Oleh: Efrem Dianto
(Bekerja di Dinas Sosial Kabupaten Manggarai Timur)
Panggung pesta demokrasi Pemilukada serentak akan kembali digelar pada tahun 2018 untuk beberapa daerah.
Situasi politik tingkat lokal maupun Nasional mulai memanas dengan ‘perang urat saraf’ bakal calon di media cetak, elektronik maupun media sosial oleh para pendukung setianya.
Perang visi dan misi pembangunan daerah menjadi ‘ujung tombak’ diskusi di media-media. Namun, pemimpin yang model seperti apakah yang menjadi jaminan keberhasilan sebuah daerah?
Membaca arus perkembangan kepemimpinan politik lokal dewasa ini menegaskan model bahwa kepemimpinan yang dijalankan belum maksimal.
Sebagai pembanding, pada tanggal 15-16 Juli 2016 di Wisma Arnoldus Kisol, Manggarai Timur diselenggarakan Lokakarya Partisipatif dengan tema Forum Refleksi Bersama Orang Muda Manggarai Timur: Mencari Model Kepemimpinan Transformatif dan Agenda Perubahan.
Lokakarya yang mengangkat isu-isu seputar perjalanan politik lokal di wilayah Manggarai Timur ini diselenggarakan oleh Kevikepan Borong dan Wisma Arnoldus Kisol yang berkerja sama dengan Lembaga Sunspirit for Justice dan Peace dan Yayasan Teratai Hati Papua.
Salah satu sorotoan utama dalam kegiatan ini adalah pemimpin belum mampu mengimplementasikan visi dan misi yang merakyat.
Dr. Martin Chen, Pr dalam materinya mengupas secara tuntas dan mendalam tentang model kepemimpinan visioner.
Menurutnya, menjadi pemimpin mestinya seorang yang memiliki mimpi besar. Mimpi yang di dalamnya menyiratkan sesuatu yang baik dan membawa perubahan.
Seorang pemimpin yang memiliki mimpi, idealisme, cita-cita dan keinginan harus mampu diejawantahkan dalam visi misi seorang pemimpin.
Dengan demikian seorang pemimpin harus mampu memposisikan diri sebagai komponen utama yang memberikan pengaruh pada efektifitas pencapaian tujuan.
Pemimpin Visioner
Mencari pemimpin yang visioner dewasa ini, tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Benar bahwa, semua pemimpin memiliki visi dan misi, namun yang menuai soal ketika diimplementasikan dalam praktek nyata.
Sesungguhnya, visi dan misi merupakan roh yang menjiwai kinerja di masa kepemimpinannya. tanpa visi dan misi yang jelas, gerak langkah pembangunan akan terhambat.
Rm. Simon Nama, Pr lewat salah satu pernyataannya dalam Lokakarya itu mengatakan bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempunyai visi untuk sebuah perubahan. Visi merupakan kristalisasi dari apa yang kita lihat dan alamai.
Visi itu tidak lahir dari rahim lain, namun sesuatu yang lahir dari kenyataan faktual masyarakat. Dengan demikian, visi yang diusung oleh para pemimpin haruslah lebih kontekstual.
Maksudnya bahwa visi yang dibangun lahir dari apa yang dialami dan dirasakan oleh rakyat setempat yang merupakan kebutuhan paling urgen.
Semisal, kebutuhan pembangunan infrastruktur jalan raya, air dan listrik. Ketiga kebutuhan ini selalu menjadi persoalan yang dialami oleh masyarakat di hampir semua daerah.
Hal ini dipertegas oleh Lee Roy Beach dalam bukunya Making the Right Decision Oraganizational Culture, Vision and Planing.
Dalam buku itu dia mengatakan bahwa terbentuknya visi dipengaruhi oleh pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman professional, interaksi dan komunikasi, penemuan keilmuan serta kegiatan intelektual yang membentuk pola pikir (mindset) tertentu(1993:50).
Visi tercipta dari kreativitas pikir pemimpin sebagai refleksi profesionalisme dan pengalaman pribadi atau sebagai hasil elaborasi pemikiran mendalam dengan pengikut lain, yaitu berupa ide-ide ideal tentang cita-cita organisasi di masa depan yang ingin diwujudkan bersama.
Pemimpin visioner secara efektif harus mampu mentransformasikan ‘mimpinya’ dalam kerja nyata. Implementasi inilah yang menjadi buah dari peruahan yang didengung-dengungkan dalam visi dan misinya.
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan/mensosialisasikan/ mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya di lapangan (situasi rakyat).
Untuk mencapai tujuan ini, seorang pemimpin yang visioner harus memiliki kemampuan dalam mengelolah kebutuhan nyata rakyat dan situasi daerah yang akan dipimpinnya.
Seorang pemimpin visioner itu harus memiliki; pertama, wawasan yang luas dan mampu membaca perkembangan daerahnya ke depan yang berorientasi pada kesejahteraan orang banyak (rakyat).
Kedua, mampu membangun kemitraan dengan pihak lain, karena seorang pemimpin pada prinsipnya tidak bisa berjalan sendiri.
Ketiga, seorang pemimpin visioner itu harus mampu meramu mimpi menjadi kenyataan atau menjadi sumber inspirasi bagi yang lain. Di sini seorang pemimpin mampu mengimplementasikan visi dan misi yang dibangun dalam kenyataan faktual.
Keempat, innovative dan proaktif dalam menemukan ‘dunia baru’. Membantu mengubah dari cara berpikir yang konvensional (old mental maps) ke paradigma baru yang dinamis. Gambaran-gambaran ini menjadi tolok ukur seorang pemimpin yang baik dan akan melahirkan the best performance.
Perubahan: Harga Mati
Agenda perubahan merupakan harga mati bagi seorang pemimpin visioner. Agenda-agenda perubahan yang mau dijalankan termuat secara jelas dalam visi dan misinya.
Inisiatif untuk melakukan perubahan dengan berbagai upaya sistematik akan melahirkan sebuah perubahan yang komprehensif, karena agenda itu lahir dari kenyataan faktual yang dialami oleh rakyat.
Tidaklah berlebihan jika kita sepakat bahwa menjadi seorang pemimpin mesti pemimpin yang berkarakter dan bervisi jelas serta merakyat.
Perubahan-peruahan signifikan inilah yang menjadi starting point untuk kesejahteraan rakyat. Para pemimpin jangan hanya menjual visi waktu kampanye, akan tetapi harus menjual kerja nyata seperti yang diamanatkan oleh Presiden Jokowi.
Politik pencitraan hanya melahirkan kebobrokan dan memenjarakan nurani dalam kerangkeng kekuasaan semu. Seorang pemimpin yang visioner akan melahirkan inspiratif bagi banyak orang.
Dengan demikian, menjadi seorang pemimpin bukanlah perkara muda atau pemimpin yang asal jadi atau hanya sekedar menjegal orang lain menjadi pemimpin. Seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang memiliki kemauan untuk membuat perubahan.
Kita sepakat untuk mencari Pemimpin yang berpikir biasa, tetapi bertindak luar biasa, bukan pemimpin yang berpikir luar biasa, tetapi bertindak biasa.***