Borong, Vox NTT- Sejak lama warga Purang Mese, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) hidup tanpa listrik.
Harapan penjang warga untuk menikmati penerangan listrik tampak belum terbayar oleh pemerintah.
Padahal, kampung itu letaknya tak jauh dari Borong, ibu kota Kabupaten Matim. Ketika warga kota Borong mengais kegembiraan karena mendapatkan listrik selama puluhan tahun, warga Purang Mese malah menjadi penonton dalam kepiluannya.
Berdasarkan penelusuran VoxNtt.com, Selasa (20/6/2017) Malam, warga menggunakan lampu pelita dan juga lilin untuk menerangi malam mereka.
Tak sedikit warga mengeluh dengan keadaan itu dan mengharapkan listrik PLN muncul.
Untuk mengecas telepon genggam, warga terpaksa harus mencari rumah yang memiliki generator. Itu pun kalau terminal listrik pemilik rumah tidak penuh.
Ketika malam, warga pun ramai mendatangi rumah yang ada listrik generator untuk mengisi arus handphone dan menonton televisi.
Tidak sedikit juga warga mengeluh dengan terbatasnya stok minyak tanah untuk kebutuhan lampu pelita yang dijual. Apalagi dengan harga yang cukup mahal.
Melkior Medo, salah satu warga yang dikunjungi VoxNtt.com mengatakan sudah lama warga Purang Mese menikmati gelap tanpa listrik.
“Ya untuk menerangi rumah, kami makan hanya pakai lampu pelita termasuk ketika ada tamu yang datang. Beginilah keadaan kami di sini,” kisah Melkior.
“Sedih sekali keadaan kami. Begini sudah. Kalau tidak ada uang beli minyak tanah, terpaksa rumah gelap saja sampai pagi,” tambahnya.
Melkior mengatakan, memang ada sedikit warga yang menggunakan lampu tenaga surya. Ketika ada jadwal doa malam, warga yang lain memang terbantu dengan lampu cahaya surya tersebut.
Namun, lampu surya bertahan hanya di musim kemarau. Sedihnya, di musim penghujan matahari pun tidak ada. Sehingga berdampak pada ketiadaan energi listrik di lampu cahaya surya.
Terpisah, Endi Kasmir tokoh muda di desa Compang Ndejing, kepada VoxNtt.com, Rabu (21/6/2017), mengatakan di perbatasan Sok dan Purang Mese ada pustu yang tentu saja membutuhkan listrik.
“Hemat saya, bahwa pembangunan pustu di sana akan menjadi mubazir karena tidak ada listrik masuk di sana. Apalagi ketika kita sinkronkan dengan program dari pa Jokowi terkait listrik masuk desa. Hal ini terkesan Pemkab Matim mengabaikan amanat dan program presiden,” kata Endi.
Di tempat itu juga kata dia ada sekolah yang membutuhkan jaringan listrik. Sebab, di sekolah ada komputer sebagai fasilitas untuk mendukung kelancaran proses pendidikan.
Dikatakan Endi, masyarakat di Purang Mese dan sebagian di Sok sangat merindukan listrik.
Selain itu, masyarakat mengalami rasa iri antar sesama mereka. Sebab, ada sejumlah warga di Sok yang tidak mendapatkan aliran listrik, namun hampir puluhan rumah sudah mendapatkan akses penerangan.
“Karena itu, kami minta budi baik pemerintah untuk datangkan listrik di sini. Warga cukup menderita dengan keadaan seperti ini,” kata Endi. (Nansianus Taris/VoN)