Oleh: Hancel Goru Dolu
“Dilegua o’ notte! Tramontate, stelle! Tramontate, stelle! All’alba, vincerò! Vincerò! Vincerò!” (Segera beranjaklah malam! Terbenamlah, bintang-bintang! Terbenamlah, bintang-bintang! Saat fajar nanti, ku kan menang! Ku kan menang! Ku pasti menang!)
Demikianlah bunyi akhir dari lantunan kemenangan sang Pangeran dalam lagu Nesunn Dorma. Lagu ini berasal dari salah satu babak dalam Opera Turandot, karya komposer kenamaan Italia, Giacomo Puccini.
Karya tersebut diadaptasi dari kisah seribu satu malam. Turandot berarti Puteri Turan. Puteri dari seorang Kaisar yang berkuasa di China itu, dikisahkan sebagai seorang Putri yang dingin dan kejam menghukum mati para pelamarnya, melalui 3 pertanyaan teka-teki. Tak terhitung banyaknya pangeran yang melamar dirinya berakhir dengan eksekusi mati.
Di Liga Champions Eropa musim ini, Turandot mewujud dalam Turindot: Putri Turin. Turindot yang memiliki julukan sebagai The Old Lady, Si Nyonya Tua, ini pun kejam menggilas setiap klub yang datang menghadang. Belum ada yang sanggup menaklukkan 3 pertanyaan teka-teki Putri Turin dalam bentuk 3 bek tertangguh musim ini.
Si Nyonya Tua lolos ke final di Stadion Milenium Cardiff dengan catatan tak pernah kalah. Gawang Gianluigi Buffon hanya pernah kemasukan 3 kali, dan mencatatkan 9 pertandingan tanpa kebobolan dari 12 laga. Benar-benar kokoh dan dingin pada siapapun.
Sebagaimana di kisah Turandot pula, akhirnya ada Pangeran yang tak jera mencoba memecahkan teka-teki tersebut. Sebab, di bumi, pada akhirnya tak ada teka-teki yang tak terungkap.
“Meski Juventus memiliki pertahanan super kokoh, akan selalu ada titik lemahnya dan kami harus mencari tahu untuk menyerangnya,” kata Ronaldo beberapa saat sebelum laga.
Kalimat Ronaldo seperti merangkum tiga pertanyaan Putri angkuh Sang Kaisar itu.
“Apakah yang lahir kala malam datang namun mati ketika fajar menyingsing? Apakah sesuatu yang merah, yang dapat panas membara namun bukan api? Apakah sesuatu yang bagai es tetapi bisa membakar?”
Dalam Turandot, masing-masing pertanyaan di atas, oleh sang Pangeran dijawab: la Speranza (harapan), il Sangue (darah), dan Turandot itu sendiri. Turandot terpana kaget, tak menyangka diblejeti sedemikian rupa. Seperti kekagetan semua bolamania pada jalannya pertandingan pagi tadi, kala Turindot seperti tanpa pola menghadapi gempuran Pangeran-Pangeran Madrid.
Ronaldo dan rekan-rekan, layaknya Sang Pangeran dalam Opera mendiang Puccini, berhasil merontokkan kekokohan teka-teki yang sebelumnya tak terpecahkan itu. Dan sorot jutaan pasang mata sejarah makin menancap pada sosok Ronaldo. Laga pagi tadi tak pelak, memayungi duel pribadi antara Ronaldo dan Buffon yang digadang-gadang sebagai calon terkuat pemain terbaik dunia tahun ini.
Ronaldo terkenal sebagai seorang atlet pekerja keras dan optimismenya tak mudah ditaklukan oleh berbagai cerita dan mitos sepakbola. Kata-katanya sebelum laga sungguh memelihara harapan. Dalam darahnya memang mengalir DNA seorang juara. Pun tetap berbalut rasa respek pada lawan.
Ronaldo, yang mengenakan nomor punggung 7 warisan Raul Gonzales, kemungkinan besar pasti tahu Opera karya Puccini. Sebab, lagu Nessun Dorma dipakai sebagai latar dalam instalasi video Raul di lemari kaca museum Real Madrid di stadion Santiago Bernabeu. Video kenangan dan penghormatan spesial.
Selain gelar pribadi dan tim, Ronaldo yang tampaknya dilahirkan untuk memecahkan berbagai rekor itu, pasti diam-diam ingin dikenang pula secara spesial, seperti halnya Raul, di lemari trofi Los Merengues.
Kisah Turindot bisa jadi permulaan untuk itu. Sebab di sinilah rekor sebagai klub pertama yang back-to-back juara Champions di era berformat Liga dilakukan. Dengan Ronaldo sebagai bintang sentralnya.
Akhirnya, apapun data-fakta, pengandaian, mitos-mitos sepakboka dan beragam debat seputar hasil pagi tadi, Pangeran-Pangeran Madrid telah mengirim pulang Si Nyonya Turindot dalam iringan nyanyian:
Segera beranjaklah malam! Terbenamlah, bintang-bintang! Terbenamlah, bintang-bintang! Saat fajar nanti, ku kan menang! Ku kan menang! Ku pasti menang!