Labuan Bajo, Vox NTT-Association of The Indonesian Tour and Travel (Asita) Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) merasa prihatin dengan peristiwa hilangnya wisatawan asal Singapura di Perairan Gililawa, Kawasan Taman Nasional Komodo, Kamis 13 Juli 2017 lalu.
Wisatawan itu bernama Rinta Paul Mukkam. Dia hilang saat melakukan diving bersama 15 wisatawan asal Singapura lainnya sekitar pukul 11. 30 Wita.
Hingga saat ini pencarian hari keempat oleh Tim SAR dan Tim Gabungan Polres Mabar, Kodim 1612 Manggarai bersama Keluarga korban di seputar lokasi hilangnya korban.
Dalam catatan VoxNtt.com, sejak dua tahun terakhir sudah dua wisatawan Manca Negara (Wisman) yang sampai saat ini belum ditemukan usai melakukan diving di perairan Labuan Bajo.
Oktober 2015 lalu, Chuan Bintho, wisatawan asal Tiongkok yang hilang saat menyelam di seputar perairan Komodo dan Rinta Paul Mukkam yang baru empat hari lalu hilang usai menyelam di Perairan Gililawa Komodo.
“Asita Mabar akan berupa bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata untuk mengadakan sertifikat usaha bagi perusahan diving di Labuan Bajo, ” kata Evodius Gonsomer, Ketua Asita Mabar kepada VoxNtt. com, Minggu (16/7/2017).
Dia mengatakan sertifikat usaha bagi perusahan diving di Labuan Bajo sangat penting.
Selain untuk meminimalisasi persoalan tenggelamnya wisatawan saat diving, sertifikat juga bertujuan perusahan memiliki Standar Operasiona Perusahan (SOP) yang baku.
“Kita perihatin dengan perstiwa ini, Asita akan melakukan investigasi di mana penyebab persoalan sehingga warga Singapura itu hilang, ” katanya.
Gonsomer mengaku dari informasi awal yang diperolehnya bahwa Rinta Paul Mukkam itu selain wisatawan dia juga dive master.
Dalam perjalanan wisata menuju kawasan TNK itu, Rinta Paul Mukkam mendampingi wisatawan lainnya untuk menyelam.
Dalam artian 15 wisatawan asal Singapura itu membawa sendiri dive master-nya.
Ke depannya kata dia, sebaiknya wisatawan yang ingin melakukan diving di Labuan Bajo agar mempercayai dive master lokal di Labuan Bajo untuk mendampingi.
“Dive master lokal di Labuan Bajo itu tahu betul kapan arus tiba dan tidak ada arus di spot diving di kawasan TNK. Sehingga sangat diperlukan mengunakan dive master lokal, ” tutur Gonsomer.
Menurutnya, di seluruh spot diving di perairan Labuan Bajo seperti di Gililawa, manta point dan spot lainnya arusnya cukup deras. Serta untuk diving sendiri membutuhkan banyak arus.
Hanya dive master lokal saja yang mengetahui kapan persis arus datang dan tidak ada arus.
Dia juga meminta wisatawan yang membawa dive master-nya sendiri dari luar negeri, ketika saat melakukan diving agar mengikutsertakan dive master lokal di Labuan Bajo.
Apalagi sudah cukup banyak dive master lokal yang bersertifikat di Labuan Bajo saat ini. (Gerasimos Satria/AA/VoN)