Mbay, Vox NTT- Bupati Nagekeo, Elias Djo membantah telah menyetujui rapat koordinasi (rakor) tutup tanam sekuder satu di persawahan Mbay.
Menurut Djo, rakor pergantian tanaman di persawahan Mbay yang kabarnya sudah dilakukan Dinas Pertanian Nagekeo bersama para pengurus P3A di Kilometer I pada 8 Juni 2017 lalu, belum mendapatkan persetujuannya sebagai bupati.
Rakor itu dalam rangka bersosialisasi pergantian tanam jagung dari padi.
“Saya juga bingung katanya sudah ada persetujuan dari saya, terkait tutup tanam. Siapa yang pernah ketemu saya,” tampik Djo saat ditemui VoxNtt.com di sela-sela kunjungannya di Pabrik Garam Beryodium Nggolonio, Jumat (9/6/2017).
Dia berjanji akan segera memanggil Kepala Dinas Pertanian Nagekeo. Sebab, berdasar informasi bahwa rakor tersebut dilakukan setelah ada persetujuannya sebagai bupati.
“Saya sama sekali belum ada persetujuan,” kata Djo.
Dia menegaskan, sangat menerima sistem putus tanam untuk memutuskan mata rantai penyakit padi yang selama ini dikeluhkan petani.
Namun, keputusan tersebut harus melalui kajian yang matang. Tidak boleh ada upaya pemaksaan kepada petani, karena akan berdampak besar.
Terpisah, Lukas Li salah seorang petani asal Aeramo kepada VoxNtt.com mengatakan, rakor bersama para petani tersebut diduga atas paksaan dari Dinas Pertanian Nagekeo.
Apalagi saat ini ada petani yang baru mulai menanam padi di sawah mereka.
“Kalau tutup tanam yang jelas kan petani akan mengalami kerugian yang besar. Apalagi kalau mau tutup tanam, harus tanam jagung. Syukur kalau tanahnya cocok untuk tanam jagung,” tukas Lukas.
“Kalau kami di Aeramo, rata-rata areal sawah tidak bisa tanam jagung. Kalau tanam jagung, dia akan kerdil dan batangnya tidak ada, dan itu kami sudah pernah coba,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Nagekeo Woli Lena saat dihubungi media ini mengaku masih sibuk, belum bisa melayani konfirmasi wartawan.
“Maaf saya masih sibuk karena mau ketemu bupati,” katanya singkat. (Arkadius Togo/VoN)