Borong, Vox NTT- Proyek Lapisan Penetrasi (Lapen) pada ruas jalan Jengok- Golo Nderu, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) sudah mulai rusak. Padahal, proyek Lapen itu baru dikerjakan pada tahun 2016 lalu.
Jalan itu diduga rusak karena kualitas buruk dan sering dilalui kendaraan proyek yang kapasitas besar.
Disaksikan VoxNtt.com, Rabu (31/5/2017) kondisi jalan Lapen, tepatnya di Kampung Jengok, Desa Bangka Kantar bergelombang. Permukaaan jalan terkupas dan berlubang. Lalu, di titik-titik tertentu sudah membentuk kubangan.
Fonsi, warga Jengok yang ditemui di lokasi, Rabu, mengatakan setiap hari mereka melihat kendaraan dump truck milik PT Floresco mengangkut materi pasir dan batu pecah untuk kepentingan proyek irigasi Wae Laku. Proyek irigasi tersebut senilai Rp 40-an miliar.
“Kondisi yang ada warga perihatin, apalagi ruas jalan tersebut baru dikerjakan tahun 2016,” ujar Fonsi.
Dikatakan Fonsi, ruas jalan itu rusak sejak mulai lalu lintas angkutan material galian C kendaraan proyek yang melebihi tonase.
“Kami mempertanyakan apakah nantinya, jalan rusak itu menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana proyek jalan lapen atau PT Floresco pelaksana proyek irigasi. Kondisi jalan yang ada saat ini sangat menganggu keyamanan para pengguna jalan,” katanya.
Hal senada juga disampaikan, Wily warga desa Golo Meleng, Kecamatan Rana Mese. Kepada media ini, Rabu, ia mengatakan jalan lapen yang dikerjakan tahun 2016 lalu itu tidak hanya dimanfaatkan oleh warga Jengok desa Bangka Kantar.
Tetapi juga oleh warga dua desa di kecamatan Rana Mese, yakni desa Compang Kantar dan Golo Meleng.
“Selama ini warga sangat merindukan jalan aspal karena sejak Manggarai Timur belum pernah diaspal. Sejak tahun 2016 dengan anggaran sekitar 2 Miliar lebih warga boleh menikmati jalan aspal,” ucap Wily.
“Tetapi sekarang, kecewa karena belum lama digunakan kondisi jalan aspal mulai rusak. Jalur Jengok menuju Golo Meleng sangat dekat menuju pusat pemerintah di Lehong dan menuju pusat ekonomi di Borong. Setiap hari warga dari dua desa ini, memanfaatkan jalur ini,” tambahnya.
Wili menduga selain karena kualitas pekerjaan yang rendah, kerusakan juga lantaran tidak kuat menahan beban kendaraan proyek yang mengangkut material dengan kapasitas tonase besar.
“Ruas jalan rata-rata hanya mampu menahan beban kendaraan dengan tonase maksimal sekira 6 ton,” katanya.
Dia juga menceritakan sebelum ada aktivitas kendaraan proyek irigasi ini, kondisi jalan lapen sendiri juga ada yang sudah mulai rusak.
“Setelah masuk proyek irigasi, ruas jalan ini sering dilalui kendaraan proyek yang mengangkut material yang memiliki beban berat diatas 8 ton. Kondisi ini juga penyebab jalan rusak,” ujar Wily.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan pihak dinas PU Matim belum berhasil dikonfirmasi. (Nansianus Taris/VoN)