Ende, Vox NTT-Warga Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu Kabupaten Ende NTT sudah rutin menanam pohon serta tanaman hortikultura di tapal batas kawasan Taman Nasional Kelimutu (TNK).
Warga yang terbagi dalam beberapa kelompok tani bekerja sama dengan Yayasan Tana Nua, Burung Indonesia serta Critical Ekosystem Partnership Fund atau CEPF Amerika Serikat.
Selain menanam tamanan umur panjang, para petani ini juga giat dalam agro wisata untuk meningkatkan ekonomi masyarakat pada kawasan pariwisata.
Kepala Desa Pemo, Xaverius Peme Rada kepada VoxNtt.com mengaku kerjasama antara masyarakat Pemo dan Lembaga Swadaya Masyarakat tersebut sudah berlangsung lama.
Selain giat pemberdayaan, pelatihan dan peningkatan kapasitas masyarakat terus dilakukan hingga saat ini.
Masyarakat diajarkan untuk tetap melestarikan lingkungan hidup serta diberi motivasi meningkatkan ekonomi dengan menanam.
“Tana Nua sudah memberikan pelatihan kepada kami tentang layanan alam. Masyarakat diberi ilmu untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup dan memberi motivasi untuk menanam,”kata Kades Xaverius saat kunjungan tim dari Yayasan Tana Nua, Burung Indonesia dan Grant Director CEPC Amerika, Daniel Rothberg.
Xaverius menjelaskan selain menanam tanaman hortikultura, masyarakat diajarkan untuk menanam tanaman umur panjang. Hal ini dimaksud untuk menjaga kelestarian alam serta meningkatkan populasi burung-burung yang hampir punah.
Sedangkan tamanan hortikultura seperti bawang, stroberi, kentang, wortel juga menjadi program rutin yang dilakukan masyarakat. Program ini juga salah satu program layanan alam.
Xaverius menyebutkan program dampingan Tana Nua dibagi beberapa kelompok. Seperti kelompok tanaman umur panjang, kelompok agro wisata, kelompok hortikultura, kelompok tenun serta kelompok guide wisata.
“Sebagian besar sudah masuk dalam kelompok. Jadi, kita berencana semua masyarakat Pemo masuk kelompok untuk bergotong royong menjaga kelestarian alam khususnya di kawasan Kelimutu,”ujar Kades Pemo.
Sementara Mosalaki Roga Felix Batha, menuturkan masyarakat Roga berfokus menanam tanaman komoditi seperti cengkeh, kopi dan kakao.
Masyarakat dilatih menanam secara modern dengan tanpa pupuk pestisida. Masyarakat menggunakan pupuk kompos yang diolah dari dedaunan.
“Jadi pupuk yang kita gunakan dari bahan alam. Kita sudah lakukan percobaan,”katanya.
Manfaat penanaman tumbuhan komoditi, jelas Felix, tidak terlepas untuk menjaga agar lingkungan tetap hijau. Roga yang merupakan masih wilayah kawasan Kelimutu diupayakan tetap menjaga keadaan alam agar terhindar dari kerusakan.
Manager Burung-Indonesia Flores Programme, Tiburtius Hani mengatakan program layanan alam dilakukan untuk menyadarkan masyarakat kawasan tetap mencintai alam.
Kawasan alam merupakan kebutuhan dasar masyarakat agar semua ciptaan sesuai dengan keberadabannya.
Selain keberadaban alam, masyarakat diharapkan terus menjaga dan memelihara tradisi dan adat masing-masing.
“Semua sangat bermanfaat bagi masyarakat. Kehidupan manusia juga membutuhkan alam. Jadi, kita saling bergantungan,”katanya.
Sementara Grant Director CEPC Amerika, Daniel Rothberg menuturkan masyarakat merespon baik terhadap program layanan alam tersebut. Diharapkan masyarakat mampu menciptakan kader-kader untuk menjaga keadaan alam.
Daniel mengatakan semua habitat merupakan milik alam yang harus dijaga dan dilestarikan oleh manusia.
“Kesannya sangat baik karena masyarakat menerima dan mau bekerja program ini. Kami harap tetap bekerja sama dengan Yayasan Tana Nua sebagai pendamping,”katanya saat berkunjung ke Roga, Kecamatan Ndona Timur pada Rabu (2/8/2017). (Ian Bala/AA/VoN)