Maumere, Vox NTT- Fraksi PDIP DPRD Sikka menilai pasangan Bupati dan Wakil Bupati Sikka, Yosep Ansar Rera dan Paulus Nong Susar (An-Sar) belum fokus menggarap tiga sektor unggulan. Ketiga sektor unggulan tersebut yakni pertanian dan perkebunan, perikanan dan kelautan serta pariwisata.
“Tiga sektor unggulan yang menjadi primadona An-Sar belum menjadi andalan bagi daerah ini untuk mensejahterakan rakyatnya,” tegas Ketua Fraksi PDIP, Darius Evensius saat menyampaikan pemandangan umum fraksi dalam rapat paripurna yang digelar pada Rabu (14/6/2017) di Ruang Kulababong, DPRD Sikka.
Menurut Fraksi PDIP, di bidang pertanian dan perkebunan rakyat beruntung dengan adanya perhatian yang besar pada nasib petani termasuk di Sikka melalui program UPSUS. Banyak anggaran dialokasikan untuk program peningkatan produktifitas pertanian dari pemerintah pusat yang disertai dengan pemberian bantuan alat-alat pertanian bagi petani.
Menurut Fraksi PDIP bidang kelautan dan perikanan pun belum menjadi ikon untuk Sikka. Nasib nelayan belum sejahtera dan program yang dijalankan biasa-biasa saja.
Sementara itu untuk sektor pariwisata Fraksi PDIP menilai An-Sar hanya fokus pada aktifitas hura-hura yang menghabiskan anggaran. “Sikka belum punya ikon wisata. Tempat wisata yang ada saat ini masih alamiah dan belum dimodifikasi untuk dikelola,” tegas Darius Evensius.
Sekretaris Fraksi PDIP, Stef Sumandi yang dihubungi VoxNtt.Com pada Kamis (15/6/2017) menilai alokasi anggaran untuk ketiga sektor tersebut sudah cukup bila merujuk pada keterbatasan APBD. Problemnya terletak pada program turunan yang tidak menunjang pencapaian visi tersebut.
“Visi Satu Sikka yang Mandiri dan Berdaulat tidak akan tercapai pada tahun 2018,” tegas Stef Sumandi.
Menurutnya ada beberapa hal yang menjadi ukuran. Pertama, pembangunan di tiga sektor unggulan tidak maksimal. Kedua, ada penuruan PAD. Di Sikka bukan hanya PAD yang mengalami penurunan, target PAD pun mengalami penurunan.
Proyeksi potensi PAD untuk tahun 2018 adalah senilai Rp 91.747.092.082. Jumlah itu menurun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 114.180.394.899.
“Saya melihat investasi belanja 4 T selama kurang lebih 4 tahun kepemimpinan An-Sar tidak membawa dampak perubahan ekonomi,” ungkap Stef. (Are De Peskim/VoN)