Labuan Bajo, Vox NTT- Bupati Manggarai Barat (Mabar), Agustinus Christoforus Dula disorot di media sosial (medsos) facebook.
Bupati Dula disorot lantaran tidak menyiapkan anggaran untuk pulangnya rombongan atlet kempo asal Mabar usai mengikuti Kejuaraan Nasional Antar Kota (Kejurnaskot) di Tangerang, Provinsi Banten, pada 13 – 15 Juli 2017.
Dikabarkan, lantaran tak ada biaya para shorinji kempo terlantar di Jakarta saat hendak pulang menuju Labuan Bajo, Mabar.
Peristiwa terlantar di Jakarta sempat teratasi karena para atlet yang pergi Kejurnaskot utusan Mabar itu terpaksa meminta uang ke keluarga mereka masing-masing.
Itu pun uang yang dikirim dari keluarga mereka hanya mampu membiayai tiket pesawat dari Jakarta menuju Denpasar,Bali.
Dari Pulau Dewata mereka terpaksa menyiasati menggunakan kapal very untuk meneruskan perjalanan menuju Labuan Bajo lantaran biaya tidak mencukupi.
Atas terlantarnya para atlet kempo tersebut, Chelluz Pahun yang mengaku warga Wae Mata-Labuan Bajo lewat akun facebook-nya Chelluz Pahun menyoroti kebijakan Bupati Dula.
Pahun bahkan menyoroti kebijakan Bupati Dula yang lebih memilih mengeluarkan dana untuk kegiatan Tour de Flores (TdF) sebesar Rp 1,3 Miliar ketimbang membiayai para atlet pulang ke Mabar.
Baca: Tak Punya Anggaran, Atlet Kempo Mabar Terlantar di Bali
Dalam surat terbukanya kepada Bupati Dula, Pahun memastikan apara atlet kempo yang mewakili Mabar ikut Kejurnaskot tersebut adalah mereka yang datang dari keluarga tidak mampu. Buktinya, keluarga mereka hanya mampu membiayai tiket dari Jakarta menuju Denpasar.
Berikut isi surat terbuka Chelluz Pahun yang diposting lewat akun facebooknya:
Kepada,
YM Bupati Manggarai Barat,
Drs. Agustinus Christoforus Dula
di Labuan Bajo – Flores Barat.
Langsung saja, beberapa waktu lalu, anak-anak manggarai barat ; Siska, Christian Rivaldo Sereh, Zakia Sabila dan Riza Siti Hawa sukses meraih medali emas dan perunggu di Kejuaraan Nasional Antar Kota (Kejurnaskot) di Tangerang, Provinsi Banten, pada 13 – 15 Juli 2017.
Saya kira perasaan kita sama YM bupati Mabar, sangat senang dengan prestasi ini. Namun perasaan senang ini seketika berubah menjadi kabar duka.
Setelah sukses meraih mendali, mereka dikabarkan terlantar di Jakarta, nyaris tak bisa pulang. Lho kok bisa ya??. Pemkab Mabar kehabisan uang mengurus anak-anak ini? padahal sebelumnya saya mendengar pemkab Mabar ikut “saweran” 1,3 M untuk event Tour de Flores. Saat bupati lain di Flores menolak Saweran, bapak menjadi penyawer tertinggi (kabar yg tersebar).
Kembali ke anak-anak yang berprestasi tadi pak bupati. Saat bapak sibuk dengan tour de flores, orang tua mereka mengirimkan uang agar anak-anaknya agar lekas pulang ke labuan bajo. Namun uang yang dikirim hanya cukup untuk menerbangkan mereka ke Bali.
Saya tak mengenal persis anak-anak Mabar yg berprestasi ini, kalau sy boleh menebak mungkin bukan anak pejabat atau bukan berasal dari komunitas orang kaya di labuan bajo. Orang tua mereka tentu tak mampu membeli tiket pesawat jakarta – labuan bajo yang saat itu lagi mahal-mahalnya.
Oh ya, saya baru pulang dari labuan bajo, tahu persis bagaimana mahalnya tiket pesawat Jakarta-labuan bajo dan sebaliknya. 1.7 juta harga tiket saya ke labuan bajo saat itu. Menurt teman lama pak Bupati, pak Bernadus Barat Daya, sy masih beruntung karena selang beberapa hari kemudian dengan jurusan yang sama harga tiket penerbangan Pa Bernadus sudah diatas 2 juta. Tentu saja harga ini tak terjangkau oleh keluarga sederhana di labuan bajo. Situasi seperti ini pa bupati seharusnya bisa menolong (?). Untuk “saweran” 1,3 M aja bisa kan?
Malam acara puncak Tour de Flores beberapa menit saya menonton acara itu dalam sebuah account FB yang menyajikan live. Acarnya sangat meriah, dan luar biasa. Pa Ivan Nestorman, mendendangkan lagu ‘Mata Leso Ge’, lagu kesukaan pa bupati. Pa bupati terlihat gembira, sangat antusias. Saya menilai pa bupati sukses memberikan pelayanan yang prima bagi pedayun sepeda dan timnya.
Namun pa Bupati lupa, saat yang bersamaan, ada 4 orang anak manggarai barat, peraih mendali Emas dan perunggu, sedang sedih, pelatih dan official gelisah, orang tua mereka kuatir, cemas bagaimana bisa membawa anak kembali ke labuan bajo. Pa Bupati hebat, masih bisa menikmati ‘pesta’.
Pa Bupati, di Bali mereka kembali terlantar, dengan sedikit bantuan dari pihak lain, anak-anak ini bersama pelatih dan official memilih naik Bis selanjutnya menumpang Ferry ke labuan bajo. Tiba di labuan bajo tengah malam. Saat itu mungkin pa bupati dah tidur pulas, lelah, letih dan lesu setelah pulang pesta acara puncak Tour de Flores.
Pa Bupati, dari Pelabuhan Ferry, para peraih mendali emas dan perunggu ini pulang ke rumah masing-masing dengan menumpang ojek dan sebagian diantar para Jurnalis. Sepi, tak ada tanda-tanda penjemputan seperti biasanya terjadi di kabupaten lain, menyambut “pengharum” nama kabupaten di level nasional.
Pa Bupati, menurt saya prestasi seperti ini perlu diapresiasi. Setidaknya, orang di luar tahu bahwa labuan bajo tidak hanya indah alamnya, binatang purbanya tapi juga dikenal karena berbagai prestasi manusia-manusianya. Secara tak langsung personal branding Anda akan ikut terdongkrak, kan?
Pa Bupati, mereka berjuang tidak saja atas nama pribadi, tapi mewakili kabupaten yang Anda pimpin. Semoga Anda bisa hadir dalam setiap peristiwa-peristiwa yang membutuhan “kehadiran” Anda, agar masyarakat Manggarai Barat tersadarkan bahwa memang Anda seorang bupati di Manggarai Barat atau setidak-tidaknya orang-orang tahu bahwa Kabupaten Manggarai Barat memiliki seorang kepala Daerah. Come on, jangan pura-pura bodoh..
Saya mendoakan, semoga Anda selalu diberkati dan dianugrahkan kesehatan.
Salam,
Chelluz Pahun –
Warga Waemata, Labuan Bajo
(rumah saya berjarak 2 x lempar batu dari rumah pribadi anda)
NB : Bagi teman2 yg miliki relasi dengan Pa Bupati Mabar, dimohon bantuannya untuk membisikkan surat saya ini.
(Adrianus Aba/VoN)