Larantuka, Vox NTT-Jalan kaki selama lima kilometer dari ujung desa Boru Kedang sampai ke perbatasan Hutan Wolonmaget telah membuat tungkai benar-benar lemas.
Bersama tiga puluh petani pengelolah hamparan dan kawan-kawan dari LSM Ayu Tani sebagai pendamping, kelelahan kami terbayar dengan bunyi strrrrrt…strrt berciut-ciut tajam, lebih keras dan bernada pelan-pelan menjadi lebih rendah.
Itulah bunyi burung Serindit Flores.
“Ah ini sudah yang kita cari dan tanggung jawab kita semua untuk jaga” demikian komentar Thomas Uran, Direktur Yayasan Ayu Tani Mandiri.
Menurut Wikipedia Burung Serindit Flores memiliki nama latin Loriculus flosculus dan nama internasional Wallace’s Hanging-parrot.
Sesuai namanya, burung ini adalah salah satu burung endemik Indonesia, tepatnya daerah Nusa Tenggara.
Burung Serindit Flores memiliki badan yang tidak besar. Panjang tubuhnya hanya sekitar 12 cm. Itu pun Serindit Flores yang sudah dewasa.
Bulunya dominan Hijau dengan tunggir dan paruh yang berwarna merah. Serindit Flores jantan memiliki bintik-bintik di bagian tenggorokan berwarna merah, sementara Serindit Flores betina bintik-bintik pada bagian tenggorokannya tidak semerah yang jantan atau bahkan tidak memiliki bintik merah.
Habitat burung serindit flores adalah di dalam hutan pegunungan dengan ketinggian antara 400 hingga 1000 mdpl yang ditumbuhi banyak pohon yang berbuah di daerah Nusa Tenggara.
Makanan utama serindit flores adalah buah-buahan dan lebih senang nangkring di pohon ara, tetapi mereka juga terkadang makan buah di pohon lain.
Burung Serindit yang satu ini biasanya berkeliaran secara berpasangan atau dalam sebuah kelompok kecil yang beranggotakan hingga 10 ekor burung.
Namun terkadang mereka juga berkeliaran dalam kelompok yang lebih besar yang terdiri hingga 20 ekor burung.
Burung Serindit Flores tergolong jenis burung yang berisik. Selama terbang dan makan, mereka cenderung akan terus menceracau. Sehingga keberadaan mereka tidak terlalu sulit untuk disadari.
Populasi burung serindit flores saat ini berada pada status “Terancam (EN)” Red List IUCN. Menurut wikipedia, jumlah mereka diperkirakan sekitar 2.500 – 10.000 ekor. Dan jumlahnya terus menurun. Status perdagangan internasional burung serindit flores adalah “Appendix II”. Sehingga burung serindit flores masih dapat diperdagangkan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu yang sudah ditetapkan pemerintah.
Istirahat sejenak di pondok bambu kami menghabiskan waktu sekitar lima belas menit hanya khusus membahas tentang tujuan utama pengelolaan HKM dan usaha menjaga ekosistem di dalamnya.
Thomas melanjutkan sudah sekitar empat hamparan kita masuk dan pada hamparan kelima ini kita akhirnya menemukan srindik.
“Ae saya pikir sudah tidak ada pada halnya ada,” tegas John Lewar salah seorang kader lapangan dari Ayu Tani, menimpali ujaran Thomas.
Rencana hari itu (red, Sabtu,27/5/2017) untuk kelanjutan persiapan pengokeran anakan kopi arabika ke dalam polibag terhenti karena semua petani diajak diskusi sejenak tentang HKM.
Magdalena Tolok, aktivis LSM Ayu Tani menegaskan kepada semua petani bahwa hutan kemasyarakatan (HKM) yang hendak ditanam kopi arabika sebanyak tiga puluh ribu pohon adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat.
Tuto, demikian Magdalena Tolok disapa, dengan taktis kembali menjelaskan bahwa kehadiran Ayu Tani adalah juga berkat dukungan dan motivasi dari Kepala desa Boru Kedang.
Pemberdayaan yang mau kami kerjakan adalah bahwa petani-petani HKM mendapatkan manfaat sumber daya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Tidak hanya sampai di situ ya bapa mama, kakak-kakak semua, kita juga wajib jaga hutan karena tujuan paling utama dari intervensi program kami adalah melindungi satwa yang namanya burung srindik yang kita lihat tadi’. Jumlah burung srindik yang kita lihat di dahan pohon tadi hanya mencapai belasan, jadi menjadi tugas kita semua untuk jaga e bapa mama” demikian staf Ayu Tani ini mengingatkan.
Usai diskusi sana-sini tentang hamparan Wolonamget para petani kembali ke rutinitas pengisian anakan kopi arabika ke polibag.
Frengky Gala Liwu, salah seorang petani HKM mengungkapkan kegembiraannya disela-sela pengisian anakan kopi ke polibag.
“Saya nekad tanam seribu pohon kaka. Kami semua petani ada tiga puluh orang, jadi masing-masing kami sudah diberi arahan oleh Kepala Desa untuk tanam seribu pohon. Total kami ada tiga puluh petani jadi jumlah yang akan kami tanam di hamparan Wolonmaget ini jumlahnya ada tiga puluh ribu pohon kopi. Ya hitung-hitung area hamparan ini kembali jadi hijau lagi dan burung srindik Flores bisa lebih banyak lagi populasinya di area Wolonmaget” ungkapnya. (Hengky Ola/VoN)