kepada VoxNtt.com, Jumat (26/5/2017).
Nandichk mengatakan hal itu menyusul adanya informasi penyebaran paket proyek tahun 2017 yang cendrung bertumpuk di kecamatan tertentu saja. Porsinya tak seimbang dengan daerah lain di Matim.
Menurut dia, kepemimpinan YOGA yang cendrung diskriminatif tersebut sangat tidak relevan dengan keinginan masyarakat Matim secara keseluruhan.
“Dampak dari kurangnya pemerataan pembangunan, memang hanya dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah yang pembangunan cukup pesat. Karena segala kebutuhan hidup mereka relatif lebih mudah untuk diperoleh, seperti pelayanan kesehatan ataupun sarana pendidikan yang tersebar di mana-mana,” tegasnya.
Hal tersebut tentu saja jauh berbeda apabila dibandingkan dengan daerah yang pembangunannya lambat atau terisolir.
Nandichk mengatakan, konsep Cengka Ciko (membuka daerah terisolir) dalam pembangunan YOGA hanyalah kosep belaka.
“Itu hanya slogan. Pemerintah memberi kado pembangunan dengan unsur tebang pilih. Pembangunan fokus di daerah sendiri. Sementara daerah lain dianaktirikan. Akibatnya jelas. Masih banyak wilayah di Matim yang terisolir dari aspek jalan, pendidikan, kesehatan, pertanian dan lain sebagainya,” tukas Nandichk.
Padahal kata dia, tujuan nasional dari pembentukan pemerintahan adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh masyarakat. Pemerintahan hadir untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Jadi intinya, kemerdekaan yang telah diraih harus dijaga dan diisi dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis serta dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan,” kata Nandichk.
Data yang dihimpun VoxNtt.com sebelumnya, sebanyak 57 paket proyek dialokasikan ke Kecamatan Kota-Komba dengan pagu dana sebesar 26 Miliar lebih.
Untuk Kecamatan Lamba Leda hanya 30 paket dengan pagu sebesar Rp 11.261.559.000 dan Kecamatan Poco Ranaka juga ada 36 Paket dengan pagu sebesar Rp 10.391.479.500.
Baca: Anggota DPRD Matim Sebut Terjadi Disparitas Pembangunan di Matim
Kemudian, di Kecamatan Poco Ranaka Timur hanya 9 paket dengan pagu sebesar Rp 3.080.000.000 dan Kecamatan Sambi Rampas ada 21 paket dengan pagu sebesar Rp 8.880.539.000.
Lalu, di Kecamatan Elar sebanyak 15 paket dengan pagu sebesar Rp 6.897.884.500, dan Kecamatan Elar Selatan sebanyak 19 paket dengan pagu sebesar Rp 5.209.804.354.
Selanjutnya di Kecamatan Rana Mese ada 19 paket dengan pagu sebesar Rp 8.231.282.000, Kecamatan Kota Komba sebanyak 57 paket dengan pagu sebesar Rp 26.515.470.415, dan Kecamatan Borong ada 66 paket dengan pagu sebesar Rp 82.112.962.309
“Berdasarkan data ini, jelas sekali pembangunan YOGA itu diskriminatif. Jelas sekali pembangunan lebih fokus di daerahnya sendiri. Pembangunan belum sampai di daerah yang terisolasi. Cengka Ciko hanyalah pencitraan semata,” kata Nandichk. (Nansianus Taris/VoN)