Oleh: Cyprian Guntur*
Bursa bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur (Bacagub/Bacawagub) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah diperbincangkan, baik di NTT sendiri maupun di luar NTT. Beberapa nama muncul dari aneka latar belakangnya. Ada politisi, birokrasi, aktivis, akdemisi maupun masyarakat umum.
Selain itu ada yang gado-gado: birokrat-politisi, aktivis-politisi, akdemisi-politisi. Akan tetapi sangat jarang, calon pemimpin tersebut berlatarbelakang kewirausahaan.
Pemimpin berkarakter interpreuner ini jarang tampil pada bursa pemilihan gubernur dan wakil gubernur NTT. Justru ini yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat NTT pada umumnya.
Hal ini bertitik tolak pada potensi sumber daya alam (SDA) yang dimiliki oleh NTT yang sangat banyak; NTT pun mempunyai potensi wisata (alam, budaya dan religi). Karakter pemimpin yang berwirausaha dapat mendorong kesejahteraan masyarakat pada umumnya dengan berlandaskan pada potensi yang dimiliki oleh masyarakat NTT.
Salah satu hal yang dapat diperoleh dari calon pemimpin seperti ini adalah orientasi pembangunan. Diasumsikan dapat terjadi peningkatan pendapatan perkapita masyarakat apabila pemimpin yang berjiwa kewirausahaan mempimpin NTT.
Selama ini, kebanyakan politisi yang sudah memimpin NTT berasal dari akademisi, aktivis, birokrat dan politisi. Kenyataanya, masih banyak sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal. Bahkan NTT masih dijuluki sebagai provinsi yang terbelakang, terbodoh dan termiskin. Kita masih berlamentasi panjang dengan asumsi seperti ini.
Saatnya NTT melahirkan pemimpin yang berkarakter kewirausahaan. Pemimpin seperti ini tentu tidak saja terberi. Di tengah geliat politik yang rentan dengan kamar dagang: mahar politik dan kepentingan sectarian.
Proses prekrutan terhadap pemimpin yang berkarakter kewirausahaan membutuhkan wadah yang kuat terutama pada partai politik (Parpol). Moment wacana para pemimpin NTT, partai politik berpikir untuk merekrut calon-calon yang berkarakter enterpreuner.
Dengan demikian, partai politik berhenti pada retorika klise mengenai pemimpin pragmatis yang hanya menyuarakan kepentingan partai politik sendiri dan beralih ke pemimpin bekararakter kewirausahaan.
Upaya partai politik dengan demikian adalah meneropong siapa kira-kira pemimpin yang mempunyai visi dan misi untuk mendongkrak penghasilan masyarakat dalam bidang ekonomi. Pemimpin yang tahu konteks masyarat NTT pada umumnya.
Bukan pemimpin yang beretorika di balik meja. Realitas masyarakat NTT yang terperangkap dalam isolasi terpinggirnya potensi mereka dalam infrastruktur pembangunan yang kurang berhasil. Saatnya partai politik memberikan perubahan cara pandang masyarakat bahwa Parpol adalah tempat bersemainya pemimpin yang berkarakter enterpreuner.***
*Penulis adalah Directur ‘Mocat Fondation’
‘Mocat’ merupakan akronim Bahasa Manggarai ‘MOmang CAma Tau’ yang berarti saling mengasihi. Mocat Fondation merupakan lembagai humanitarian yang bergerak dalam bidang Pengembangan Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, lingkungan dan kesetaraan gender. Mocat Foundation berdomisili di Ruteng-Manggarai-Flores. Contact person : 0852 4455 3279.